Bab III - Kemarahan Sang Matahari

806 93 12
                                    

Kau memanglah Matahari jeonha, sehingga aku tak berani mendekat sebelum habis terbakar - Jin

🌒🌓🌔🌕

Yoon Gi mau tidak mau harus tersenyum melihat teman sekaligus tuan muda kecilnya telah tumbuh dewasa menatapnya lalu tersenyum penuh rindu.

Park Ji Min, putera dari adik Raja terdahulu sekaligus sepupu Raja sekarang.

"Hah, sepuluh tahun tidak bertemu tidak memuat banyak perubahan dari dirimu" ujar Jimin kemudian begitu melihat Yoon Gi yang sontak membantunya mengambil barang - barangnya juga dengan bantuan prajurit miliknya.

"Anda juga tidak berubah, masih pendek seperti biasa" candaan Yoon Gi membuat Jimin tertawa.

"Lihat...lihat...yang berkata aku pendek tidak pernah berkaca di air" sindir Jimin kembali.

Mereka pun akhirnya bernostalgia sewaktu mereka masih menjadi teman masa kecil. Nam Joon yang pada waktu itu tidak lihai memainkan pisau untuk memasak kini telah ahli memainkan pedang di medan perang. satu tahun kemudian kelahiran Jae melengkapi enam sekawan tersebut. Taehyung dengan sifat jailnya, Ho Seok dengan kemampuan berburunya, Yoon Gi juga dengan kemampuan perangnya dan Nam Joon yang semakin lihai dalam menyusun strategi melawan musuh hingga Jae yang selalu melapor pada ibunya jika para hyungnimnya mengerjainya. Hingga tiba akhirnya sang ayah Jimin meninggal di medan perang membuat ibunya memilih mengasingkan diri di Tanma dan menjadi tabib disana. Jimin juga belajar pengobatan dari ibunya. Sebenarnya kehidupannya di Tanma sudah cukup tentram bagi Jimin. Namun kemudian Taehyung mengirim surat berisi bahwa ia butuh bantuan Jimin dan hal lainnya.

"Yoon Gi apa kau sudah melihat pemuda itu?" tanya Jimin.

"Sudah. Kau tak akan percaya bahwa ia laki - laki karna bentuk tubuh dan wajahnya itu" ujar Yoon Gi.

"Begitukah? Sepertinya orang ini luar biasa hingga mampu membuat Taehyung 'berbalik' seperti itu" ujar Jimin.

"Tapi yang kudengar dari Nam Joon, Taehyung belum 'menyentuhnya' sama sekali" ujar Yoon Gi.

"Jadi itu alasannya mengapa ia memanggilku ke Istana..." gumam Jimin.

"Huh...?"

"Dia menyuruhku menjadi kepala tabib Istana dan memeriksa pemuda ini, sepertinya Raja benar - benar serius dengan orang ini. Yoon Gi, lebih baik kau antarkan stok obat ini dan aku akan menyusul kesana. Sepertinya aku harus segera ke Istana" putus Jimin final.

"""

"Dan kau Jin, kau tidak akan dipenggal kepalanya hari ini"

"Mengapa kau begitu yakin sekali" tantang Jin masih penuh dengan emosi meski air matanya tetap turun.

"Karena kau memanggil namaku hari ini" ujar Taehyung membuat Jin terdiam.

Ucapan Taehyung mengakibatkan detak jantungnya yang tidak beraturan.

"Darimana kau tahu..." ujar Jin lirih lalu menghentikan ucapannya kala Taehyung mendekat padanya dan mendorong dirinya untuk duduk pada kursi taman di Istana itu.

"Aku tahu kau marah dan kesal padaku tapi setidaknya berterima kasihlah padaku karena kepalamu tidak dipenggal hari ini" ujar Taehyung jongkok sambil memakaikan kembali sepatu Jin namun terhenti melihat noda darah disana.

'Meski kakinya terbalut beoseon tapi mudah sekali terluka'

Jin merasa sedikit tersentuh tapi gengsinya untuk minta maaf sangatlah tinggi apalagi emosi masih menguasainya. Taehyung sendiri membuka beoseon milik Jin dan melihat sebaret dua baret garis kecil yang telah mengering darahnya. Sepertinya Jin tidak sengaja menginjak batu yang tajam.

The Missing MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang