Part 4 || Memory

470 80 7
                                    

🎧VERIVERY - My Beauty

•••~~•••

Saat ini Sana masih melajukan mobilnya menuju suatu tempat, Tzuyu sendiri masih sibuk dengan pikirannya. Keluarga, kuliah, pekerjaan, belum lagi sekarang masalahnya bertambah satu. Setiap hari mendengar ocehan gadis disampingnya.

Karena bosan, Tzuyu sesekali mencuri pandang ke arah Sana. Ia ingin tau,  bagaimana  wajah gadis itu saat sedang serius.  

"Kenapa?" Sana sepertinya menyadari kalau dari tadi Tzuyu meliriknya.

"Apanya?"

"Ya kenapa ngeliatin gua mulu?"

"Pede banget. Orang gua ngeliatin jendela lu. Buluk bener, kek yang punya."

"Asli lu ya! Cuma lu doang yang berani-beraninya ngatain gua buluk!" Sana menaikkan volume suaranya.

"Iya kah? Berarti yang matanya normal cuma gua."

"TERSERAH"

Setelahnya Tzuyu tak menjawab dan berpangku tangan lalu menghadapkan wajahnya ke jendela.

'idihhh, sombong amat. Untung ganteng, kalo nggak udh gua turunin di jalan juga ni.' batin Sana seraya memutar matanya malas.

-

-

Kini mereka telah tiba di suatu restoran di pinggir pantai. Entah bagaimana ceritanya, sewaktu Tzuyu bangun di mobil, tbtb sudah sampai ditempat itu.

Tzuyu POV

'Hoammm'(menguap)

"Yakkk! BANGUN! Udah sampe."

Suara itu membuat ku terkejut dan langsung terbangun.

"Bisa gak ga usah teriak-teriak?!" Tegasku.

"Ck, maaf deh. Cepet turun udah hampir sore. Lu belum makan siang."

Aku pun turun dari mobil, walau agak kesulitan dengan tubuh jangkung ku. Saat aku keluar betapa terkejutnya aku ketika melihat kami berada di restoran pinggir pantai.

"Lah kok?! Kan gua bilang mending kita ke tempat makan deket toko buku aja deh.

"Dahlah gak penting. Toh gua juga yg nyetir."

Aku pun segera mengekor langkahnya masuk ke dalam restoran. Aku berjalan tanpa gairah dan memincingkan mata kearah si cerewet.

.
.

Kami makan tanpa suara, tumben dia tak banyak bicara?

Sampai kami selesai, barulah aku mendengar suaranya lagi. Itupun saat membayar. Ya.. aku harus berhemat, jadi biar saja dokter cerewet itu yang bayar. Toh dia yang memaksaku ikut.

"Sini, ikut bentar!" Ia langsung menggenggam tanganku dan menarik nya. Aku tak bisa berkata apa-apa karena masih terkejut dengan yang dia lakukan.

Sekarang kami berdiri menghadap bentangan air laut. Jujur pemandangan yang indah. Tapi itu tak berlangsung lama. Rasanya, laut bukan tempat yang ditakdirkan untukku. Aku tak suka dengan laut dan akan selalu seperti itu. Setiap kali aku ke pantai, rasanya mual sekali.

"Waahhhh...! (Teriak Sana sambil merentangkan tangannya) bagus kan?"

Aku dapat mendengar Sana, namun rasanya isi perut ku akan keluar. Aku menutup mulutku dengan tangan dan berlari menjauh.

"Tzuyu ?!" Sana terlihat khawatir dan bingung.

Ia menghampiriku yang berjongkok menahan mual. Gadis itu mengusap punggungku dan terus bertanya aku kenapa.

Aku mendongak ke arahnya dan sesaat kemudian pandanganku gelap.

-
-

Saat ini aku terbangun di suatu tempat yang ku yakini ini adalah apartemen.

"Chou Tzuyu, sudah sadar? Syukurlah." Sana menghampiri ku dan membawakan secangkir teh.

"Hmmm, makasih." Aku langsung meminumnya dan meletakkan cangkir ke meja kembali.

"Kayaknya kamu masuk angin deh. Dari pagi belum makan terus kena angin laut." Duga Sana dengan pandangan mata yang menatapku seolah menunjukkan kekhawatiran nya.

"Bukan gitu, tapi ya sudahlah. Sekarang ini kita dimana?" tanyaku untuk mengalihkan pembicaraan.

"Di apartemen ku--coba balik badan dulu!" Aku hanya menuruti perintahnya dengan bingung.

Dia menyingkap kaos bagian belakangku yang tentu membuatku terkejut. 

"Shh, diem dulu. Ini biar agak enakan aja." Tangannya yang halus mulai menyentuh punggungku. Rasanya bulu kudukku meremang.

"Kamu merinding ya?" Mendengar perkataannya membuatku salah tingkah.

"Nggak tuh, tangan kamu kali tremor. Mana ada dokter tremor kayak gitu."

"Dih, aku nggak tremor. Dahlah.." Sana segera melepas tangannya. Ya... ada sedikit rasa kecewa bagiku.

Tzuyu POV end

.

.

Setelah merasa lebih baik, Tzuyu keluar dari ruangan yang diyakini adalah kamar gadis itu. Dia berjalan menuju dokter muda yang tengah sibuk dengan laptopnya.

"Ekhem. Aku pulang dulu." Tzuyu berkata canggung.

Sana melepas kacamata radiasinya dan menatap Tzuyu dengan tatapan bertanya.

"Mau pulang? Emang sekarang jam berapa?"

Tzuyu merogoh sakunya dan membuka ponsel yang menunjukkan angka 1.25 am.

"Tapi tetep aja. Apa kata orang kalo kita berdua di sini."

"Emang ada yang bakal peduli?"

"Emm, tugas juga belum kelar."

"Bawa laptop kan dari kampus tadi? Ya udah, kerjain aja disini. PW Wifinya di tempel di ujung tuh."

Tzuyu kembali meletakkan tasnya di kursi dan mulai mengerjakan tugasnya dengan posisi berhadapan dengan Sana.

Sesekali mereka bercanda dan menjahili satu sama lain. Tapi dengan cepat kembali serius. Hingga pukul 3.40, Tzuyu meregangkan ototnya dan mendapati kalau gadis itu sudah tertidur. Tzuyu hanya tersenyum kecil dan berniat melihatnya lebih dekat.

"Shh, kalo lagi tidur cakep juga ni orang." 

Tzuyu pun tersadar dari tatapan itu sebelum ia khilaf.

Tzuyu berniat memindahkan gadis itu ke kamarnya dan menyelimutinya. Saat ia hendak kembali, tiba-tiba tangannya ditahan gadis itu. Tzuyu hanya membeku karena jantungnya serasa tak bersahabat. Asam lambungnya juga meningkat.

"Sini aja." Tzuyu mendengar suara serak itu yang rupanya hanya celotehan Sana yang sedang tidur. 

Tzuyu berbalik dan melepas genggaman tangannya. Ia segera beranjak melanjutkan tugasnya. Pria itu tak kembali tidur karena dipikirnya sudah cukup tidur karena pingsan tadi.

•••~~•••

TBC

So sorry berubah dikit ya manteman..


Don't Forget The Memories [SatTzu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang