Chapter 10

121 16 1
                                    

"Apa? Jaehyun sakit?.. apa Naeun tidak menjenguknya?... baiklah aku akan kesana."

Ada apa lagi dengan Jaehyun? Kenapa dia bisa sakit? Setelah mendengar hal itu dari manajer Andy. Yeri pun bergegas menuju ke rumah Jaehyun. Dia memang masih ingat alamat rumahnya dan ternyata masih sama seperti saat ia ke rumahnya.

"Akhirnya kau datang juga."
"Dia ada di kamarnya, kau harus ke sana. Ayo.."

Mereka menaiki tangga menuju ke kamar Jaehyun. Pintu kamar itu memang dibuka sedikit sehingga dari luar terlihat Jaehyun yang terbaring di tempat tidurnya. Andy pun membukakan pintu. Dia merasa lain melihat Jaehyun seperti ini.

"Apa kau sudah memanggilkan dokter?"
"Sudah, namun 3 hari ini dia masih belum juga sadarkan diri. Padahal sebentar
lagi hari ulang tahunnya. Naeun sering kesini namun keadaannya masih tetap
sama."
"Dia sakit apa?"
"Kata dokter dia demam tinggi, kelelahan dan tekanan yang sangat tinggi.
Mungkin kau bisa membuatnya merasa baikan. Aku percayakan ini padamu."
"Baiklah aku akan berusaha."
"Terima kasih. Kalau begitu aku tinggal sebentar karena hari ini ada pertemuan. Mungkin sekitar 30 menit lagi aku kembali. Obatnya ada disana. Kau bisa menghubungiku jika ada apa-apa."
"Tentu, aku tahu."

Yeri masuk ke kamar Jaehyun. Dia duduk di samping tempat tidur Jaehyun yang besar dan menatap Jaehyun yang terbaring lemah. Matanya terpejam, wajahnya pucat.

"Pantas saja kau tidak terlihat, ternyata kau sedang sakit. Aneh sekali melihatmu
seperti ini. Apalagi sudah 3 hari lamanya kau tidak membuka matamu."

Dia pun mengusap rambut Jaehyun yang tergerai di dahinya. "Apa ini bekas luka?". Yeri pun meraba bekas luka yang tergurat diagonal di dahi Jaehyun. Dia sangat terkejut. Tiba-tiba bayangan masa lalunya menghantuinya. "Ah, tidak mungkin."

Yeri pun berdiri dan menatap Jaehyun lalu menatap bekas luka itu dan menatap Jaehyun lagi. Akhirnya dia berjalan ke sebuah rak dekat lemari besar. Disana ada sebuah foto seorang bocah laki-laki mengenakan topi berwarna merah. Foto itu sepertinya baru ia lihat, karena waktu ia masuk ke kamarnya beberapa waktu yang lalu dia tidak melihat foto ini. Dia pun mengambilnya dan melihatnya dengan jeli.

"Ini seperti...."

Air matanya mulai menetes. Dadanya terasa sesak, matanya menatap lurus pada foto itu. Dia terus menggeleng-geleng karena tidak bisa memercayainya. Memercayai apa yang baru saja dilihatnya. Apakah ini sungguhan?. Bayangan masa lalu itu sekarang menguasainya.

"Bekas luka, foto ini, kenapa semuanya begitu meyakinkan? Apa kau, orangnya?"

Yeri menatap Jaehyun, dia tidak bisa menahan air matanya. Kini ia pun menaruh kembali foto itu dan duduk kembali di samping Jaehyun. "Ku mohon sadarlah berikan aku penjelasan tentang semua ini." Dia pun mengusap air matanya.

"Tunggu dulu, aku kesini untuk membuat Jaehyun lebih baik. Bukan untuk semua itu. Tapi apa yang harus aku lakukan sekarang? Hmm.. aku tahu, bukankah Jaehyun sakit karena kelelahan dan tekanan yang sangat tinggi? Kenapa aku tidak berpikir dari tadi musik bisa membuatnya merasa lebih baik."

Karena Yeri tidak bisa memainkan alat musik akhirnya dia pun menyanyikan salah satu lagu masa kecilnya. Lagu yang selalu dinyanyikan oleh sahabatnya. Atau lebih tepatnya dia dan sahabatnya. Untunglah tidak ada orang di rumah Jaehyun selain mereka, jadi Yeri bisa berkonsentrasi.

Setelah selesai bernyanyi belum ada tanda-tanda Jaehyun sadarkan diri. Ternyata tidak berhasil, lalu apa yang harus dilakukannya sekarang? Akhirnya dia membacakan sebuah novel pada Jaehyun, novel favoritnya. Namun baru sampai bagian kedua Yeri sudah bosan karena tidak ada reaksi sama sekali.

"Kau ini susah sekali sadarnya, kau mau aku melakukan apa?"

Akhirnya Yeri bercerita tentang masa lalunya kepada Jaehyun. Dari mulai saat dia di panti asuhan sampai diangkat menjadi adik Seulgi. Semuanya ia tuangkan.

"Kau tahu tidak semua orang bisa kau percayai, bahkan sahabat pun tidak bisa semuanya kau percayai. Di sisi lain, aku merasa merindukannya tapi di sisi lainnya aku membencinya. Kadang aku sangat membencinya kadang juga sangat merindukannya."

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar Jaehyun.Yeri segera menghapus air matanya dan membukakan pintu. Ternyata Andy yang baru saja datang dari pertemuannya. Tidak terasa Yeri sudah 30 menit di dalam sana.

"Bagaimana dengan Jaehyun?"
"Maafkan aku, tapi dia tetap saja seperti itu. Maafkan aku."
"Tidak apa-apa, terima kasih telah meluangkan waktumu kesini."
"Iya, aku pulang dulu."

Yeri pun menghilang dari rumah Jaehyun. Andy tidak mengantarnya karena Yeri dijemput oleh manajer Alex. Andy pun menatap Jaehyun.

"Air mata? Apa Jaehyun menangis?"

Jari-jari tangan Jaehyun mulai bergerak, Andy pun langsung memanggilkan dokter untuk segera memeriksa Jaehyun.

"Dia tidak apa-apa, sekarang dia sudah sadarkan diri. Tapi sebaiknya dia harus tetap beristirahat jangan bekerja dulu. Ini resepnya."
"Baiklah aku mengerti terima kasih, Dok."

Jaehyun masih terbaring lemah di atas tempat tidurnya. Kali ini matanya terbuka namun wajahnya masih pucat.

"Siapa dia?"
"Apa? Kau tadi bilang apa?"
"Apa dia kemari?"
"Iya, kenapa?"
"Aku mendengarnya, aku mendengar ia menyanyikan lagu favoritku, membacakanku cerita dan menceritakan masa lalunya. Tapi saat itu mataku sulit untuk terbuka. Seluruh tubuhku beku."
"Kau tahu, aku melihatmu meneteskan air mata."
"Aku juga sama kadang sangat merindukannya tapi aku tidak bisa membencinya."
"Hmm.. apa kau menyukainya?"
"Entahlah, aku bahkan tidak bisa membaca perasaanku."

Semenjak saat itu Yeri terdiam bayangan masa lalunya terbuka kembali. Kali ini Paul Kim tidak bisa membantunya melupakan masa lalunya. Tapi dia tetap profesional dalam melakukan pekerjaannya dan pada saat berhadapan dengan media.

"Kau kenapa Yeri? Apa yang terjadi sejak tadi kau terus saja termenung."
"Kakak tahu, masa laluku terbuka kembali."
"Ada orang yang membuka ingatan masa lalumu lagi?"
"Bahkan dialah masa laluku, aku rasa aku sudah gila sekarang."

------------------------------------

TBC

Jangan lupa Vomment

Honey! I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang