Happy reading.
.
.
.Bukan jalan Tuhan yang menyesatkan kalian, tetapi cara berfikir kalianlah yang terlalu rumit.
Dua hari berjalan begitu cepat. Hidup Anta lebih baik lagi setelah pindah ke rumah omma dan Eyangnya. Hanya ada sedikit masalah, Anta tidak bisa keluar malam untuk menemui Hilma atau sekedar main di tempat wanita itu bekerja. Seperti malam ini, hari ini malam Kamis. Anta masih merengek di samping ommanya agar dibolehkan keluar sebab Anta sudah memiliki janji bertemu dengan Hilma, perihal menyelesaikan masalah keluarganya."Omma, sebentar aja. Jam setengah sepuluh Anta pulang, janji." Anta merengek lagi. Entah ini sudah yang keberapa kali Anta bersikap seperti anak kecil hanya untuk mendapatkan restu untuk keluar rumah.
"Janji?"
"Iya, Omma. Janji," jawab Anta semangat. Ia melirik eyangnya yang sibuk memainkan ponsel di meja makan.
"Setengah sepuluh pulang, kalo nggak omma kunciin kamu diluar!"
"Siap Omma!" Anta bangkit lalu mengecup pipi ommanya. Setelah mencium pungung tangan ommanya Anta berjalan mendekati Eyangnya, ia menyalimi tangan eyangnya.
"Bener. Harus pinter-pinter bikin muka melas ini, mah," bisik Anta pada eyangnya. Tuan Madagaskar yang mengajari Anta berbuka melas agar bisa meluluhkan pertahanan istrinya, Tuan Madagaskar mempunyai senjata ampuh untuk meruntuhkan pertahanan istrinya yang mudah emosi, persis sepeeti Tirta.
Diraih topi hitam yang sudah ada di meja makan sejak Anta bawa saat turun tadi. Tidak lupa ia juga mengenakan masker untuk berjaga dari virus, setidaknya bukan hanya virus tapi udara yang tidak sehat juga dapat tersaring oleh masker.
Setelah mengucapkan dalam Anta langsung melajukan motornya menemui Hilma yang masih ada di tempat berkerja. Tidak butuh waktu lama Anta sudah sampai di tempat parkir. Di lepas helm-nya lalu melangkah dengan cepat, tidak sabar ingin menemui Hilma. Anta duduk disalah satu kursi yang ada disudut ruangan, Anta menyukai bingkai dan tembok yang bercat hitam dengan beberapa furniture putih.
"Bentar! Nganterin pesanan dulu!"
Ternyata Hilma lebih dulu melihat Anta datang, sedangkan Anta tidak melihat wanita itu. Baru saja ingin mengirim pesan singkat.
"Mau pesan apa, mas?" pelayan lainnya datang menghampiri Anta.
"Milk tea dua, sama makanan manisnya dua."
"Ditunggu pesanannya, mas."
Setelah pelayan itu pergi, Anta kembali menyibukan dirinya dengan ponsel sekedar melihat grub sekolah yang membahas pelajaran untuk ulangan besok. Sekolah Anta hanya menjalankan ulangan hingga hari Jum'at saja, hari Senin-nya sudah pengambilan hasil test ujian. Sudah ditegaskan sekolah Anta sangat-sangat memudahkan muridnya untuk belajar, dengan catatan harus mengumpulkan tugas dalam waktu yang ditentukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Januari ✔
Teen Fiction[ Januari Arjanta ] Orang bilang awal Januari itu adalah awal dari segalanya, begitu juga menurut dia. Januari adalah awal dari kebagian dan awal untuk melepas semua beban yang selama ini dia pikul berat di tahun lalu, lebih tepatnya akhir Desember...