24. Classmeeting

2.1K 505 87
                                    

UTS usai dan classmeeting tiba.

Kelas Mikana sejak pagi sudah heboh dengan berbagai macam kegiatan masing-masing muridnya. Ada yang melukis properti yang akan mereka gunakan untuk jadi supporter pertandingan olahraga. Ada yang bawa-bawa kostum macan lengkap dengan topengnya. Dan di pojok, ada kawanan yang mendapat tugas sisa—meniup balon.

Mikana salah satunya.

Dia paling nggak bisa tampil di pertandingan olahraga. Pertama karena payah, kedua karena keramaian membuatnya sesak. Mikana juga nggak pandai-pandai banget ngegambar dan bisa-bisa malah mengacaukan properti. Jadi, hal paling gampang tapi juga nyiksa pipinya, adalah meniup balon.

Mikana kadang melirik Iky yang dari pagi udah sibuk banget kayak Pak Camat. Cowok itu ikut banyak pertandingan olahraga karena memang jago banget main olahraga apa aja. Mungkin aja Iky juga jago main bekel. Sebenarnya, sejak UTS selesai, Mikana mau bicara berdua dengan Iky, menjelaskan semuanya, tapi mereka nggak pernah punya kesempatan itu karena kalau ada Iky, pasti ada Violet atau Danial.

Dan sekarang, classmeeting akan segera berakhir.

Kapan coba Mikana bisa jelasin secara langsung pada Iky?

Tiba-tiba saja, Iky yang sedang memasukkan seragamnya ke tas—barusan dia ganti baju pakai jersey basket—menangkap tatapan Mikana dan melambaikan tangan dengan senyum lebar. Mikana tersentak, sebelum ia menaruh balon yang sudah berhasil ia tiup di pahanya, kemudian membalas lambaian tangan Iky dengan kikuk.

Setelah beberapa detik yang serasa sejam, akhirnya, Iky berlalu pergi, dan Mikana bisa menghela napas super lega.

"Kenapa, Mik?" tanya salah satu teman sekelasnya, menegur.

Mikana tersentak lagi. "Nggak apa-apa," dia melihat balon-balon yang berhasil ia tiup dan ikat. Sudah sebelas balon. "Gue udah, nih," ucapnya. Kalau sekarang mengejar Iky untuk bicara berdua, mungkin keburu.

"Lah, cepet bener, Mik?" tanya teman lainnya. Kasian banget pipinya udah merah. "Gue tujuh aja belum."

Mikana yang sudah berdiri, jadi kembali duduk, meringis. "Gue bantuin, deh," ucapnya nggak tega.

"Beneran, Mik? Ya Allah kemana aja lo selama ini di hidup gue?" tanya teman pipi merahnya itu dengan semringah.

Mikana mengambil balon milik temannya dan cepat-cepat meniup. Tapi, secepat apa pun ia meniup sampai pipinya jadi semerah temannya, Iky sudah tidak terkejar lagi.

Dan kesempatan Mikana untuk bicara kembali hilang.

--- I Wish We Never Met ---

Violet mengambil dua botol minuman isotonik dari kulkas salah satu stan kantin lalu membayarnya. Di sekeliling Violet, banyak sekali siswa-siswi dengan beragam kostum. Ada juga yang seperti Violet, mengenakan bawahan seragam, tetapi atasannya diganti kaus. Untuk kelas Violet, mereka mengenakan kaus berwarna ungu—yang sempat diprotes beberapa orang karena warna itu jarang. Dan Violet menawarkan beberapa cewek bajunya yang kebanyakan berwarna ungu. Karena namanya Violet, cewek itu jadi secara langsung tak langsung jadi suka warna ungu juga.

Di lapangan, sedang siap-siap bertanding futsal anak kelas sepuluh lawan anak kelas sebelas. Sudah masuk babak semi final. Makanya, ramai banget. Anak-anak kelas sepuluhnya juga jago-jago banget—katanya sering ikut pertandingan nasional.

Violet mengambil duduk di pelataran lapangan, di tangga yang lagi lumayan lengang karena pertandingan masih belum dimulai. Mikana yang ada di sampingnya menyadari Violet dan langsung mengulas senyum.

"Nih," ucap Violet menyodorkan botol minum di tangan kanannya pada Mikana.

"Loh? Gue kan nggak nitip," ucap Mikana bingung.

TRS Universe (2) - I Wish We Never MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang