Hilangnya permata Gold

341 19 0
                                    

Tentu, kau tak pernah menyangka bahwa pasir laut yang kau anggap remeh adalah komponen utama terbentuknya sebuah mutiara

~ Kayyis Danil Fathir ~

Seorang gadis tengah duduk ketakutan di dalam kegelapan. "Bukan, gue bukan pembunuh." Ia menekan kepalanya sendiri di tembok kamarnya.

"Gue ga mau masuk penjara." Ia kembali menenggelamkan wajahnya di antara kedua lutut yang tak mampu berdiri lagi.

"Zulkarnain ...," lirihnya.

"Kenapa lo harus hadir dan menghancurkan hidup gue?" Hujan masih setia menemani kesedihannya.

"Maafin gue."

🌷

Minggu pagi, mentari kembali hadir, membangunkan tuan muda dari mimpi indahnya.

"Danil! Bangun! Kebiasaan banget kamu kalo hari minggu!" teriak Bunda dari lantai bawah.

"Emmmhhh." Pria itu berusaha membuka matanya yang terasa berat.

Ngieett!

"Selamat pagi, Tuan muda," ucap Bi Sari kala memasuki kamar bernuansa glamor itu.

"Selamat pagi," jawabnya masih dengan mata tertutup.

"Kata Nyonya Tuan harus mandi lalu langsung ke ruang makan."

"Telanjang, gitu?"

Wanita itu menahan tawanya. "Ah, tuan ini ...." Danil tersenyum simpul.

"Yasudah, Tuan. Saya keluar dulu, pakaiannya sudah saya siapkan di sana."

"Iya, terima kasih, Bi."

"Sama-sama, Tuan."

"Pagi, Bun."

"Pagi, Sayang."

"Loh, kalian udah pada sarapan?"

"Udah, kamu aja yang telat. Siapa suruh habis subuh tidur lagi."

"Kebo," sahut Rafa. Danil menatapnya nyalang

"Ngomong kebo aja bisa lo."

Danil segera melahap sarapan paginya dengan ditemani Rafa yang tengah bermain di meja makan.

"Danil, kamu nggak sibuk, 'kan?" Danil hanya menggeleng karena masih mengunyah makanannya.

"Kenapa, Bun?" tanyanya setelah menyelesaikan acara sarapannya.

"Bunda mau ke rumah tante Manda, kamu tolong jagain adek kamu."

"Iya, Bun. Hati-hati."

"Oh iya, lupa. Ini jagain ikannya, jangan sampek dimakan kucing."

"Kenapa gak ditaro kulkas?"

"Ini lagi Bunda ademin, mau digoreng ntar."

DANILITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang