06- Balas Budi

71 9 0
                                    

Keesokan harinya ...
Azka sudah berada di kelasnya dengan wajah di tekuk, hari ini ia tidak berangkat bareng dengan Arsya karena Arsya akan diantarkan oleh papahnya.

"Dooorrrr," ucap Hizaz mengagetkan Azka.

"Apaan sih lo," ketus Azka.

"Yaelah bengong ajah Bray. Napa putus ama si Arsya," ucap Hizaz sambil duduk di samping Azka.

"Raffi mana?" tanya Azka.

"Nanti dia nyusul, soalnya lagi ke rumah sakit nengok neneknya, paling jam 7 ke sekolahnya," ucap Hizaz.

"Emang yakin nggak bakal ke tahuan kalau dia datang terlambat," ucap Azka.

"Yah lewat gerbang belakang lah," jawab Hizaz. Sedangkan Azka hanya membalas anggukan.

  "Kenapa sih lo? Ada masalah cerita lah," tanya Hizaz.

"Gue inikan temen lama loh, gue bisa kok jaga rahasia," sambung Hizaz.

"Oke. Gue mau cerita ama lo. Tapi cuma lo doang, jangan sampe lo kasih tahu ke Raffi," ucap Azka.

"Kenapa dia juga kan sahabat kita?" tanya Hizaz.

"Iyah tapi ini masalah besar banget kalau sampai bocor ke sekolah ini bisa-bisa gue di keluarin. Kita kan bersahabatan sama Raffi baru 3 tahun gue belum tahu sifat aslinya, mungkin ajah dia orangnya emberan," jawab Azka.

"Yaudah deh. Emangnya masalah apa sih sampai kalau ketahuan sekolah lo bisa di keluarin. Lo hamil yah!" seru Hizaz.

"Enak ajah lo ngomong gue laki," jawab Azka.

Lalu Azka pun menceritakan tentang perjodohan itu kepada Hizaz.

"What? Jadi lo dijodohin. Terus si Arsya mau lo kemanain, yaudah dah gua rido si Arsya buat gue," ucap Hizaz mendapat tonjokan di lengannya oleh Azka.

"Sekali lagi lo ngomong gitu, lo berurusan sama gue. Sampai kapan pun gue nggak bakal lepasih Arsya, walaupun nanti gue bakal nikahin gadis yang Mamah maksud, gue nggak bakal putusin Arsya, gue bakal pacaran terus sama arsya," ucap Azka.

"Gila lo!" seru Hizaz.

"Terus gue bakal tunggu, gadis itu minta pisah sama gue. Selesai dehh," ucap Azka.

"Ya ampun, gila lo tega banget dah," ucap Hizaz.

"Terserah gue lah. Mana mungkin gue sakitin orang yang udah setia sama gue. Kalau nggak ada Arsya yang nolongin gue dulu, gue nggak bakal bisa sekolah di tempat elit kaya gini," ucap Azka.

Dulu setelah kematian papahnya Azka, ia sangat kekurangan uang, sehingga Azka dan bu Laras mamahnya harus bekerja.

Flashback on
  Setelah pulang sekolah, perasaan Azka tidak enak. Lalu ia memutuskan untuk cepat-cepat pulang ke rumah. Setiba di rumah banyak orang dan di pagarnya terdapat bendera kuning.

"Hah siapa yang meninggal?" tanya Azka pada dirinya.

Lalu Azka cepat-cepat masuk dan terlihat mamahnya dan adiknya sedang menangis sambil memeluk papahnya. Azka pun menghampiri dan ikut menangis.

"Mah apa yang terjadi sama Papah?" tanya Azka.

"Papah kecelakaan, saat ia mau membeli makanan dari kantornya dan menuju ke warteg, terus tiba-tiba ada komunitas geng motor dan menabrak Papah," ucap Laras sambil menangis.

"Nggak mungkin Pah, bangun Pah. Kita masih butuh Papah," ucap Azka.

Proses pemakaman pun sudah dilaksanakan, semua orang kembali ke rumahnya. Masih banyak orang yang ngelayad dari rekan bisnis Papahnya.

Suatu hari pak Ilham dan bu Seni datang ke rumahnya Azka, mereka adalah om dan tante Azka, adik dari pak Adiwijaya.

"Saya kesini hanya untuk menyampaikan, bahwa harta warisan mas Adiwijaya jatuh ke tangan saya selaku adiknya," ucap Seni.

"Nggak bisa gitulah Sen, mbak juga butuh uang dari warisan mas Adi, untuk memenuhi kebutuhan Azka dan Azkiya," ucap Laras.

Di suatu sisi Azka melihat kejadian tersebut di tembok itu dengan mengintip, walaupun Azka masih kelas 9 SMP tapi ia juga ngerti harta warisan.

"Nggak ini sesuai surat warisan dari mas Adi, jadi kalian silahkan pergi kalau tidak saya akan usir kalian secara paksa," ucap Seni.

"Nggak Sen. Mbak mohon jangan usir kami, kami nggak tahu harus tinggal dimana," ucap Laras sambil memohon  lutut di kaki Seni.

Azka yang melihat itu emosinya semakin tinggi, karena melihat mamahnya bersikap seperti itu. Lalu Azka menghampiri mereka dan membangunkan mamahnya dari simpuhan itu.

"Mah bangun. Mamah nggak pantes kaya gini sama orang yang nggak tahu diri. Baik Tante, jika ini mau Tante kami akan pergi dari sini," ucap Azka lalu megemasi barang mamahnya dan adiknya.

Lalu Laras, Azka dan Azkiya yang masih berumur kelas 6 SD, mereka mencari kontrakan untuk mereka tinggal. Laras hanya membawa uang hasil tabungan itupun cuma untuk keperluan seminggu sampai dua minggu.

  Semenjak itu Azka jadi sering tidak sekolah karena harus mencari uang untuk biaya sehari-hari. Azkiya adik dari Azka ia ikut bersama adik Laras karena takut Azkiya tidak terurus karena Laras dan Azka harus bekerja.

Suatu saat Azka yang sedang bekerja menjadi panggul di pasar, ada seseorang yang melihat kejadian itu. Dia adalah Arsya Aqila pacar dari Azka Reyhan Adiwijaya.

"Azka!" seru Arsya yang menghampiri Azka.

"Arsha! Ngapain kamu kesini?" tanya Azka kaget.

  "Aku lagi nunggu Mamah yang lagi ke pasar. Terus kamu ngapain? Terus kamu kenapa udah 3 hari nggak sekolah," tanya Arsya heran.

"Aku pergi dulu," ucap Azka langsung lari.

"Azka tunggu!" ucap Arsya lari tanpa menoleh kanan kiri.

Ketika ia menyebrangi jalan ada motor yang menyerempet tubuh Arsya sehingga ia jatuh. Azka yang melihat kejadian langsung menghampiri dan membantunya.

Di taman Azka mengobati luka Arsya, sedangkan Arsya hanya memandangi. Mereka masih kelas 9 SMP tapi ia sudah pacaran, itu biasa yang dialami anak jaman sekaranglah.

"Az, kamu kenapa lari?" tanya Arsya.

"Aku malu Sya," jawab Azka.

"Malu kenapa?" tanya Arsya.

Lalu Azka pun menceritakan semuanya tentang ia sedang membutuhkan uang. Arsya hanya mendengar sesekali menangis.

"Kenapa kamu bisa cerita sekarang," ucap Arsya. Sedangkan Azka hanya menunduk.

"Aku mau bantuin kamu. Nanti aku bicara sama Papah, dan aku akan minta Papah buat minjemin uang, untuk modal usaha kamu," ucap Arsya sambil senyum.

"Tapi kalau nanti usahanya nggak berhasil malahan bangkrut, terus aku nggak bisa kembaliin uang pinjaman gimana?" tanya Azka.

"Suutttt. Jangan ngomong kaya gitu, aku yakin kamu bisa apa salahnya coba, mau kan?" tanya Arsya.

"Iya mau," jawab Azka dengan menganggukan kepala.

"Oke. Nanti aku ngomong sama Papah," ucap Arsya.

Lalu Azka pun membuka usaha kecil-kecilan cafe, ia menyewa seorang Chef untuk cafe nya itu, sekalian ia juga belajar resep-resep agar ia juga bisa menciptakan resep baru. Sekitar satu tahun Azka bisa memajukan usahanua dan usahanya juga udah banyak terkenal dan cafenya juga selalu ramai.

Cafe itu sering di kunjungi banyak orang dewasa yang sedang pacaran. Laras juga ikut atas usaha anaknya, karena Laras lah yang selalu menjaga cafe di saat Azka sekolah. Dalam setahun juga Azka sudah bisa mengembalikan uang modal yang diberi Papahnya Arsya.

Cafe itu diberi nama 'Cafe Syazka' di ambil dari nama Arsya dan Azka.

Flashback off

Bersambung ...

Benci Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang