Namanya Ararinda Griswalda, perempuan gigih berani dari hutan kelabu. Setapak demi setapak hidup yang ia jalani membuatnya sampai pada rasa 'hilang'. Ararinda menyukai perjalanan seorang diri, di stasiun, ruang tunggu pesawat, halte busway, taman kota, kemanapun asal seorang diri. Perempuan ini tidak pernah memiliki rumah pulang, lelahnya ia simpan seorang diri, segala perasaan sedih dan marahnya disembunyikan rapat-rapat. Perempuan ini sendirian. Sampai suatu ketika, Semesta mengajaknya bercanda sedikit berlebihan. Dikenalkannya ia dengan laki-laki pertama yang menanyakan, "lihat tanganmu, berapa banyak barcode yang sudah kamu buat?". Ingat, semesta mengajaknya bercanda, tapi Ararinda tidak tertawa. Ararinda menangis di dalam gerbong kereta menuju kota Bandung semalaman, menyambut matahari pagi di Stasiun Kiaracondong dengan perasaan hilang, ditinggalkan, dan hampir mati karena mencintai.All Rights Reserved
Namanya Ararinda Griswalda, perempuan gigih berani dari hutan kelabu. Setapak demi setapak hidup yang ia jalani membuatnya sampai pada rasa 'hilang'. Ararinda menyukai perjalanan seorang diri, di stasiun, ruang tunggu pesawat, halte busway, taman kota, kemanapun asal seorang diri. Perempuan ini tidak pernah memiliki rumah pulang, lelahnya ia simpan seorang diri, segala perasaan sedih dan marahnya disembunyikan rapat-rapat. Perempuan ini sendirian. Sampai suatu ketika, Semesta mengajaknya bercanda sedikit berlebihan. Dikenalkannya ia dengan laki-laki pertama yang menanyakan, "lihat tanganmu, berapa banyak barcode yang sudah kamu buat?". Ingat, semesta mengajaknya bercanda, tapi Ararinda tidak tertawa. Ararinda menangis di dalam gerbong kereta menuju kota Bandung semalaman, menyambut matahari pagi di Stasiun Kiaracondong dengan perasaan hilang, ditinggalkan, dan hampir mati karena mencintai.
11 parts