Januari

193 62 0
                                    

Jika tidak bisa memperbaiki setidaknya jangan membuat kerusakan.
.
.
.
.
.

Anta merogoh saku celananya yang sejak tadi berdering. Dengan penasaran laki-laki itu melihat apa yang menyebabkan benda pilih itu terus saja bergetar. Pesan digrub chat miliknya sudah masuk puluhan chat, Anta dapat menebak pasti itu chat yang tidak penting.

Ia mengambil tas yang ia bawa tadi untuk masuk ke dalam panti. Semoga Ibu Senja sudah pulang dari masjid agar Anta bisa mandi malam ini, jika malam ini ia tidak mandi dapat dihitung jika Anta libur mandi satu hari lebih.

"Assalamualaikum," kata Anta sembari mengetuk pintu.

Ada beberapa gedung di panti ini. Panti Senjana memang salah satu panti yang sangat baik dan maju. Membimbing anak-anak yang terlahir dari keluarga yang kurang mampu bahkan menampung anak-anak jalanan sekalipun untuk di didik menjadi anak yang berprestasi dan mendapatkan kehidupan yang layak.

Pasalnya Anta tidak mengetahui dimana kamar mandi atau asrama laki-laki, jika mengikuti otaknya yang bermodal sok tahu itu yang ada salah jalan. Anta sering kesini bersama bundanya. Hampir satu bulan sekali pasti kesini, hanya saja Anta selalu datang ke rumah yang ia ketua sekarang tidak ke tempat lain. Mengetahui Pak Keling saja baru beberapa hari yang lalu.

"Assalamualaikum," ucap Antar lagi.

"Waalaikumsalam. Eh, Anta," jawab seseorang membawa mukena di tangannya. "Bunda mu bilang semalam mau kesini, ya? Tapi kok ibu nggak liat."

Wanita yang sering di sapa Ibu Senja bergerak membuka pintu yang tidak pernah ia kunci karena sudah mempercayai anak panti di sini, terlebih lagi penjagaan di gerbang masuk sudah cukup.

"Semalam kesini bu, cuma udah agak malam." Anta menggaruk belakang lehernya sambil tersenyum tidak enak. "Cuma ... numpang tidur di pos satpam sama Pak Keling."

"Masuk, Ta. Duduk dulu."

Setelah Bu Senja duduk, Anta ikut duduk dihadapan wanita itu. "Ibu nggak liat kamu tadi pagi. Pas tadi pagi Pak Keling juga udah ganti jam kerja."

"Pagi tadi Anta langsung ke rumah temen, ngerjain tugas sekolah bareng, bu."

"Oh, begitu."

"Itu, bu," kata Anta pelan. Ia sangat ragu untuk mengatakan hal ini sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi kalo tubuhnya sudah sangat merasa tidak enak.

"Hm ... Anta mau numpang mandi bu, boleh?"

"Oh, boleh. Ibu antar mari." Bu Senja berdiri begitupun dengan Anta. Diarahkan jalan menuju kamar mandi di dalam rumahnya.

"Ibu tinggal, ya. Kalo butuh apa-apa panggil ibu aja."

"Iya, bu."

Bu Senja tersenyum hangat sebagai jawaban. Setelah melihat Bu Senja pergi Anta langsung masuk ke dalam kamar mandi. Hampir sepuluh menit berlalu Anta keluar dengan pakaian yang sudah rapi. Baju kotornya sudah ia masukan ke dalam plastik yang ia bawa.

Ia berjalan keluar. Terlihat Bu Senja yang sedang menyiapkan makanan di meja makan.

"Makan dulu, Ta," ajak Bu Senja.

Januari ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang