07- Lamaran

60 9 0
                                    

Sore hari Arsyila sudah berada di kamarnya sedang tiduran, ia merasa sedih mendengar Azka sudah pacaran, patah hati kayanya. Kemudian masuklah bundanya Arsyila ke kamarnya.

"Syila! Kamu udah pulang, kok nggak biasa-biasanya. Biasanya kamu koar-koar tuh pulang sekolah," ucap Dira bundanya Arsyila.

"Iyah udah Bun. Lagi nggak mood nihh Bun teriak-teriaknya. Hehehe," ucap Arsyila dengen senyuman paksa.

"Ada-ada ajah kamu. Bunda boleh duduk di sini nggak?" tanya Dira.

"Boleh Bun," jawab Arsyila.

"Kamu kenapa sayang, lagi sedih yah cerita dong sama Bunda," ucap Dira.

"Nggak kok Bun," lirih Arsyila.

"Yaudah kalau gitu. Oh yah Bunda minta nanti malem kamu pakai baju yang bagus yah," ucap Dira.

"Hah? Emangnya mau kemana Bun, ada acara yah. Atau Abang mau tunangan," tebak Arsyila.

"Bukan sayang, tapi nanti malem kamu ada yang mau melamar kamu," ucap Dira sambil merangkul anaknya.

"Hah? Maksud Bunda? Syila dijodohin, Syila nggak mau Bun, Syila masih kecil, masih unyu-unyu, yang terpenting Syila masih sekolah Bun," rengek Arsyila.

"Sayang kamu mau dijodohin sama temen anaknya Bunda, kamu mau yah sayang," ucap Dira.

"Tapi Bun ... ," ucap Arsyila terpotong.

"Bunda nggak terima penolakan, pokoknya kamu harus mau. Nanti malem bakal ada yang melamar kamu, jadi kamu siap-siap yah," ucap Dira sedangkan Arsyila nggak bisa menolak.

'Mungkin ini takdir gue mesti dijodohin. Dan gue juga harus rela melepas Kak Azka ia juga udah punya pacar, mungkin Kak Azka bukan jodoh aku. Aduuh apaan sih pakek mikirin mantan,' batin Arsyila, dan ia hendak menggelengkan kepalanya saat membatin.

  Malam hari Arsyila telah siap-siap untuk menyambut calon suaminya, ia sudah berdiri di depan cermin. Arsyila memakai gamis cantik merupai gaun panjang berwarna coklat susu dengan jilbab yang senada, tidak lupa juga dengan polesan make up tipis.

Di ruang tamu sudah duduk seorang pria, bersama keluarganya hanya mamahnya dan kerabat dekatnya. Siapa lagi kalau bukan Azka Reyhan Adiwijaya anak dari Laras.

"Bang, ajakin Adeknya kesini," ucap Dira kepada Arshaka. Arshaka hanya mengangguk.

Di kamar, Syila masih duduk di meja riasnya, sesekali melihat dirinya pada cermin. Tiba-tiba pintu kamar Syila di ketuk oleh seseorang, siapa lagi kalau bukan Arshaka yang ingin menghampiri adiknya.

"Dek! Ayo turun calonnya udah ada tuh," goda Arshaka.

"Ikhh Abang!" teriak Arsyila.

  "Udah cepetan Dek," ujar Arshaka. Arsyila hanya mengikuti abangnya sambil menunduk saat berada di ruang tamu.

Lalu Arsyila duduk di sebelah calon suaminya sambil menunduk, sebaliknya juga Azka hanya menunduk dan bersikap cuek, makanya mereka tidak tahu siapa yang berada di sebelahnya.

"Baik, saya dan anak saya kesini ingin melamar anak dari bu Dira dan pak Surya. Dia adalah Arsyila Salsabila Putri Surya," ucap Laras. Sedangkan Azka terkejut dengan nama yang di ucapkan oleh mamahnya. Arsyila hanya menunduk karena ia belum tahu siapa lelaki itu.

"Kami dari keluarga Arsyila akan menerima lamaran dari Azka Reyhan Adiwijaya, dan untuk sepenuhnya kami serahkan kepada anak saya," ucap Surya. Arsyila melototkan matanya ketika nama Azka disebutkan.

Lalu mereka berbarengan melihat siapa yang akan dijodohkan oleh kedua orang tuanya.

"Lo," ucap mereka berbarengan.

"Kalian udah saling kenal?" tanya Laras. Mereka berdua menggeleng berbarengan.

"Nggak kok Mah," jawab Azka.

"Yaudah kalau gitu kita lanjut yang tadi. Gimana sayang kamu terima nggak lamaran dari Azka?" tanya Dira. Arsyila menatap abangnya itu, Arshaka hanya senyum dan mengangguk. Arshaka tidak tahu bahwa Azka adalah orang telah menyakiti hati adiknya itu, atau lebih tepat mantannya Arsyila yang jadian hanya 3 detik.

"Syila," panggil Surya.

"Hufft, Syila terima lamarannya," ucap Arsyila sambil memejamkan matanya.

"Alhamdulillah," ucap semuanya.

"Yasudah. Sekarang lamarannya kan udah selesai, jadi kita sekalian ajah bahas soal pernikahannya," ucap Dira.

"Hah? Nikah?" seru Azka dan Arsyila.

"Iyah," jawab Dira.

"Tante kita kan masih sekolah. Mah Azka itu masih sekolah nggak mau nikah, nanti ajah kalau kita udah lulus, kalau tunangan ajah sih oke ajah, tapi nikah mah nanti kalau kita udah lulus," ucap Azka kepada Dira dan Laras.

"Itu kelamaan sayang. Arsyila lulusnya 2 tahun lagi, lagi pula kalian baru awal-awal sekolah. Jadi itu menghambat pernikahan jadi kita akan nikahin kalian di usia muda," ucap Laras.

"Tante, maaf sebelumnya. Kami kan masih sekolah terus kalau kita nikah bisa di keluarin di sekolah," ucap Arsyila.

"Iyah bener tuh Mah kata dia," ucap Azka.

"Jangan khawatir kalian, nanti dari pihak sekolah kami tidak akan beritahu, bahkan pernikahannya akan dihadiri kerabat saja," ucap Dira.

"Yaudah terserah," ucap Azka dan Arsyila berbarengan. Mereka saling menatap dan kemudian mengalihkan permandangan.

"Acciee, kalian ngobrolnya barengan mulu," ucap Arshaka.

"Apaan sih diem dah Bang," ucap Arsyila.

"Hahahahaha. Dek jangan lupa yah kalau udah nikah, kasih Abang keponakan yang lucu," ucap Arshaka sambil ketawa.

"Dasar curut," ucap Arsyila kesal.

"Lu tuh yang curut," ucap Arshaka.

"Abang udah ikh jangan berantem mulu," ucap Dira.

"Iyah Bun," ucap Arshaka.

"Nah kami udah sepakat bahwa pernikahannya akan dilaksanakan nanti minggu depan," ucap Dira.

"Hah? Minggu depan Bun?" tanya Arsyila. Sedangkan Dira hanya mengangguk diikuti oleh Laras.

"Bunda, Syila nggak mau. Masa minggu depan Bun, setahun lagi kek," rengek Arsyila.

"Udah Bunda nggak mau tahu kamu harus turuti," ucap Dira. Mereka hanya menghembuskan nafas, percuma jika ia menolak tidak akan membuat orang tua mereka mengundur pernikahannya.

Lalu malam itupun direncanakan pernikahannya sesuai dengan apa yang dimusyawarahkan Laras dan Dira, sedangkan pak Surya hanya bisa mendengar apa yang diinginkan perempuan, percuma jika ia ikut ngobrol pasti tidak akan berbuah hasil. Dasar emang Perempuan kan? Into kali yah yang perempuan,, hihihi aku juga sama perempuan.

Bersambung ...

Benci Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang