"Astaga, jadi kita perlu periksa Ibu Gita di rumah sakit jiwa saat ini. Maaf sebelumnya, kenapa Ibu melakukan kekerasan seperti ini?" tanya Polisi yang memegang erat tangan Salsa.
Kedua tangan Gita dipegang oleh Evine. Jadi Gita tidak akan pergi kemana-mana. Begitu pula, Salsa yang masih terperangkap di tangan salah satu polisi. Beberapa detik, Salsa menangis tiada henti. Membuat semua orang yang berada di sini tampak bingung.
Fergie bergerak cepat untuk membawa Gita dan Salsa ke rumah sakit jiwa. Agar pikiran Salsa sedikit lebih tenang sekaligus biar ia menjawab atas apa maksud yang telah ia perbuat kepada putri kandungnya sendiri.
Mereka berdua dimasukkan ke mobil polisi. Setelah itu, Gilang menggendong Clara. Kursi roda dibawa masuk ke mobil privat. Sedangkan bayi dibawa Citra, soalnya Candra sudah letih. Tangan Citra mengepal erat. Raut wajahnya memperlihatkan kekesalan. Seraya Candra masih saja mengamatinya.
...
Akhirnya beberapa jam kemudian, mereka telah sampai di depan rumah sakit jiwa. Mereka langsung masuk ke ruangan tersebut. Lalu, mencoba menerangkan kejadian tadi ke salah satu dokter kejiwaan untuk menampung Gita. Setelah itu, duduk di ruang tunggu.
Salsa pun ikut duduk, di ruangan. Salsa sepertinya sedikit panik. Mungkin, sebenarnya ia sangat sayang kepada putrinya. Ia melakukan kekerasan demikian demi kebaikan Salsa. Seorang ibu pasti sayang kepada putrinya.
Sejak Gita berumur kurang dari satu tahun. Ia sudah tidak punya seorang ayah. Hidup serba sederhana. Orangnya dikenal dengan seorang ambisius yang akan selalu berjuang mencapai target.
Hasil pemeriksaan keluar, setelah beberapa menit mereka menunggu. Ternyata hasilnya positif bahwa Gita telah gila sampai waktu yang belum bisa diperkirakan. Galang, Candra, Citra, Clara serta sekelompok polisi terkejut atas hasilnya.
"Apakah jiwanya bisa kembali pulih, Dok?" tanya Salsa yang masih terisak tangis.
"Maaf, Bu. Kalau soal itu, belum bisa saya tentukan. Bisa bersifat permanen dan sementara. Asalkan diberi ketenangan jiwanya dan tidak membuatnya panik bahkan kecewa sekalipun," jawab Dokter.
"Ah! Tidak mungkin, Dokter. Kemarin aja masih bersikap biasa saja. Tapi...." Tiba-tiba ucapan Salsa terpotong.
"Perbanyak sabar ya, Bu. Jika Tuhan berkehendak apapun yang tidak akan terjadi bisa saja terjadi," ucap Dokter sambil menepuk pundak Salsa.
Dokter tersebut pergi dari tempat itu. Sekelompok penasaran akan potongan kata yang ingin Salsa ucapkan.
"Ibu Salsa, jika tidak mau menjawab pertanyaan kami. Saya pastikan hukuman yang akan kami berikan kepadamu lebih berat. Jawab atau tidak!" tegas Fergie kepada Salsa yang tampak lemas.
Kondisi tubuh Salsa kian melemah, dan tampak lesu. Tiba-tiba, matanya terpejam dan ia jatuh ke permukaan lantai. Setelah diperiksa, Salsa sudah tidak sadarkan diri. Polisi berteriak memanggil dokter. Agar membuat Salsa sadar.
Selang beberapa detik, dokter datang dengan membawa brankar. Lalu, membawa Salsa ke salah satu kamar pasien. Setelah masuk, hidungnya dikasih minyak kayu putih.
Tiba-tiba bayi Gilang dan Clara yang dibawa oleh Citra menangis di depan ruang pasien. Clara langsung tanggap, ia meminta Galang mendorong kursi rodanya untuk menenangkan bayinya. Mungkin sudah kehausan. Soalnya lebih dari tujuh jam belum diberikan ASI.
Waktu telah menunjukkan pukul dua siang. Mereka telah lapar, dan saat makan siang di sebuah restoran ternama yang berada di dekat rumah sakit jiwa tersebut. Galang yang akan membeli makanan di sana. Lainnya tinggal menunggu saja.
...
"Galang, kok lama banget ya? Kok belum Kembali ke sini?" tanya Clara kepada Candra.
"Hm, benar juga. Tapi, mau gimana lagi? Kita kan harus sabar dan nunggu," sahut Candra.
"Iya, Ayah," jawab Clara sambil menganggukkan kepalanya.
Kalau dihitung sudah lebih dari satu jam, Galang belum kembali ke tempat ini. Mungkin, ia masih antri membeli makanan. Waktu semakin cepat untuk berlalu, Galang masih belum juga kembali. Keluarga tampak cemas, Candra pun memilih untuk menyusul Galang.
Candra berjalan keluar sembari menyebrang jalan dengan hati-hati. Lokasi restoran berada di depan rumah sakit jiwa. Jadi harus menyebarang jalan terlebih dahulu.
Akhirnya, Candra masuk ke restoran dan melihat Galang yang masih duduk manis di tempat itu. Sembari bercengkerama dengan perempuan di kursinya. Candra seperti mengenal perempuan itu. Candra mencoba untuk mendekat.
"Renita," ucap Candra dengan halus.
"Wah iya, Om Candra. Ini saya, Renita. Bagaimana kabarnya? Tadi, saya tidak sengaja bertemu dengan putra om. Ya sudah saya ajak ke kursi ini untuk saling berbicara. Hehe," kekeh Renita.
Renita adalah teman masa kecilnya Galang dan Gilang. Tetangga dekat, tapi kini Renita harus fokus mengejar karirnya di kota.
Tadi mereka berdua baru dipertemukan kembali tanpa diduga bahkan membuat mereka saling tertegun atas perubahan penampilan dan lain sebagainya. Renita yang tambah tinggi dan anggun. Memakai baju kantor serta tas yang harganya mahal.
"Baik, Renita. Oh iya, Galang tolong kembali ke tempat tadi soalnya sudah banyak yang menunggu kamu. Kasihan mereka sudah lapar, eh kamu malah santai saja disini. Tolong segera kembali ya," pinta Candra menatap Galang.
"Iya, Ayah. Permisi Renita, saya mau bayar dahulu. Sampai jumpa di lain waktu," ucap Galang mengakhiri semuanya.
Mereka pun pergi meninggalkan Renita. Renita menundukkan kepalanya. Galang mengurus pembayaran. Kemudian pergi berjalan ke rumah sakit jiwa. Memberi makan kepada orang.
...
Namun, di seberang jalan terlihat Salsa yang berlari.
Bres!
Darah mengalir deras dari kepala Salsa. Beberapa orang datang untuk melihat keadaannya. Namun, ada salah satu orang yang malah narsis di dunia Maya.
"Hai guys! Ada orang kecelakaan di sini! Uwwu! Aku buat video ini, jangan lupa like, komentar dan ikuti akun YouTube ku ya!" ucap Regan, salah satu masyarakat.
Ia menjadi tontonan di masyarakat. Mata menyorot tajam ke arahnya. Begitu pula, masyarakat geram melihatnya. Kepercayaan diri yang berada di hati semakin bikin tenggorokan kering bagi mereka.
Sekelompok polisi datang bersamaan dengan mobil ambulans. Bagaimana? Kok bisa semua ini terjadi? Pertanyaan itu menempel ke akal mereka, Candra dan Galang.
Polisi meminta Candra dan Galang masuk ke kamar pasien. Mereka di sana diajak berkomunikasi membahas masalah penyelidikan ini.
"Begini, tadi Salsa menceritakan kejadian semuanya. Ia menjelaskan alasan kekerasan yang dilakukan kepada putrinya untuk kebaikan. Ia tahu bahwa anak telah membunuh Erlaga demi uang dan tidak ingin melihat Erlaga menikah dengan Valen. Kemudian, ia memberikan kekerasan kepada putrinya agar tidak mengulangi hal kejam tadi. Gita pun tersiksa dan depresi. Namun, saat Salsa bertanya siapa yang meminta untuk melakukan hal ini. Namun, Gita tidak menjawab ia hanya diam, pasti ada orang yang memintanya," ucap Evine sambil memainkan tangannya.
💐Jika kalian suka, jangan lupa meninggalkan jejak dengan cara vote dan komentar.
🌸Aku sayang kalian
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Exchanged (Terbit)
Gizem / GerilimKesabaran dalam menghadapi ujian sering kali harus dilakukan dalam menjalani sebuah kehidupan. Seperti halnya kisah kembar bersaudara Galang dan Gilang. Mereka saling membenci satu sama lain dalam diam. Hingga suatu ketika Galang harus menerima keny...