Part 9 || Between You

407 68 5
                                    

Bertahan atau pergi?

••••

Hari berjalan seperti biasa, dengan Sana dan Mark yang semakin dekat. Tentu Sana kesal dengan Tzuyu yang belakangan ini selalu sibuk berkutik dengan tugas akhir kuliahnya dan sesekali terlihat berpergian dengan gadis yang tempo hari dilihatnya.

Awal kali Sana mengira bahwa dia memang menyukai Mark, namun kenyataannya Sana hanya butuh afeksi, pelampiasan, dan ingin membuat Tzuyu cemburu. Tanpa diduga, Dahyun yang memperhatikan tingkah Sana selama ini menganggap kalau Sana telah melabuhkan hatinya kepada Mark.

.
.

Pagi menjelang siang, Sana terlihat di lorong klinik membawa setumpuk kertas ditangannya. Kacamata yang dikenakannya untuk membaca agak turun, ia nampak kesulitan dengan bawaannya.

Tanpa diduga, sebuah tangan berbalut kemeja biru membenahi kacamata yang Sana kenakan. Sontak Sana mendongakkan kepalanya. Yang ia lihat hanya wajah dingin yang sehari-hari dikenalnya.

"Makasi" Ucapnya sesantai mungkin.

"Hmm"

"Oh iya, jam makan siang-..." belum selesai Sana bicara, pria itu memotongnya.

"Gw, harus ke kampus nanti." Ucap Tzuyu dan melanjutkan langkahnya meninggalkan Sana.

Sana memanyunkan bibirnya kecewa. Belakangan ini, Tzuyu nampak sedikit berbeda. Ia jadi irit bicara dan jarang menyapa Sana. Mungkin itu adalah tabiat asli Tzuyu, namun Sana tak terbiasa dengan hal itu.

Disisi lain, Tzuyu menghentikan langkahnya. 'Apa aku keterlaluan tadi ya?' batinnya. Ia memalingkan wajahnya menatap Sana yang tengah berjalan lunglai. 'Maaf, tapi ini demi kebaikan kita masing-masing.'

.
.

"San, kok dari tadi cemberut aja? Ada apa?" Tanya Dahyun yang kini berada di ruangan Sana. Ia sibuk menggoda sahabatnya yang sedari sibuk dengan kertas-kertas di mejanya.

Sana melengguh kesal. Ia kemudian menatap Dahyun.

"Terus aku harus apa? Nyengir?" Sana memutar matanya malas.

Dahyun menggaruk tengkuknya. Tak biasanya Sana begini, Sana jadi lebih sensitif beberapa hari ini. Daripada gadis itu mengamuk, lebih baik Dahyun diam. Ia menduga ada kaitannya dengan Mark, namun hatinya menepis. Ia kenal betul sahabatnya itu, Sana tak akan mendiaminya begini hanya karena dokter itu.

Dahyun memainkan jarinya merasa canggung.

Tok tok tok

"Masuk!" ujar Sana.

Ceklek

Dahyun dan Sana menoleh ke arah pintu. Dilihatnya sosok pria berkulit putih dan berjas rapi berdiri diambang pintu bersama seorang gadis yang tampak familiar bagi Sana.

"Maaf mengganggu." Ucap pria dengan suara baritonnya.

Sana langsung bangkit dari tempat duduknya, ia tau betul dengan siapa ia berurusan saat ini.

"Selamat pagi, dokter Sana dan-.." Sapa pria itu sembari melirik ke arah Dahyun.

"Dahyun, Kim Dahyun." Jujur saat ini Dahyun bingung harus senang atau sedih karena ia tau betul siapa pria di hadapannya itu.

Don't Forget The Memories [SatTzu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang