Chapter 12

114 14 0
                                    

"Ayah bisa bicara sebentar?"

"Ada apa kau baru saja datang."

"Sebenarnya siapa aku?"

"Kau ini bicara apa, kau Jaehyun siapa lagi."

"Bukan itu maksudku, siapa Jeje?"

Ayahnya terdiam dari raut wajahnya ia terlihat sangat panik dan sedang memikirkan sesuatu. Jaehyun terus menatap ayahnya.

"Ayah kenapa diam saja?"

Ayahnya menghembuskan nafas. "Baiklah, Jeje itu namamu waktu kecil. Sebenarnya kau bukan anak kandung ayah, ayah mengadopsimu dari sebuah panti asuhan."

"Apa aku memiliki teman bernama Yeri?"

"Saat ayah mengadopsimu ada seorang gadis yang menangis seakan tidak ingin kau pergi. Saat tinggal bersama ayah kau juga selalu menyebut nama Yeri. Tapi kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal seperti itu?"

"Aku bertemu dengan Yeri itu. Tapi kenapa aku tidak mengingat semua itu?"

"Dia ada disini?"

Jaehyun mengangguk. Saat itu ia duduk di ruang keluarga bersama ayahnya. Dia menatap kosong meja yang ada di depannya.

"Kau tahu Jaehyun? Saat kau berumur 10 tahun kau mengalami kecelakaan sehingga membuatmu sempat hilang ingatan. Kejadian itu sebulan setelah ayah mengadopsimu."

"Apa Yeri membenciku karena aku meninggalkannya di panti asuhan?"

"Hmm.. tidak." Ayahnya menggeleng.

"Lalu apa ayah?"

"Sebenarnya sebelum mengadopsimu ayah pernah bertanya padanya tentangmu."

"Lalu apa yang dia katakan?"

Jaehyun semakin penasaran dengan masa lalunya. Mungkin saat ini perasaannya kesal, menyesal, sedih, gelisah, dan semua itu menjadi satu dalam dirinya. Dengan wajah serius, ayahnya menceritakan semua itu kepada Jaehyun.

"Dia bilang kau bocah laki-laki yang ceria, tidak suka balon, manisan, boneka dan semua yang kekanak-kanakan. Dia tidak bisa berenang, tapi dia pandai bernyanyi dan memainkan piano. Dia ingin semua orang bisa mengenalnya oleh karena itu dia ingin menjadi orang kaya karena menurutnya untuk bisa diketahui banyak orang dia harus punya banyak uang."

Ayahnya berhenti berbicara karena melihat raut wajah Jaehyun yang mulai memerah. Dia tahu bahwa Jaehyun sedang berusaha mengingat sesuatu tapi sepertinya tidak bisa. Jaehyun terus memegang kepalanya lalu memejamkan matanya.

"Lalu bagaimana dengan Yeri? Apa dia masih ingat padamu?" sambung ayahnya.

"Dia sepertinya sangat tertekan karena masa lalunya."

"Dia marah padamu?"

"Dia membenciku dan marah padaku karena aku tidak ingat padanya. Tapi aku benar-benar tidak tahu tentang masa laluku."

"Jelaskan saja padanya apa yang kau alami saat itu. Dia pasti akan mengerti."

"Tapi sepertinya dia sudah bahagia dengan orang lain. Jika aku menjelaskan padanya aku takut dia akan semakin membenciku. Jadi lebih baik tidak ku lakukan."

Jaehyun meninggalkan ayahnya di ruang keluarga. Dia menaiki tangga menuju ke kamarnya. Dia berdiam diri di kamarnya. Dia mengambil foto masa kecilnya dan menatap foto itu terus menerus. Bocah laki-laki itu tersenyum padanya, tapi dia tidak bisa membalas senyumannya.

Aku mengerti kenapa kau begitu membenciku. Memang sudah seharusnya kau membenciku, memang sudah seharusnya aku bukanlah menjadi orang yang kau sayangi. Pikiranku sangat sempit sampai meninggalkanmu di sana sendirian. Aku sama sekali tidak memikirkanmu. Kalau saja kecelakaan itu tidak pernah terjadi, pasti kau sudah berada disini bersamaku sekarang.

Honey! I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang