Selalu ada setitik cahaya di dalam kegelapan yang akan menuntun mu keluar.
.
.
.
.
.Hari masih pagi bahkan matahari baru mempamerkan sedikit cahayanya di langit sebelah timur. Anta mengendarai motornya menyusuri jalan beraspal yang mulai dipenuhi oleh pengendara lain. Gedung yang menjulang tinggi hingga puluhan bahkan ratusan rumah warga dapat ia lihat dari atas jalan layang yang nampak sedikit berkabut, entah kabut atau asap polusi memenuhi langit Bekasi. Terlalu banyak pabrik dan kendaraan yang masih mengeluarkan asap dari knalpot mereka, atau banyaknya masyarakat yang membakar sampah di lingkungan terbuka.
"Assalamualaikum." Anta mengetuk rumah Hans untuk mengambil semua barang-barangnya yang sengaja ia tinggalkan bersama Hans semalam.
"Waalaikumsalam," jawab seseorang dari dalam. Suaranya seperti tidak asing di telinga Anta.
"Lah, lo ngapain di rumah Hans?"
Tanpa menjawab pertanyaan Anta, Bima langsung mengurung kepala Anta di lengkungan ketiak nya seraya menggosok rambut Anta gemas.
"Gue kutuk lo sumpah, Ta!" Bima membawa tubuh Anta yang masih bergerak random di bawah naungan ketiak nya ke dalam rumah.
Kepala Anta menjadi sasaran jitakan nya kali ini. "Gue malem-malem ke sini buat liat tugas laptopnya ada flashdisk-nya kaga! Sialan bener."
Anta tertawa berusaha melindungi kepalanya dari ketiak dan jitakan Bima. "Maaf, maaf. Hari ini lo bisa nyontek!"
Di keluarkan dompetnya lalu menyerahkan flashdisk tersebut untuk Bima genggam.
"Gue jadi nginep di rumah Hans, malah si Hans tidur bar-bar bener. Tidur muter terus udah kaya tukang wedang ronde." Bima mengadukan apa yang ia alami semalam saat satu kasur dengan Hans. Padahal kasur Hans sangat luas tapi wajah dan perut Bima selalu menjadi sasaran pukulan dan tendangan Hans.
"Untung Hans kaga ngiler coba kalo ngiler gue pindahin ke kolong kasur itu." Bima membuka pintu kamar Hans.
Kedua orang tua Hans baru saja berangkat. Ayahnya ke kantor sedangkan bundanya ke rumah neneknya, maka dari itu Bima bisa keluar masuk rumah Hans seenaknya.
"Hans lo digibahin sama Bima tadi. Katanya lo tidur muter terus untung nggak ngiler kalo ngiler lo mau di umpetin ke kolong kasur." Anta kembali mengadukan apa yang ia dengar tadi.
Satu bantal mendarat tepat di wajahnya. Siapa lagi jika bukan Bima pelakunya? Laki-laki itu sudah menatap kesal pada Anta.
"Ngaduan males, ah!"
"Dikit. Gue nggak suka kedamaian biar lo sama Hans berantem gitu," kata Anta sambil terkekeh lalu duduk di depan Hans yang sedang mengerjakan tugas di atas meja.
"Percaya kita semua pernah jadi bahan omongan teman sendiri saat nggak ikut nongkrong," ucap Hans sambil menulis.
"Bener!" jawab Anta dan Bima bersamaan.
"Mau ngerjain tugas di sini apa di mana?" tanya Hans lagi.
Bima yang semula duduk di atas kasur kini berjalan ikut duduk di antara Hans dan Anta. "Di sini boleh, nggak ngerepotin 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Januari ✔
Teen Fiction[ Januari Arjanta ] Orang bilang awal Januari itu adalah awal dari segalanya, begitu juga menurut dia. Januari adalah awal dari kebagian dan awal untuk melepas semua beban yang selama ini dia pikul berat di tahun lalu, lebih tepatnya akhir Desember...