BREAK-|12|-

158 15 10
                                    


"Angga udah dimana, yah?" monolognya.

Iya, minggu ini mereka ada jadwal kencan. Putri ingin merekaberdua jalan-jalan ke tempat dimana Angga dulu sering.membawanya.

"Masak dia telat sih?! Ih nyebelin!" gerutunya.

Namun matanya tetap menyusuri area sekitar rumahnya. Ya kali aja Angga nyasar, walau kemungkinan paling aneh yah gitu.

Tiba-tiba benda yang berada di saku celananya bergetar. Membuat sang empu terkejut.

"Nomor siapa yah?" saat ia melihat nomor tidak dikenal.

"Halo,"

"Ah, iya halo,," jawabnya pelan.

"Yang, astaga! akhirnya kamu jawab juga telpon dari aku. Kamu masih marah yah? Maaf." ujar orang diseberang sana.

Putri mengernyitkan keningnya. Ini orang salah nomor, pasti!

"Maaf anda salah nomor kali yah!"

Baru saja Putri hendak menekan tombol merah di ponselnya. Namun, suara orang yang ia kenal terdengar.

"Saya enggak salah nommor sayang. Kamu Putri, kan?"

Putri gelagapan mendengar ucapan orang tersebut. Bagaimana cara dia bisa tau dengan namanya. Apa mungkin jika, dia yang memberi tahu namanya?

Tapi, apa alasannya?

"Iya, nama saya Putri. Tapi, mungkin pacar anda orang lain. Kebetulan aja nama saya sama pacar anda sama." jelasnya dengan pelan. Nampak sekali dari suaranya yang agak kesal.

Tin tin tin!

Suara klakson motor Angga memecah keheningan. Putri segera membalikkan badannya melihat Angga.

"Jika kamu-" tanpa pikir panjang ia segera mematikan telpon secara sepihak.

"Angga!" teriaknya dengan berlari secepat mungkin mendekati Angga.

"Kamu kenapa?" tanya Angga yanng langsung khawatir saat melihat wajah Putri yang agak ketakutan.

Mulutnya hendak mengatakan sesuatu. Namun, urung. Ia takut jika Angga akan kepikiran. Lebih baik ia simpan sendiri saja.

"Enggak apa kok. Cuman laper,"

Angga memberikan senyuman hangatnya. Tangannya mengelus pipi Putri lembut.

"Mau makan apa?"

"Makan seblak aja," ujarnya dengan berbinar.

Sentilan pelan berhasil mendarat di kening Putri. Seketika ia cemberut. Itu artinya tidak boleh.

"Masih pagi sayang."

Kalau Angga sudah bersuara lembut seperti ini, mana mungkin Putri bisa keras kepala.

"Jadi, makan apa dong? Tadi nanya, yah aku jawab seblak. Sekarang malah gak boleh." sebalnya.

"Boleh kok, tapi nanti. Sekarang kita makan nasi aja dulu. Biar kamu gak sakit perut."

Putri pun menganggukkan kepalanya mengerti. Angga hanya ingin yang terbaik buat Putri. Lihatlah, Angga itu terlalu baik buat lo Put. Orang gak tau diri macam lo masih belagu. Mampus aja sana! Batinnya mengumpati dirinya sendiri.

Angga memasangkan helm di kepala Putri dengan pelan. Putri tambah cemberut saat merasakan helm itu kebesaran di kepalanya.

"Ini kenapa bisa jadi kegedean gini? Biasanya juga pas!" kesalnya.

"Dih! Jangan marah dong. Jelek kalau marah. Mending senyumin Angga aja."

Angga mengedipkan sebelah matanya pada Putri.

"Iww! Apaansih?"

"i love you."

Malu-malu Putri menjawab dengan pipi yang bersemu.

"Too."

Putri segera naik di jok belakang. Angga menarik kedua tangan Putri agar melingkari pinggangnya.

"Pegangan!" peringat Angga.

"Iya, tapi gak harus meluk kamu juga kali," sindir Putri.

"Kamu gak mau meluk Angga nih? Yaudah Angga cari cewek lain aja buat meluk Angga." ujarnya dengan memutar kunci motornya.

Menepuk punggung Angga pelan. Putri melingkarkan kedua tangannya di perut Angga.

"Udah aku peluk nih! Awas nyari yang lain. Lagian siapa sih yang mau sama kamu kecuali aku?"

Angga membelah jalan raya dengan motor hitamnya. Mengintip lewat kaca spion Angga melihat bibir Putri yang menurun 2 senti.

"Ada, kok. Lia, Anggita, Sera, Bel-"

"Yaudah sana! Turunin aja Putri disini. Lagian kamu udah punya banyak stok cewek. Kenapa masih mau sama Putri sih?!" sebalnya dengan gerakan kedua tangannya yang melepaskan pelukannya.

Angga meminggirkan motornya, dan kendaraannya pun perlahan-lahan berhenti.

"Tuhkan! Diturunin beneran!" kesalnya dengan cepat turun dari jok motor.

Tangannya berusah menarik helm yang menutupi kepalanya. Namun tidak bisa.

"Kamu itu jangan marah dulu."

Angga melepaskan helm Putri dan merapikan rambut Putri yang sedikit acak-acakan.

"Lagian Angga cuman suka sama Putri. Mereka cuman temen. Putri itu segalanya, jadi enggak usah marah kayak gini. Jelek!"

"Heh! Ngatain aku jelek yah?"

Angga menganggukkan kepalanya.

"Sejelek-jeleknya aku, lebih jelek mereka. Lagian akutuh cantik. Katak Papa dan Abang aja aku paling cantik setelah Mama."

Putri mendongakkan kepalanya. Lah kosong? Terus gue tadi ngomong sama siapa?

Memandangi sekitarnya Putri melihat motor Angga masih ada. Dengan kesal Putri langsung duduk di trotoar. Bodo amat! Dia lagi kesal sekarang.

"Angga kemana sih?!"

"Enggak kemana-mana, lagi beli ini. Mau?"

Sosok Angga muncul di belakang Putri. Dengan tangan kanannya yang menggenggam kantong plastik putih bergambar lebah.

Putri berbinar. Pasti ada susu strawberry kesukaannya. Dengan cepat ia merebut plastik tersebut.

"Wahh! Makasihhh Angga."

"Basmalah dulu Put," tegurnya saat melihat Putri langsung menyedot susu kotak rasa strawberry tersebut.

Putri nyengir.

"Bismillahirrahmanirrahim. Hehe, lupa."

Angga menarik telapak tangan Putri untuk ia genggam. Ia ikutan duduk disebelah Putri.

Jadi mereka pacaran di trotoar. Padahal niatnya tadi pergi ke taman. Kenapa jadi kayak gelandangan gini.

Bukannya malu ditatap orang-orang yang lalu dengan tatapan aneh. Mereka malah biasa saja menghabiskan cemilan yang Angga beli tadi.

"Jadi hari ini kita pacaran di trotoar. Jangan dilupain yah, haha." Angga tertawa saat menyadarinya.

Putri menganggukkan kepalanya. "He'em, gak akan Putri lupa kok."

-END-
.
.
.

Jumat, 13 November 2020

BREAK [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang