Galang tak kuasa menatap sepasang kembaran bersamaan sang ayah saling menangis tiada henti. Galang segera mendekati mereka bertiga. Sebelumnya ia mengambil air putih untuk menenangkan hati mereka.
Perlahan ia melangkahkan kakinya, mengulurkan gelas air minum ke mereka. Mata ayah menatap Galang dan langsung mengucapkan sepatah kata di telinganya.
"Terima kasih," ucap Ayah, sepasang kembaran.
"Sama-sama, Tuan. Kalian jangan sedih dong. Aku ajak ayah dan kalian ke toko es krim mau tidak? Oh iya, aku punya saudara kembar juga loh! Laki-laki juga. Sejak kecil, aku selalu bermain dan makan es krim di mall, restoran maupun toko, panggil saja namaku Kak Galang. Sedangkan, nama kakakku Gilang. Kalian jangan takut ya, aku tidak akan jahat ke kalian," ajak Galang agar mereka tidak terlalu panik.
"Siap, Kak. Ayo pergi ke toko! Ini aku Reza dan sampingku Erza," sahut Reza sangat antusias, adik dari Erza.
"Nah, kakak suka kalau kalian tertawa seperti ini. Iya sudah kalo begitu kita langsung pergi saja. Takutnya malam semakin larut," ujar Galang sambil melihat jam di layar ponselnya.
"Baiklah, aku akan ikut kalian bertiga. Sebelumnya, makasih banyak ya Galang, sudah memulihkan kebahagiaan anak-anakku. Namaku Nion, sebut saja Om Nion," celetuk ayah dari kembaran tersebut. Nama ayah dari dua bocah kembar tersebut adalah Antanion. Sering dipanggil dengan Nion. Galang menganggukkan kepalanya.
Mereka berempat bergegas untuk pergi ke toko dengan naik mobil milik Galang. Mereka berempat baru saling kenal, namun saat di kendaraan tampak akrab dan seperti sudah kerabat.
Tidak ada kesunyian di dalam mobil, canda dan tawa terdengar di dalam. Galang merasakan ada hubungan dekat dengan kedua bocah kembar tersebut. Bahkan Galang saja jarang bermain dengan anak kecil. Tapi, kok saat dekat dengan kedua kembaran tersebut ada yang sensasi yang beda.
"Adek, om kita sudah sampai. Ayo segera keluar," bujuk Galang seraya membuka pintu mobil.
"Oke, Kak Galang." Erza dan Reza membuka pintu. Kemudian disusul oleh Nion.
Mereka meninggalkan mobil di tempat parkiran. Kemudian kedua kembaran saling memilih es krim yang menurut mereka cocok dan lezat. Sedangkan Galang dan Nion menunggu di samping kedua bocah kembar.
...
"Pak, Ibu Salsa sudah sadar," tutur Ibu Dokter saat melihat Candra beserta sekelompok polisi menunggu kabar mengenai Gita.
"Baik, Dokter," sanggah Fergie sambil menundukkan kepalanya dengan sopan.
Dokter tersebut lantas pergi dari tempat tersebut. Mereka bergerak cepat untuk menyelidiki kasus penuh misteri seperti ini. Mereka berjalan dengan pelan, lalu berdiri tepat di samping ranjang pasien. Salsa masih terbaring lemah.
"Ibu, kami akan bertanya tentang kasus Pembunuhan yang dilakukan di dalam rumahnya Valen. Jika anda tidak menjawab dan memilih diam. Anda akan kami beri sanksi tegas. Karena menyembunyikan informasi yang sangat penting untuk kasus seperti ini," ucap Evine dengan tegas.
"Iya, saya akan menjawab pertanyaan kalian," balas Salsa dengan sopan.
"Apakah Salsa juga yang membunuh ibu kandungnya Valen?" tanya Fergie seraya memandang Gita.
"Bukan! Anak saya hanya membunuh Erlaga, seorang pria yang sangat dicintai olehnya. Ia terpaksa melakukan hal keji hanya demi uang dan tidak tega melihat Erlaga menikah dengan Valen. Ia datang ke rumah Erlaga pada dasarnya ia memberikan secarik surat kepada Erlaga dan memalsukan namanya. Tentang ajakan makan pagi di rumah Valen. Erlaga langsung pergi ke rumah Valen karena nomer headphone Valen sulit dihubungi. Kemudian, saat Erlaga sudah mengetuk pintu rumahnya Valen. Tidak ada satu pun yang menjawab, lalu Erlaga sangat terkejut saat Gita yang membuka pintu rumah mewah tersebut. Gita ke dalam rumah sambil membawa pisau dan lain-lainnya. Lalu menusukkan pisau tepat di perut Erlaga. Setelah itu ia meletakkan jasad Erlaga di kamar mandi. Lalu, bergegas untuk melarikan diri. Jangan masukkan saya ke penjara juga, Pak. Saya tidak pernah ikut campur dari kasus ini. Saat Gita, putri saya pulang. Gita baru menceritakan semua kejadian ini kepada saya. Saya tidak tahan dan geram atas perilaku anak saya. Oleh karena itu, saya memukulnya," terang Salsa dengan permintaannya.
"Siapa yang meminta Gita melakukan Pembunuhan ini?" tanya Evine sambil mengerucutkan bibirnya.
"Perempuan paruh baya," sahut Salsa sambil mengingat kejadian tadi.
"Siapa, tolong sebutkan namanya. Oh iya, apakah Gita adalah orang yang sempat bercengkerama dengan Ibu Citra dan memberitahukan bahwa rumah sakit ini telah terbakar dengan memalsukan foto kebakaran rumah sakit ini yang silam?" tanya Achazia dengan nada sedang.
"Maaf, Gita bukan yang menyebar luaskan berita palsu tersebut. Sekali lagi, saya tidak akan menyebutkan nama yang telah memberikan tugas kepada putri kandung saya. Soalnya, jika saya sebutkan namanya. Kemungkinan, kepala saya bisa saja dipenggal oleh perempuan tersebut," lirih Salsa yang merintih ketakutan.
Mereka pun diam dan memikirkan sesuatu. Akan dalang di balik semua ini. Salsa tidak mau menjabarkan kejadian dengan detail. Ia hanya mengungkap rencana. Tapi, ini sudah bagus juga. Hal yang paling membuat mereka tertegun adalah Citra telah memanipulasi. Berarti Citra juga terpaut dalam rencana ini.
Mereka langsung pergi meninggalkan kamar pasien untuk pergi ke ruangan Gilang. Seraya memeriksa Citra yang memang sejak awal Candra sudah merasa curiga akan gerak-gerik Citra beberapa jam yang lalu.
Beberapa menit kemudian, mereka telah sampai tepat di depan ruangan Gilang. Candra memanggil Citra dari luar. Citra terlonjak kaget mendengar suara suaminya. lantas, ia berusaha untuk tidak panik dan gugup. Citra dan Clara keluar dari ruangan itu.
"Citra, kamu sudah bohong ya? Gita bukan yang menyebar luaskan berita kebakaran ini. Gita memang Pembunuhnya Erlaga. Serta, Gita bukan juga yang membunuh ibu kandungnya Valen. Tadi, Ibu Salsa sudah menjelaskan kepada kita," ujar Candra sambil menatap Citra yang bergetar hebat.
"E-enggak, tadi be-benar kok. Gita yang menyebarluaskan berita kebakaran. Mungkin ibu kandungnya sudah membohongi kalian. Jangan-jangan ibu kandungnya juga ikut berpartisipasi dalam rencana Pembunuhan yang dilakukan oleh anak kandungnya se-sendiri," gagap Citra yang sedikit gugup.
Evine mengamati Citra dan menguatkan argumen bahwa Citra ada hubungannya dengan kasus ini. Ia tidak percaya atas ucapan Citra. Tak lama kemudian ia memulai pembicaraan serius kepada Citra.
"Ibu Citra, jangan anda manipulasi semua ini! Gerakan tubuh anda yang bergetar serta ucapan anda yang gugup pertanda bahwa anda tidak bisa menutupi kesalahan yang telah anda perbuat!" tegas Evine dengan nada tinggi.
"Hmm, terserah kalian mau bilang apa. Penting saya tidak pernah menyebarkan berita bohong se-seperti itu," tangkas Citra sedikit gugup.
💐Jika kalian suka, jangan lupa meninggalkan jejak dengan cara vote dan komentar.
🌸Aku sayang kalian
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Exchanged (Terbit)
Misterio / SuspensoKesabaran dalam menghadapi ujian sering kali harus dilakukan dalam menjalani sebuah kehidupan. Seperti halnya kisah kembar bersaudara Galang dan Gilang. Mereka saling membenci satu sama lain dalam diam. Hingga suatu ketika Galang harus menerima keny...