Hay-hay Mimin balik lagi di akun baru wattpad karna akun yang dulu udah ilang entah kemana.
So pencet bintang kalau suka', tinggalin kalau nggak sukak.
Selamat menikmati ceritanya. Dan jangan plagiat!!
.
.
.
.kasih tau kalo ada typo ya.....
.
.
.
Ada yang bilang katanya lebih baik sakit gigi daripada sakit hati. Cowok yang sibuk menelungkupkan kepala dan diam-diam sudah meneteskan air mata itu membenarkan ucapan dari bapak Meggy Z dalam lirik lagunya.Sakit hati itu benar-benar sakit rasanya. Entah padahal tidak ada yang berdarah.
Namun saat si doi yang selama ini ia pertahankan setengah mati memutuskannya hanya untuk cowok yang lebih keren katanya.
Rasanya kaki tidak lagi berpijak pada bumi. Lebay.
"Udah lah Kal! Masih mewek aja. Cewek imut-imut amit-amit kayak Winda itu banyak di sekolah eni," kata cowok berkacamata bernama Jajang sembari menepuk-nepuk bahu Haikal yang langsung buru-buru menghapus air matanya.
"Kita berdua tau lo nangis bombay." Beni datang membawa semangkuk bakso dengan asap mengepul. "Cengeng!"
Haikal mendongak dan terlihatlah wajah sembabnya yang langsung membuat kedua sahabat nista yang duduk didepannya menyemburkan tawa. "Loe berdua itu nggak tau gimana rasanya hati gue, sakit. Sakit tau gak!" sembur Haikal tidak terima, sebab dua curut dihadapinya itu tidak merasakan hal yang sama.
Beni menegak es teh manis milik Jajang, ia hampir tersedak karena tertawa. "Alah, gue nggak perlu jadi elu buat tau. Gue kalau putus, ya udah putus aja. Ngapain ditangisin." Beni meletakan gelas teh kembali. "Ya nggak?" tanya Beni menaikan sebelah alisnya dengan senyum menjengkelkan.
"Yoi." Jajang mengangguk sok cakep. "Apalagi gue, nggak pernah sakit hati soalnya gue yang sering mutusin," lanjut Jajang kepedean.
"Serah deh apa kata lu berdua," sarkas Haikal lalu merampas es teh manis dari tangan Jajang yang tinggal setengah. Tenggorokannya kering akibat patah hati. "Lebih parah dari sakit gigi." Haikal meletakkan kasar gelas teh yang sudah kosong isinya.
"Sakit hati sih sakit hati, tapi jangan embat minum gue. Gue juga aus keselek," ucap Jajang keras mengundang perhatian siswa-siswi dalam kantin yang sedang ramai.
Beni membekap mulut tebal Jajang denagn kertas hasil ulangan Biologi. "Mendingan sakit hati kalik dari pada sakit gigi. Kalau sakit hati nih paling bentar aja ilang. Nah kalau sakit gigi? lu kudu beli obat sakit gigi cap pak tani. Pereksa ke dokter. Di tempelin koyo yang sakitnya aja nggak tau dimana? Panas dingin semua sampai badan juga ikut sakit." Jajang mengangguk-angguk setuju membuat Haikal dongkol lalu kembali menelungkupkan kepalanya tak bergairah. Galau mode on!
Beni menggeleng-gelengkan kepala miris. "Si Raka mana?" tanyanya menyadari ada yang kurang.
"Ntar katanya nyusul."
"Itu dia si pak Mtk dateng." Beni melambai-lambaikan tangan di udara kala melihat kedatangan Raka. Cowok dengan baju seragam dikeluarkan memegang sebuah buku pelajaran tebal.
"Dari mana aja bro? Si Haikal nyariin katanya mau teraktir," kata Jajang asal sambil menunjuk Haikal yang masih dengan posisi yang sama menelungkupkan kepala.
Baginya kegiatan itu lebih baik dari pada mendengarkan nasihat berbau ledekan tak bermutu dari kedua sahabatnya. Bikin tambah galau saja.
"Dicariin Bayu. Anggota futsal kumpul di GOR," ucap Raka lalu menaikan sebelah alisnya pada Jajang dengan maksud "Ni curut kenapa?
"Kesambet arwahnya mbak Leni," jawab Beni membuat dua orang cewek yang duduk di meja sebelah cekikikan geli sambil menutup mulut jaim.
"Ya udah deh Kal gue sama Jajang mau balik." Beni menepuk pundak Haikal keras, membuatnya mengaduh. "Halalin aja ni meja sekalian Kal," ledek Beni kemudian beranjak dari duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Transgender
Teen FictionMemiliki kenangan buruk dimasa lalu yang dilakukan oleh ibu dan neneknya, membuat Raka kini membenci dan bersikap dingin pada makhluk bernama perempuan. Empathal yang Raka tau soal makhluk bernama perempuan. pertama egois, kedua menyusahkan, ketiga...