16) Kang Jahil

203 28 23
                                    

Dering telepon di meja makan mengalihkan perhatian Soyeong dari tumpukan piring kotor hasil eksperimen gila puteranya, Kang Daniel.

"Hp Yoora?" tanya Soyeong pada Daniel yang sedang duduk di meja makan sembari menikmati kue bronies buatannya.

Laki-laki itu mengangguk sekilas, membenarkan pertanyaan Mamanya, namun kemudian kembali menyantap kuenya tanpa menghiraukan ponsel yang sedari tadi bergetar itu.

Soyeong melepas sarung tangannya, dengan cepat mengambil ponsel Yoora.

Sebuah panggilan dari kontak bernama Mr. Jahil.

Soyeong tak tahu ini kontak siapa. Tak berani menjawab, ia lalu berjalan ke lantai dua, mencoba mencari-cari keberadaan puteri kesayangannya.

"Yoora.. "

Namun tak ada jawaban.

Soyeong kini berjalan ke lantai bawah, bersama dengan ponsel di genggam tangannya yang masih berdering.

Masuk ke dapur, Soyeong menemui Daniel yang sedang mencuci piring bekas kuenya.

"Yang ini terlalu pahit, Ma. Keknya aku bikin ulang lagi aja kali ya?" tanya Daniel menunjuk bekas kue yang ada di piringnya.

"Aduh, Niel. Kue kamu enak kok. Memang kamu mau bikin apa sih ngulang-ngulang terus?"

"Daniel harus dapetin resep yang pas Ma, soalnya mau buatin kue buat pacar Daniel."

Soyeong menatap anaknya gemas, "Bukan itu yang penting sekarang! Kamu tahu adik kamu kemana?"

Daniel menggeleng.

"Lihat ini," Mama menunjukkan layar ponsel Yoora, "Yang nelpon dia namanya Mr. Jahil. Yoora nggak lagi diganggu orang kan, Niel?"

Daniel mengambil ponsel itu dan menjawab telepon sebagai responnya pada kepanikan berlebih sang Mama.

"Halo, Ra." terdengar suara dari seberang telepon. Entah mengapa suara dari itu terasa familiar di telinga Daniel.

"Yoora, yaampun, kamu masih marah sama aku? Aku ga maksud nyari kesempatan kok tadi siang, aku cuma—"

"Hyunjin bangsat, lo apain adek gue?"

Mendengar suara marah Daniel, bulu kuduk Hyunjin langsung berdiri. Dengan gagap ia berkata, "Oh, B-Bang D-Daniel, kok ab-bang yang jawab, Yooranya l-lagi ga di rumah ya, b-bang?"

"Bacot, keluar lo sekarang!"

Setelah berucap demikian, Daniel langsung mematikan telepon sepihak. Melirik sekilas sang mama yang menatapnya penuh tanda tanya.

"Kayaknya Hyunjin udah berani macem-macem sama adek, Mah. Harus aku kasih pelajaran!" ujarnya seraya berjalan keluar dari rumah.

Kakinya dengan cepat melangkah ke rumah Bu Yeri yang lumayan dekat dengan rumahnya.

Laki-laki itu menggedor pintu rumah dengan kasar, memanggil-manggil nama Hyunjin, memaksa agar Hyunjin keluar.

"Tante, bilangin kalau Hyunjin lagi ga di rumah Tante," ujar Hyunjin memohon pada Yeri.

Yeri mengangguk, ia tak paham ada masalah apa keponakannya dengan Daniel, namun ia harus keluar sebab sedari tadi Daniel sudah ribut sekali menyebut-nyebut nama Hyunjin.

"Heh, diem kamu! Ganggu tetangga aja!" kesal Bu Yeri.

Sikap Daniel langsung berubah 180°. Ia menundukkan badannya dan memberi salam, "Siang, Tan. Bisa minta tolong suruh Hyunjinnya keluar?"

Yeri menghela napas, "Hyunjin udah pergi kemarin, besok baru balik lagi ke sini.

"Oh ya? Tapi lokasi hpnya disini kok Tan," balas Daniel menunjukkan aplikasi pelacak di layar ponselnya.

"Oh, itu karena hpnya Hyunjin ketinggalan," sahut Bu Yeri.

"Tapi baru aja Daniel ngomong sama dia di telepon."

Yeri terdiam, ia tak bisa lagi mengelak.

"Keluar sekarang, atau putus sama adek gue!"

"shit!" celetuk Hyunjin. Ia tak bisa lagi kabur kali ini. Ia harus menghadapi Daniel seperti seorang pria!

"Bang, kenapa ya?" tanya Hyunjin pura-pura tak tahu.

"Sini lo! Ga usah pura-pura bego gitu."

Hyunjin menurut, ia berjalan mendekati Daniel.

"Tadi di telepon itu maksud lo apa? Nyari kesempatan? Lo apain adik gue?"

Hyunjin menggeleng kuat, "B-bukan apa-apa kok, Bang. Cuma..."

"Cuma apa?"

"Abang kepo banget deh jadi orang!" ujar Yoora yang datang dengan dua kantong belanjaan di tangannya.

"Ga ada yang bisa ngelarang gue kepo sama adik sendiri!"

"Kita ciuman."

Mata Daniel membelalak sempurna mendengar dua kata yang dilontarkan oleh adik kesayangannya itu.

"Dia mulai duluan? Dia yang cari kesempatan?" tanya Daniel pada Yoora.

Yoora mengangguk membenarkan. Membuat Daniel makin marah dan siap membunuh Hyunjin saat ini juga.

"Tapi itu wajar kan?"

"Ga!" tolak Daniel tegas.

"Hyunjin itu pacar aku Bang."

"Mau dia pacar kamu kek, tetep aja dia itu cowok. Dan kita gatau gimana isi pikirannya dia."

"Same as you, my beloved brotha!"

Daniel mengernyit, "Gimana bisa gue sama kayak bajingan ini?"

"Sama aja Bang. Abang juga punya pacar kan? Ga mungkin abang ga pernah nyium pacar abang."

Daniel terdiam.

"Dan satu lagi, Abang juga cowok, bang. Jangan tiba-tiba lupa gender diri sendiri. Pacar abang juga gatau gimana isi pikiran abang!"

"But i'm not a bad person like him!" kesal Daniel menunjuk Hyunjin.

"Hyunjin orangnya baik atau enggak aku udah tahu, Bang. He is my boyfriend. Aku udah dewasa Bang! Udah bisa menilai orang. And now, please leave us alone!"

"Kalau itu yang lo mau, fine!"

Yoora lantas menatap kepergian Daniel dengan tatapan sedih. Ia tahu betul bagaimana Abangnya itu mengkhawatirkan dirinya. Dan kini Daniel pasti kecewa.

"Oke, Kang Jahil," kini Yoora beralih menatap Hyunjin, "We need to talk!"



















































..







































To Be Continued

My Obsession-Hwang Hyunjin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang