"Tuh, Ibu kamu aja bilang aku cantik". Sejenak Ara melirik makhluk Tuhan di sampingnya ini yang sangat cerewet dengan mengangkat dagunya tinggi tinggi. "Itu karena Non seorang perempuan". Sambil membentangkan tikar untuk Chika duduk. Chika mendengus mendudukkan pantatnya yang empuk dengan kesal di atas tikar yang berlantai dasar semen yang sudah retak bahkan pecah di beberapa bagian. "Kayaknya kamu harus periksa mata kamu itu ke dokter deh". "Kita jauh bagai Bumi dan Langit, Chika". "Ayo buat agar kita menjadi sedekat Nadi dan selekat Jantung, Ara".