🌙Bab Kedua Puluh Tiga - Ketenangan

104 57 31
                                    

"Kenapa menangis? Aku salah ya, bilang seperti itu?" tanya Galang seraya mengerutkan keningnya dan mengepalkan tangannya.

Angelo masih diam dan melanjutkan tangisannya. Galang mengambil tissue dan mengusap air mata Angelo. Tak segan-segan, Galang memeluk Angelo. Angelo terdiam dan memaku di pelukan Galang.

"Baru kali ini, aku memeluk perempuan sepertimu. Padahal, aku sudah menyimpan perasaan sejak dulu kepada kakak ipar aku. Jawab pertanyaan aku atau ingin kupeluk sampai besok!" bentak Galang yang sangat ingin tahu jawaban Angelo.

"Trauma." Sepatah kata terdengar jelas di telinga Galang.

Galang melepas pelukannya. Lalu menelaah maksud dari perkataan Angelo. Kemudian, kembali bertanya, "Trauma kenapa?" tanya Galang penuh ingin tahu.

"Aku adalah seorang gadis yang sangat mengenaskan. Tiada hari tanpa penyiksaan. Lara menjerat, luka hinggap meski aku sedang terlelap. Ibuku telah lama meninggalkan aku sebab dirinya tidak tahan dengan kekejaman ayah kandungku. Aku bersifat dingin sebab ulah dari ayahku. Mungkin ini terdengar sangat aneh. Namun, hal itu harus aku jalankan. Aku trauma dengan suara bentakan. Saat ini aku, membutuhkan kebahagiaan. Aku tinggal bersama ayahku, ia sibuk dengan pekerjaan dan membuatnya pulang malam," lugas Angelo yang membuat Galang mulai mengerti.

Flashback on

Di sepertiga malam, Ayah Angelo pulang ke rumah. Istrinya masih tertidur pulas di lantai. Sedangkan, Angelo sudah tidur di dalam kamar mewahnya. Bentakan dan ketukan pintu terdengar sangat jelas. Seraya membuat Ibu Angelo bangun dari mimpinya.

Ia bergerak cepat untuk membuka pintu rumahnya. Senyuman manis terpapar jelas dari bibir merahnya. Wangi sang suami menyeruak masuk ke Indra penciumannya. Tatkala, ia langsung mengambil tas milik Ayah Angelo dan diletakkan di atas meja.

Namun, Ayah Angelo bukan berterima kasih malah berperilaku kejam terhadap istrinya. Ayah Angelo menampar pipi merah Ibu Angelo. Serta, menarik paksa rambut istrinya. Tangan Ibu Angelo bergetar hebat. Maka dari itu, Ibu Angelo memanggil nama putrinya yaitu Angelo.

"Angelo!" sarkas Ibu Angelo.

Seketika, membuat Angelo membuka matanya. Angelo menuju ke ruang tamu. Matanya menyorot ke tindakan sang ayah kepada ibunya. Sangat kejam dan keras tidak berperikemanusiaan. Sang ayah mengeluarkan pisau tajam. Kemudian, membacok tangan istrinya sampai darah berlumuran ke lantai.

Angelo menangis tiada henti. Ia tidak kuat melihat tingkah laku sang ayah. Ia segera memeluk erat tubuh ibunya. Sang ibu merengkuh tangis dan merintih kesakitan. Ayahnya mendengus kesal penuh amarah.

"Kamu pengkhianat! Pengkhianat, sayang!" bentak Ayah Angelo.

"Jangan tinggalkan saya, Bu. Jangan berikan kekejaman kepada ibu, Ayah," sahut Angelo dengan lirih.

"Pengkhianat? Maksud kamu apa? Saya bukan seorang pengkhi-khianat!" seru Ibu Angelo sedikit gugup.

"Suatu saat, beberapa puluhan tahun yang akan mendatang. Pasti kamu paham. Sekarang pergilah! Sebelumnya, tanda tangan perceraian ini," ujar Ayah Angelo dengan tegas.

"Ayah, jangan pisahkan saya dengan ibu," pinta Angelo yang tak tahan dengan tangisnya.

Angelo didorong ayahnya sampai kepala terbentur di meja kaca. Angelo pingsan, Ibunya khawatir dengan keadaannya. Namun, Ayah Angelo bersikeras memaksa istrinya menandatangani perceraian. Sang istri akhirnya menerima permintaan suami. Ia pergi tanpa membawa barang apapun.

Ayah Angelo meminta dokter untuk menangani Angelo. Sejak kejadian itu, membuat Angelo trauma tentang bentakan, kekerasan dan lain yang bersangkutan. Tidak ada satu hari pun Angelo tidak merasakan bengis ayahnya. Awalnya Angelo dikenal ceria, sekarang berubah 180% bermetamorfosis dingin dan tidak peduli.

Love Exchanged (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang