Dunia memang kejam
Kau harus memilih untuk terus hidup dengan semua keberanian, atau mati dengan semua ganjaran_Puspa_
"Yes, Dear. I will soon return to Canada at the end of the month, I have to accompany my parents first. We still feel lost." Tidak ada jawaban. Gadis di seberang sana hanya diam tanpa menjawabi ucapan kekasihnya.
Detik selanjutnya sambungan telepon dimatikan membuat Raja menghela napasnya panjang. Kebiasaan pacarnya ini jika tengah menahan rasa rindu, ia selalu saja ngambek seperti ini, pikir Raja.
"Raja, kami merestui kalian, kok kalo kamu pengen nikahin Queen," ucap sang Mama yang tiba-tiba datang.
"Enggak, Ma. Raja masih pengen sama Mama-Papa. Lagi pula aku udah ada janji sama Bara buat nikah bareng, Queen juga masih kuliah." Wanita itu pun tersenyum haru. Entah mengapa ia teringat dengan sosok putrinya yang telah tiada beberapa hari lalu? Namun, wanita itu masih bersyukur karena ia memiliki dua putra kembar kesayangannya.
🌷
Setangkai bunga mawar terselip di sebuah buku harian milik adik perempuannya. Raja terlihat terheran-heran melihatnya. "Mawar?"
Tak ingin bertanya-tanya pada dirinya sendiri terlalu lama, ia pun segera menghubungi nomor Yesya untuk bertanya mengenai bunga mawar merah yang telah kering itu.
"Lo udah liat foto yang gue kirim, 'kan? Lo tau itu mawar apa? Lita nyampe itu di buku hariannya," jelas Raja.
"Coba deh Abang baca, di halaman buku itu ada tulisan apa?"
Raja segera mematikan sambungan tteleponya dan membaca tulisan di buku itu dan buku itu hanya berisi ungkapan rasa cinta dan kasih sayang Lita kepada kekasihnya, Danil.
"Ini bunga mawar pemberian Danil pas nembak lo, dek?" ucap pria itu bermonolog, teringat kembali dengan sosok gadis murah senyum itu.
🌷
"Silahkan."
Seorang gadis berwajah datar dengan baju tahanannya baru saja duduk di hadapan tiga orang pria.
"Ada perlu apa? Gue nggak bakal minta maaf," ucap gadis itu malas.
"Gue nggak butuh kata maaf lo, maaf itu soal kesadaran diri lo sendiri, tapi gue tujuan gue ke sini buat jemput rasa penyesalan di hati lo."
Hening, Raja masih mempersiapkan hatinya, semoga saja ia bisa menahan tangisannya.
"Gue nggak tau hati lo udah ketutup sama rasa dendam atau gimana, tapi apa lo nggak ngerasa sedikit pun kasian sama Danil? Sama adek gue?"
"Bokap dia juga nggak kasian bunuh ayah gue!" ucap Puspa menunjuk Zul dengan mata yang berapi-api.
"Lo salah paham, Om Hen pacar tante lo yang udah tega bunuh Om Bima. Udah lama dia nggak suka sama ayah lo karena dia selalu perlakuin tante lo nggak baik. Lo salah paham, Pa! Seharusnya lo nyari kebenarannya dulu sebelum bunuh adek gue!"
Gadis itu nampak terkejut mendengarnya. "Nggak mungkin!"
"Dengan pilihan lo buat bunuh adek gue ... semua upaya Danil buat nyari kebenaran itu sia-sia. Lo udah bunuh adek gue yang nggak tau apa-apa, lo udah bunuh Danil yang nggak berdosa. Lo jahat, Pa."
"Kenapa?! Kenapa kalian nggak ngomong ini dari awal?" tanya gadis itu dengan isak tangis yang terdengar mengerikan, aura penyesalan itu terlihat jelas di wajahnya.
"Lo sendiri yang nggak mau ketemu Danil, lo sendiri yang pergi ke Kanada waktu itu. Siapa yang mau lo salahin? Siapa lagi? Dunia?! Tuhan?! Ini kesalahan lo sendiri."
Lemon segera mengeluarkan foto saat pembunuh itu ditangkap oleh pihak berwenang. "Ini nggak mungkin, enggak! Ini bukan salah gue!"
Ketiga pria itu masih diam, membiarkan gadis itu tersiksa oleh rasa bersalahnya sendiri. "Lita ... Danil ... maafin gue, gue nggak tau, Lit!" Semua kenangan seakan berputar di otaknya, tawa Lita dan Yesya terdengar jelas di telinganya. Kenangan kasihnya dengan Danil, semuanya telah hilang terbang termakan oleh rasa dendamnya sendiri.
"Ayah! Enggak, Yah! Puspa nggak bunuh mereka, mereka itu temen Puspa! Ayah, tolongin Puspa, tolongin Puspa—"
Beberapa sipir di sana segera menenangkan gadis itu. "Mohon maaf, Anda dapat kembali ke sini lagi lain waktu, kami harus menenangkan tahanan terlebih dahulu."
"Semoga dia baik-baik aja," harap Raja tak tega. Apakah pilihannya untuk memberitahu kebenaran ini sudah tepat? Namun, jika ia tidak memberitahunya, gadis itu pasti akan terus hidup dalam dendam yang salah, begitu pikirnya.
🌷
"Benar, Pak. Tahanan ditemukan meninggal di dalam selnya pada dini hari ini pukul 02.30, diperkirakan tahanan meninggal karena bunuh diri menggunakan garpu dan terus membenturkan kepalanya ke dinding, terdapat banyak luka dan goresan di tubuh korban."
Setelah mendapat informasi tersebut dari pihak kepolisian, Raja mendudukkan dirinya di lantai. Apakah ini salahnya? Kasian Puspa, kejiwaannya pasti terganggu setelah kunjungannya hari itu.
🌷
Terlihat seorang pria yang hanya bisa memandangi jasad kekasihnya dengan perasaan pasrah. "Kasihan kamu, sayang, rasa dendam udah bikin kamu buta akan kebenaran, tapi mungkin pilihan untuk mengakhiri hidup itu adalah pilihan terbaik kamu. Selamat tinggal, cantik, biarin aku nanggung dosa ini sendirian, tanpa kamu."
Sungguh malang nasib Deimos. Mungkin ini adalah ganjaran dari Tuhan untuk semua kesalahannya bersama Puspa. Pada akhirnya keduanya berakhir sengsara hanya karena dendam yang salah sasaran.
🌷
Sampai jumpa pembaca setia Danilita, terima kasih dan semoga kalian semua selalu diselimuti dengan kebahagiaan
KAMU SEDANG MEMBACA
DANILITA
Fiksi Remaja❗BELUM DIREVISI❗ "Lo harus jadi milik gue, Lita!" Nada bicaranya berubah menakutkan. Lita segera melepas pelukannya dan berjalan menjauh. "Danil?" "Ya, Baby?" Ia berjalan mendekati gadis itu. "Come hare, Baby! Let's play with me." Danil menyeringai...