Tolong tandai kalau ada typo ^^
.
.
.Udara segar mengisi paru-paru kedua gadis yang sedang duduk berhadapan. Dedaunan yang rimbun dari pohon mangga menjadi peneduh mereka berdua. Tatapan mata mereka saling beradu. Yang satu memancarkan semangat, dan yang lainnya sayu seakam penuh keraguan.
"Jadi, gimana?"
Putri merundukkan pandangan matanya, menatap kedua tangannya yang saling menggenggam. Ia ragu, takut, lega. Semua perasaannya saat ini bercampur aduk.
"Gue, gue masih ragu. Tapi, lo udah liat sendiri, kan?" tanyanya tanpa menatap lawan bicaranya.
"Iya, gue udah liat kok. Hubungan kalian yang diambang putus atau balikan tersebut, udah lumayan kesebar." ujarnya cewek dihadapan Putri dengan nada pelan.
Tanpa Putri lihat, ia sedang menampilkan senyuman lebarnya. Sedangkan, Putri hanya menganggukkan kepalanya lesu.
"Keputusan lo udah bener kok. Kalau gue di posisi lo, gue juga bakalan langsung mundur. Tapi, bukan dengan cara kayak gini juga sih. Lo kayak masih ngasih harapan ke dia, seolah-olah bakalan ada kesempatan buat kalian balikan." sambung cewek tersebut.
Lagi-lagi Putri hanya mengangguk pelan. Membasahi bibirnya yang terasa kering, Putri kembali menatap cewek dihadapannya.
"Nita, makasih udah sadarin gue. Ternyata selama ini gue terlalu egois. Angga selalu ngalah, dan apapun yang dia sukai gue suruh berhenti hanya untuk selalu ada buat gue." kali ini Putri memelankan suaranya.
Anita tersenyum lembut. "Saran gue, lo putusin Angga sekarang. Jangan buang-buang waktu dengan pakek acara break bruak apalah."
Putri membuka mulutnya, namun segera ia tutup kembali. Pagi ini udara segar. Namun, perasaan Putri ia merasa sangat gerah. Mungkin, ini semua karena efek dari topik yang mereka bahas.
Sunyi. Hanya ada suara dedaunan yang ditiup oleh angin, dedaunan yang saling bergesekan satu sama lain.
Putri sibuk dengan pikirannya. Apakah harus sekarang ia putus dengan Angga? Atau_ahhhh dia sangat ingin mencari jalan lain. Namun, semuanya terlihat mustahil.
Dengan adanya keberadaan ia disisi Angga, maka ia mungkin akan semakin egois pada Angga. Memejamkan matanya lelah, ia berdiri dan menghembuskan napasnya dengan kasar.
"Oke, gue bakalan putus sama Angga. Tapi, biarin gue menciptakan kenangan indah selama sebulan ke depan. Semua yang Angga mulai itu dengan keindahan, dia selalu bikin gue bahagia..."
Putri tersenyum, saat pikirannya kembali teringat setiap perbuatan manis Angga.
"Oleh karena itu, gue bakalan menutup kisah kami dengan cara yang sama. Kalau Angga memulai semuanya dengan pelangi, maka gue akan akhiri semuanya kayak musim gugur." ujarnya seraya tersenyum miris.
Saran Anita memang benar. Dengan menjauhi Angga, mungkin ia bisa belajar dewasa. Lalu, mereka akan bersama lagi saat Putri bersedia.
Tapi, bukankah pemikiran Putri tetap egois?
Mungkin saja suatu saat nanti, Angga akan menemukan seseorang yang berhak bersanding bersamanya. Dibandingkan, Putri yang terus berusaha dewasa.
Bukankah, kedewasaan akan mengalir dari setiap langkah yang kita ambil?
Biarlah waktu yang akan menjawab semuanya.
*****
"Woy!" seru Angga yang berlari masuk ke kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
BREAK [TAMAT]
Teen Fiction"Mungkin udah saatnya bagi kita untuk break. Entah itu break sementara atau break selamanya," ujar Putri seraya menatap manik mata cowok dihadapannya. Ekspresi wajah cowok itu awalnya terkejut setelah mendengar ucapan dari Putri, pacarnya yang telah...