"Kemari, putraku Chou Tae Hyung!"
Jantung Tzuyu seolah berhenti sepersekian detik. Ia melirik orang tuanya dengan raut tak percaya. Drama apa lagi yang telah disiapkan keluarganya itu. Matanya sayu menatap Sana yang terlihat mulai gelisah. Nafas Tzuyu menjadi singkat.
"Nak, kamu sakit?" bisik Ny. Chou, khawatir akan kondisi putra bungsunya yang mendadak pucat.
Tzuyu menggeleng pelan dan pergi secara mendadak karena tak kuat menahan sesaknya.
.
.
"ayah?" Sana menatap Tn. Minato yang tengah bertepuk tangan bahagia.
"Selamat ya putri ayah. Selama ini ayah belum pernah minta apa-apa ke Sana kan? Justru ayah selalu berusaha memenuhi permintaan Sana. Sekarang Sana bantu ayah ya.. ini juga demi kebaikan keluarga kita." Tn. Minato mengelus pundak Sana.
Sana menatap sendu ke arah sang bunda, "maaf, Sana. Bunda benar-benar ngga tau tentang ini," hanya jawaban itu yang diterima Sana.
"Kalian kenapa ngga bicarakan ini ke Sana dulu? Ini kan masa depan Sana." Sana mencoba membantah, tetapi orang tuanya hanya membalas senyuman singkat yang membuat Sana makin marah.
Sana masih tidak bisa terima dengan yang terjadi. Ia menatap Tae dengan tatapan tak suka, yang ditatap hanya bisa menunduk.
Sumpah demi apapun, rasanya ia ingin menghilang dari tempat itu. Kalau boleh jujur, mungkin Sana akan meledakkan pertanyaan dan kekesalannya di rumah nanti.
.
.
Tzuyu berjalan cepat melewati lobby hingga lengannya ditarik.
"Ck, lepas!" Tzuyu menyentak tangan Tae yang hendak menahannya.
"Kamu kenapa sih? Ayolah Tzu, jangan kayak anak kecil." Tae berusaha menenangkan.
Tzuyu menyapu surai hitam legamnya dengan tangannya dan menatap Tae dengan tak percaya dengan yang baru saja didengarnya. Apa maksud Tae bicara begitu?
"Maksudnya saya yang kekanak-kanakan? Dengar ya, saya menyetujui ini bukan karena keinginan saya sendiri, tapi kalian yang menipu saya!" Tzuyu menekankan kalimatnya dengan setengah berbisik.
Tae memasukkan tangannya ke saku celana, tak percaya bahwa adiknya akan berkata seperti itu. Apa Tzuyu kesal karena gadisnya akan menikah dengan kakaknya sendiri? Tunggu... sejak kapan Sana menjadi gadisnya?
Tae mengajak Tzuyu keluar gedung, ia khawatir ada yang mendengar pembicaraan mereka.
.
.
"Tentang Sana..." Tae akhirnya memberanikan diri.
Tzuyu dengan cepat melirik tajam Tae, rahangnya mengeras.
"Kamu punya perasaan lebih ke dia?" Lanjut Tae dengan suara beratnya.
Tzuyu menggertakan giginya. Apalagi ia mengetahui kalau kakaknya itu dulu sempat menjalin hubungan dengan Mina, kekasih Tzuyu hingga akhir hayat gadis itu.
Mengingat hal itu membuat Tzuyu murka. Lagipun ia masih menganggap kalau keluarganya ikut andil dalam menyebabkan kematian Mina. Entahlah, itu yang selalu melekat dalam benaknya.
"Hyung! Jangan sembarangan bicara! kalau Hyung mau menikahi Sana, yasudah nikahi saja dia! Apa pedulinya dengan saya? Dan tadi Hyung bilang apa? Saya punya perasaan ke Sana? Jawabannya TIDAK SEDIKITPUN. Sampai kapanpun hati saya hanya untuk Mi-.."
deg
Tzuyu terdiam menggigit bibir bawahnya, membiarkan perkataannya menggantung, dadanya naik-turun dengan nafas memburu. Ia merutuki dirinya yang tanpa sadar mengatakan hal-hal bodoh. Tentu Tzuyu peduli, tentu ia peduli dengan Sana. Tzuyu tau betul bahwa dirinya kesal menelan kenyataan bahwa dari sekian banyak wanita di luar sana, justru gadis itu akan berakhir menjadi kakak iparnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Forget The Memories [SatTzu]
Novela Juvenil⚜️Revisi on going⚜️ (maybe revisi take affect ke ending) Baca aja ya gengs :) M: 17-12-2020 S: 03-04-2021 Happy reading 🥉#7 - satzu 26012021