Lia menghempaskan tangan Putri, begitu mereka berdua sampai di dalam ruangan kelas yang kosong. Bersedekap dada, ia menatap Putri dengan tajam.
"Gue tau lo benar-benar sayang sama Angga. Tapi, kenapa lo selalu kayak tarik undur hubungan lo sama dia. Lo pikir dengan break atau apalah itu bisa menyelesaikan semua masalah lo?"
Putri membalas tatapan tajam Lia, walaupun ia terlihat seakan ragu-ragu.
"Lo gak perlu ikut urusan gue." ketusnya tanpa menatap lawan bicaranya.
Suara desisan Lia bagaikan bom yang meledakkan keberanian Putri. Lia kembali maju menarik dagu Putri, agar ia mau menatapnya.
"Sorry, gue orangnya emang agak kasar. Tapi, gue jelasin ke lo kalau Angga itu benar-benar sayang sama lo."
Memalingkan wajahnya, Putri meneguk salivanya dengan berat.
"Gue gak butuh kasih sayang Angga. Gue punya banyak orang yang sangat sayang sama gue, bukan dia doang. Jadi, gue gak bakal merasaa kehilangan sesuatu yang berharga." jelasnya seraya mencengkram erat pakaiannya.
Lia menaikkan sebelah alisnya. Ia berputar mengelilingi tubuh Putri. Tatapan matanya penuh selidik, mengawasi setiap pergerakan yang mencurigakan dari Putri.
Kalau kayak gini, gue cuman bisa gunain rencana kedua. Batinnya. Setelah mengingat rencana keduanya, ia tersenyum licik.
"Yakin?"
"Apanya yang yakin?" Putri balik bertanya pada Lia.
"Yakin kalau lo enggak bakalan nyesal kalau Angga udah enggak sayang sama lo lagi. Peduli pun enggak, gimana?"
Putri mempertimbangkan ucapan Lia. Disatu sisi, ia merasa takut akan kehilangan. Disisi lain, ia merasa ia pantas kehilangan Angga.
Kehilangan Angga lebih baik, karena dia pasti bahagia tanpa aku.
"Yakin!" jawab Putri dengan penuh percaya diri.
Tersenyum senang, Lia menatap Putri cuek. "Yaudah, kalau gitu gue punya kesempatan buat Angga jatuh cinta sama gue. Gue harap keputusan lo enggaak nyesal yah. Soalnya, sekali gue maju, gak bakalan ada kata mundur." peringat Lia dengan menatap ekspresi wajah Putri yang pias.
"Kenapa lo diam aja? Takut Angga berpaling?" tanya Lia menatap Putri dengan tatapan mengejeknya.
"Takut? Cih! Gak bakalan."
"Okey. Gue gak bakalan sia-sia in kesempatan berharga gue. Gue cabut dulu."
Menggigit bibirnya, Putri membalikkan badannya menarik tangan Lia untuk menahannya agar tidak pergi.
"Kenapa?" tanya Lia.
Putri melepaskan tangannya. Wajahnya tersenyum, penuh dengan ejekan. "Lo mau mungut sampah?"
Ucapan Putri membuat Lia mengernyitkan keningnya. "Sampah? Maksud lo Angga lo anggap sampah? Sialan lo!"
Putri tertawa kecil. "Mantan itu kan ibaratnya sampah. Tempat akhirnya adalah kotak sampah ataupun penaampungan sampah. Berarti lo itu pfttt! Lo tempat penampungan sampah."
"Lo!" Lia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Memejamkan matanya, ia berusaha bersikaap tenang menghadapi Putri.
"Berarti lo itu manusia yang enggak bertanggung jawab. Udah membuat sampah, terus asal buang sembarangan," Lia tersenyum melihat Putri yang mendengus kesal.
"Satu lagi, Angga itu bukan sampah. Cih! Tau gini, gue ogah mau bantu hubungan kalian. Lo juga emang enggak pernah maau menghargai Angga."
Lia menutup pintu kelas dengan kuat, membuat Putru memejamkan matanya terkejut. Ia merasakan degupan jaantungnya seakan mau pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BREAK [TAMAT]
Teen Fiction"Mungkin udah saatnya bagi kita untuk break. Entah itu break sementara atau break selamanya," ujar Putri seraya menatap manik mata cowok dihadapannya. Ekspresi wajah cowok itu awalnya terkejut setelah mendengar ucapan dari Putri, pacarnya yang telah...