🌙Bab Kedua Puluh Tujuh - Selendang

98 50 1
                                    

Flashback Membahas Selendang 🌹

Selendang merupakan salah satu benda yang sering dikenakan oleh Ibu Kandung Gilang dan Galang. Beberapa tahun yang lalu, sebelum terjadi pembunuhan, dirinya berada di kamar mengenakan selendang yang berwarna putih. Kemudian, mencium selendangnya serta menari di samping ranjang, tariannya lincah dan molek, wangi melati menyeruak dari selendangnya. Suasana kamarnya semakin tenang dengan iringan melodi penenang jiwa.

Namun, dalam waktu beberapa menit ada yang mengetuk keras pintunya. Tak segan-segan, ia berjalan melangkahkan kakinya untuk membuka. Tariannya dalam hitungan gerakan sudah selesai, tetapi harus ia jeda. Karena sudah tidak fokus dengan kondisi disekitarnya, akan tetapi, saat membuka pintu tidak ada satu pun yang berada di depan kamarnya.

Ia masih bersifat wajar, mungkin hanya sebuah halusinasi. Tak lama kemudian, ia menutup pintu lalu melanjutkan gerakan yang belum terselesaikan. Selang beberapa detik, ada yang melemparkan batu dan membuat jendela di kamarnya pecah. Pecahan kaca berhasil menyentuh kulitnya. Desahan terucap dari bibirnya sebab tidak tahan dengan kesakitan.

Kemudian, ada pisau yang terlempar dari balik jendela dan lolos tertancap dalam perutnya. Percikan darah mengalir deras dari perut dan membasahi selendang putihnya. Lalu, ada satu kapak yang membuat pintu kamarnya terbuka. Kedua tangannya gemetaran dibumbui rasa ketakutan dan kecemasan. Soalnya, ia tidak ingin mati sebelum keluarganya merasakan kebahagiaan.

Saat ini, langit gelap dan tidak ada gugusan bintang serta rembulan yang terlihat. Lantas, ada sorotan lampu dari mobilnya lebih tepat yang dimiliki oleh keluarganya. Ada Gilang, Galang serta Candra. Gilang dan Galang umurnya masih sepuluh tahunan. Sedangkan Candra masih belum rentan usia. Mereka keluar dari mobil dan masuk ke rumahnya.

Saat mereka bertiga memanggilnya, istrinya sudah melemah dan terbujur di tempat tidurnya. Kain dan celana berwarna merah layaknya darah. Tumpahan darah yang lumayan banyak menjadikan warna kelamnya yang banyak kesedihan dan kepedihan menetap dalam kehidupannya tanpa sepengetahuan suami dan anak-anak nya.

Firasat mereka bertiga sangat tidak enak. Mereka memilih untuk langsung menuju ke kamarnya. Membutuhkan waktu kurang lebih Lima menit, kondisinya sekarat walau demikian hatinya tetap ingin berjuang melawan maut.

Mereka bertiga terkejut melihat kapak yang membuat pintu terbongkar. Kedua mata Gilang dan Galang menatap ke arah ranjang. Darah menyebabkan bau amis menyeruak ke hidung. Gilang memberanikan diri untuk mengecek di ranjang.

Air mata mengalir deras dari matanya. Isak tangis menderu dari lisannya. Membuat Galang dan Candra berjalan mendekati arahnya. Galang menutup mulutnya dengan menggunakan telapak tangannya. Kemudian melepas dan mengucapkan kata-kata yang tidak membendung tangisannya.

"I-ibu, ja-jangan ti-tinggalin a-aku. A-aku sa-sayang i-ibu," gagap Galang sangat gugup dan menunjukkan rasa iba yang ada dalam naluri hatinya.

Gilang segera memeluk erat Ibunya. Meskipun bajunya ikut amis dan Galang pun juga mengikuti pelukan kakaknya. Ibu mereka masih membuka mata dengan nafas yang terengah-engah. Candra berusaha memejamkan mata dan berharap bahwa ini semua adalah mimpi.

Setelah ia membuka matanya kembali, ternyata semua hal itu terjadi. Semua itu adalah kenyataan yang harus diterimanya dengan penuh kesabaran serta keikhlasan. Namun, ia juga penasaran siapa yang melakukan hal bengis ini.

Ibu kandung Gilang dan Galang melambaikan tangan kanannya. Seraya membuat Candra ingin melangkahkan kaki untuk berada dekat kepadanya. Tangisan demi tangisan tergores penuh duka.

"Ka-kalian ja-jaga di-diri baik-baik. Beberapa tahun kemudian, ada beberapa peristiwa besar yang akan menimpa kalian. Aku tahu siapa yang melakukan ini kepadaku, pelakunya adalah seseorang yang pernah kamu ... A-aku e-enggak kuat!" seru Ibu kandung Gilang dan Galang, denyut nadi tidak lagi berdetak. Jantung tidak berdebar. Kini telah menghembuskan nafas terakhirnya.

Flashback Of 🌺🌺

Karena kejadian masa lalu itulah yang membuat Candra merasa yakin. Jika selendang tersebut adalah milik istrinya. Namun, anehnya tidak ada darah yang mewarnai selendang putih yang terpajang di dinding. Ia masih menanyakan pada akal pikirnya. Ia teringat juga atas perkataan terakhir dari istrinya yang mengatakan beberapa tahun kemudian ada suatu kejadian yang tidak pernah diduga sebelumnya.

Sedangkan, Clara masih menyelidiki siapa yang telah menulis surat dan menyarankan untuk bersifat hati-hati dalam beberapa hari kemudian. Mungkin, akan terjadi suatu hal yang paling menyeramkan atau bahkan kesedihan tanpa diketahui alasan di balik hal itu. Sungguh! Keganjalan merasuki akal pikirannya begitu pula Ayah mertuanya yang flashback ke masa lalu.

Gadis kecil yang berada dalam kamar Fionita diantar ke rumah karena pernyataan yang setidaknya membantu proses penyelidikan. Beberapa bukti menyudut ke Citra beserta satu orang wanita yang tadi berbicara dengannya.

...

Angelo, menangis sendirian di ruang tamu selepas Ayahnya meninggalkannya bersama kesunyian serta sedih yang mendalam. Bentakan sang Ayah yang setiap hari terdengar melalui telinganya. Seraya membuatnya untuk berusaha tegar dan tidak lalai untuk sabar. Padahal, saat kecil ia selalu diberikan Kebahagiaan bahkan hampir setiap pulang kerja selalu diberikan hadiah dan kejutan. Tapi akibat ada konflik semua telah berubah.

Ayah, aku butuh perhatianmu, kasih sayangmu, cinta dan hadiah serta kejutan darimu. Ayah aku rindu ibu dan kenangan masa kelam kita. Ayah, andai kau tahu. Aku sangat-sangat ingin mengulangnya. Makan bakso dan minum juz melon bersama dan lain sebagainya. batin Angelo yang ingin berteriak tapi harus ditahan, ia tidak mengharapkan ayah mendengar dan kembali melakukan kekejaman karena terusik oleh masa lalunya.

Angelo memilih untuk pergi ke kamar dan meluapkan kesedihannya. Saat ia sudah ke kamar ternyata sejak tadi ada panggilan masuk dari Galang. Mungkin, Galang khawatir dan resah apabila Angelo dalam keadaan buruk. Angelo menelpon balik Galang. Alhasil Galang menerima telponnya kemudian mereka saling berbincang.

🌸 Panggilan

"Angelo, kamu yakin tidak apa-apa?" tanya Galang sangat khawatir lewat pembicaraan melalui panggilan.

"Iya, Ga-Galang," gagap Angelo sedikit gugup sebab masih terisak tangis.

"Halah, kamu jangan bohong! Jangan seperti itu! Aku akan menjemputmu di depan rumahmu untuk makan malam, sekaligus membahas masalahmu, tidak ada penolakan!" seru Galang mengeluarkan suara beratnya.

Galang langsung mematikan panggilannya. Angelo ingin menolaknya tapi Galang mengakhiri pembicaraan lewat telpon begitu saja.

Kurang lebih satu jam kemudian ... 🌳

Langit sudah mulai gelap, sedangkan Ayah Angelo belum juga pulang ke rumah. Angelo bersiap-siap memakai baju yang sesuai. Barang yang dikenakan Angelo harganya di atas satu milyar. Klakson berbunyi dari depan rumahnya seketika membuat Angelo terkejut. Angelo melihat lewat jendela kamarnya. Ternyata bukan Ayahnya yang datang, melainkan Galang dengan mobil pribadi miliknya sendiri.

 Ternyata bukan Ayahnya yang datang, melainkan Galang dengan mobil pribadi miliknya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💐Jika kalian suka, jangan lupa meninggalkan jejak dengan cara vote dan komentar.
🌸Aku sayang kalian!

Love Exchanged (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang