Lenyap

1.2K 192 80
                                    

Di tengah tangisan, aku merasakan seseorang mencoba untuk memelukku dari samping dengan tangan gemuknya, rambutnya yang kemerahan mengenaiku, ini Mrs. Weasley, "Mrs. Weasley! Kingsley berbohong padaku! Mrs. Weas--"

Tapi aku merasakan Mrs. Weasley menggelengkan kepala sambil terisak dan berbisik, "Mereka sudah pergi ke tempat yang lebih baik, sama seperti Fred. Kita harus mengikhlaskannya."

"Tidak!" Aku masih membantah, sangat sulit untuk mempercayainya, aku menangis dalam pelukan Mrs. Weasley, bayangan tentang keseharian diriku dari kecil hingga sekarang dengan Dad dan Mum berputar terus menerus di otakku, tak ingin menghilang, tak ingin pergi, membuatku menangis semakin keras dan keras.

Setiap tetes air mata yang keluar membuatku menerima semuanya dengan perlahan, bahwa Dad dan Mum telah pergi ke tempat yang lebih baik dengan Fred. Bahwa aku sendirian, bahwa aku di tinggalkan. Tak punya keluarga lagi.

Aku berpaling pada Kingsley yang masih terduduk di samping tubuh Dad, "Siapa? Kingsley, beritahu aku! Siapa?"

Mata Kingsley bertemu denganku, mulutnya membuka, "Yaxley."

Otakku tak mampu berpikir jernih, aku melepaskan pelukan Mrs. Weasley, mengabaikan ucapan Mrs. Weasley dan juga Kingsley, aku juga mendengar Hermione berteriak, aku berjalan sempoyongan menuju pintu, hendak membunuh bajingan yang membuat Dad dan Mum berbaring tak bergerak.

Langkahku terhenti, tangan seseorang yang lebih besar dariku memegangi pergelangan tanganku, tidak mengijinkanku berjalan lebih jauh lagi bahkan se-inci pun, aku berbalik sambil berkata dengan keras untuk melepaskan, tapi yang aku dapatkan adalah tatapan sendu dari netra kebiruan, mengungkapkan bahwa ia juga telah banyak menangis.

"George," Aku berujar pelan, hendak menangis lagi bahkan melupakan semua rencana untuk membunuh Yaxley, "Mum dan Dad."

"Aku tahu," Balas George, suaranya serak, "Kembaranku juga, Cassandra."

Dan kami saling memeluk, berbagi kehangatan yang nyaman sekaligus berbagi kesedihan yang sangat menyesakkan hati, aku membuat basah baju George dengan menangis, George tak memperdulikan itu karena dia juga sedang terisak, George mengakhiri pelukan, tangannya menangkup pipiku, kedua ibu jempolnya mengusap air mataku dengan perlahan. "Aku ada disini."

•••••

Jenazah Dad tampak sangat kacau, bajunya robek di beberapa bagian, rambut birunya setengah tertutup dengan warna merah karena darah, sedangkan jenazah Mum terlihat kotor, bahkan rambut putih cemerlangnya ikut kotor terkena abu reruntuhan, bibirnya sobek, mengeluarkan darah kering.

Aku sejenak membayangkan bagaimana sakitnya menghadapi kematian.

Disebelah jenazah Mum dan Dad aku baru menyadari bahwa di sana juga terbaring Remus dan Tonks, terlihat pucat dan diam, nampak damai seperti yang sedang tidur di bawah langit-langit yang disihir gelap, tangan mereka hampir menggenggam satu sama lain. Aku langsung memikirkan bagaimana dengan anak mereka ... anak angkatku juga, Teddy.

Aula Besar terasa lebih kecil, aku sedang duduk, George berada di sampingku, merangkulku, matanya melihat pada jenazah kembarannya, Fred. Hermione berada di sebelahku juga, mengusap-usap punggungku, aku melihat berkeliling, tapi aku tak menemukan laki-laki dengan kacamata dan mata hijaunya, Harry.

"Dimana Harry?" Aku membisik pada Hermione, suaraku terdengar berbeda.

Hermione menegak, usapan tangannya pada punggungku terhenti, kepalanya juga berkeliling, mencari keberadaan Harry. "Aku tidak tahu."

"Jangan bilang dia menyerahkan diri." Kata Ron di sebelah Hermione, perkataan Ron membuat kami bertiga saling pandang dalam ketakutan.

"Mereka di depan!" Teriak Oliver, memberitahu satu Aula Besar sekaligus, orang-orang dalam aula saling pandang, aku yang pertama berdiri, di ikuti Ron dan Hermione, lalu George yang langsung memegangi tanganku, kami berempat berjalan menuju pintu keluar. Semua orang mengikuti di belakang, Mr. dan Mrs. Weasley, Kingsley, Neville, Seamus, Luna, semuanya. Aku masih melempar pandangan ke sekeliling, masih mencari dimana keberadaan Harry, menolak semua pikiran buruk yang terlintas.

Cassandra Aldrich II [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang