Part 11 || I'll tell u

372 61 16
                                    


•••~~•••

Sana mengerutkan keningnya saat membaca laporan seorang pasien yang akan menjadwalkan operasi dengan Tzuyu. Jantungnya berdegup kencang, ia siap lahir batin jika memang akan menerima amarah Tzuyu lagi.

"Maaf, dok. Laporan yang kemarin belum lengkap. Hasil CT scannya baru keluar pagi ini." dokter residen itu tertunduk bersalah.

Sana menghela nafas panjang iya memejamkan mata sesaat. "Laporannya sudah di sampaikan ke dr. Tzuyu?"

"Barusan, dr. Lee yang menyerahkan berkas ke dr. Chou. " 

Sana semakin stres dibuatnya. "Kok bisa teledor gini? Bukan masalah apanya, tapi kalo sampe kita salah kasih tindakan ke pasien gimana? Mau dituntut malpraktik? Lagian kenapa ngga kasih tau saya dulu, malah langsung serahin ke dr. Tzuyu?"

Dokter residen itu hanya tertunduk lesu, kantung matanya menghitam akibat kurang istirahat.

drrr drrr

'Sana, keruangan saya. Sekarang!'

Pesan singkat dari Tzuyu mampu membuat bulu kuduknya meremang. Sana segera berlari menuju ruangan Tzuyu. 

Suara ketukan pintu tak membuat Tzuyu mengalihkan perhatian nya dari laptop.

"Masuk!"

Sana menarik nafas dalam lalu segera membuka pintu. Ia benar-benar tak berani menatap Tzuyu. 

Tzuyu mengurut keningnya. Ia menatap gadis itu dengan intens. Sedang Sana, hanya bisa menunduk merapalkan doa semoga tidak dimaki Tzuyu.

"A-.." baru saja membuka mulut, kalimat Tzuyu langsung diinterupsi Sana.

"Maaf dok, saya benar-benar baru tau pagi ini. Saya pastikan kejadiannya tidak sampai ke telinga pimpinan dan pasti tidak akan terulang. Tapi dokter residen itu juga ngga sepenuhnya salah dok. Saya pembimbing dia, jadi-..."

Sana terdiam sebentar, ia mendongak melihat Tzuyu yang kini menampakkan wajah keheranan. Sana tak berani melanjutkan kalimatnya.

Tzuyu mengerutkan keningnya. Jujur saja Tzuyu puas melihat Sana yang ketakutan seperti itu, padahal dulu Sana sangat superior terhadapnya.

"Sudah bicaranya? Sekarang saya yang bicara. Saya panggil kamu kesini itu untuk minta tolong ajukan proposal perjalanan bisnis. Oiya, tentang pasien itu udh saya koordinasi sebelumnya. Dia dipindahkan ke departemen lain. Anggap aja sebagai pelajaran kedepannya." Tzuyu pun menyerahkan berkas pada Sana.

Sana menghela lega. Namun, ia juga menjadi tak enak hati. Jelas Sana lebih berpengalaman dari Tzuyu, tapi kenapa saat ini malah seperti ia yang tak becus mengurus pasiennya. Tzuyu kembali menatap Sana, ia mengulas senyum tipis. 

"Gimana pun juga saya belajar banyak dari dr. Sana dulu. Jadi, anggap aja dr. Sana berhasil bimbing saya."

Sana terhenyuk dengan pernyataan Tzuyu, ia tersenyum lega. Dalam hati Sana, ia masih selalu bertanya-tanya orang seperti apa Tzu sebenarnya.

Saat semua terasa akan baik-baik saja, tiba-tiba harus kandas seketika.

Sana pamit untuk pergi, namum langkahnya terhenti...

Don't Forget The Memories [SatTzu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang