Detektif Danil

156 7 0
                                    

Mempertaruhkan nyawaku?
Jika itu artinya menyelamatkan kekasihku
Maka, jawabannya adalah iya

~ Kayyis Danil Fathir ~

"Selamat pagi, Tuan muda, ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis itu setelah melihat putra tengah keluarga Fathir berkunjung bersama beberapa temannya. Ya, Danil membawa pasukan mata-mata dan koneksi milik Bucin.

"Lift yang pernah mengalami kecelakaan satu tahun lalu di mana, ya, Mbak?"

"Tuan silahkan lurus ke kiri sana, belok ke kanan sedikit, ada lift di sana. Mohon maklum ya, Tuan jika sepi di sana."

"Kenapa? Emangnya udah nggak di pake?" Danil terlihat bingung, ada apa memangnya?

"Karena kebanyakan karyawan menduga liftnya itu berhantu, mereka lebih memilih memakai lift lainnya." Danil mengangguk paham, ternyata banyak isu kebohongan di sini, ia yakin itu.

"Ohh begitu. Yasudah terima kasih, Mbak."

"Sama-sama, Tuan."

"Gimana, Danil?" tanya Arga mengunjungi putranya di depan lift.

"Nggak dapet apa-apa, Yah. CCTV-nya dirusak pas kejadian itu."

"Itu namanya kamu dah dapet petunjuk, jadi kemungkinan benar ini bukan kecelakaan."

"Om, boleh saya bertanya sedikit?" tanya Lutfi sebagai ketua mata-mata Bucin.

"Ya, silahkan."

"Apa Om Bima punya sahabat atau orang yang mungkin bisa dipercayai?"

"Saya tidak tau pasti, tapi dia mengkorupsi dana perusahaan ini tidak sendiri, dia bersama Ari."

"Sekarang Ari ada di mana, Om?"

"Dia sudah saya pecat sejak hari kematian Bima," jawab Arga mengingat-ingat.

"Apa Om Arga tau di mana tempat tinggal Pak Ari itu?"

"Kalo tidak salah dia tinggal di perumahan elite Berliana nomor ... berapa ya, satu nol empat kalau tidak salah."

"Apa tidak ada rekannya yang lain, Om?"

"Setau saya tidak ada."

"Lo ngapain nyari dia? Maksudnya mau ngajak dia ikut nyelidikin?" tanya Bintang tak paham.

"Bukan, justru dia target kita saat ini."

"Maksud lo?"

"Gini, orang yang dipercaya Om Bima ini tadi kemungkinan dia yang megang uangnya, apalagi kata ayahnya Danil ini rekan korupsinya. Kalo Om Bima meninggal, kemungkinan uangnya akan jatuh ke rekannya ini tadi. Gue jadi tambah yakin."

"Pinter juga lo, Lut."

Ketua mata-mata Bucin yang kerap disapa Pilut itu hanya menatap Bintang jengah. "Dari dulu kali," gumamnya.

Mereka sampai di depan perumahan elite ini.

Ding dong! Ding dong!

DANILITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang