Titip

1.6K 242 71
                                    

Tampak keluarga Arga sedang melangsungkan sarapan pagi. Kasih—istri Arga menyiapkan nasi goreng dan beberapa lauk untuk mereka. Katanya, mereka tak biasa hanya dengan sarapan. Tapi makan yang sesungguhnya. Roti atau sejenisnya tak mampu membuat mereka kenyang.

"Johan, kamu nggak ada kelas kan hari ini?" tanya Kasih.

"Kagak ada deh, Bund. Emang ada apa?"

"Berarti ada yang jaga rumah sementara adik-adik kamu dan lainnya berangkat sekolah. Bunda sama ayah mau menghadiri acara pembukaan perusahaan baru abang Bunda."

"Wih ... Jinand ikut ya, Bund? Soalnya masuk siang juga hari ini," sahut Jinand.

"Serah aja sih kalau mau," sahut Kasih.

Suara bel rumah berbunyi, memancing atensi mereka ke arah luar dan saling menatap untuk memastikan siapa yang akan membuka pintu. Namun tak ada satupun dari mereka yang beranjak.

"Jeka, buka pintu gih," suruh Arga.

"Jeka masih tanggung nih, Yah. Masih sekitar 7 suap lagi. Yang lain aja deh," sahut Jeka.

"Johan?"

Lantas Johan menunjuk mulutnya yang penuh makanan, lalu membentuk tanda silang dengan tangannya.

"Jiman, kamu yang buka," suruh Arga.

"Tangan Jim kotor, Yah," sahut Jiman menunjukkan tangannya.

"Ya udah kenapa nggak Ayah aja yang buka. Ayah kan sudah selesai makan," ucap Kasih.

"Iya juga ya. Kenapa nggak Ayah aja," sahut Arga seraya beranjak dari kursinya. Arga berjalan menuju pintu dan membukanya.

Tampak seorang wanita cantik mungkin seumuran dengan dia, membuat sedikit terpana. Wanita itu adalah Rosa—tetangga sebelah yang datang bersama anak tunggalnya.

"Maaf Pak mengganggu waktunya," ucap Rosa tak enak hati.

"Oh, gapapa, Mbak. Terganggunya nggak banyak juga. Ada keperluan apa ya kalau boleh tahu?" tanya Arga.

"Ini loh, Pak. Saya inikan wanita karir yang harus bekerja setiap hari. Jadi saya bingung mau menitipkan anak saya ke mana. Saya sih sudah mencari orang buat jaga dia, tapi belum ketemu yang cocok. Maka dari itu saya mau minta tolong kali ini, bisa nggak anak saya titip di sini dulu? Cuma sampai sore kok, Pak. Saya lihat Bapak punya anak banyak, kali aja ada yang menetap di rumah hari ini," tutur Rosa sedikit sungkan.

"Panjang ya Mbak ceritanya. Oh, gapapa. Titip aja sesuka Mbak. Jangan sungkan, dia udah besar kok nggak mungkin merepotkan," sahut Arga sembringah.

"Ah, iya Pak. Terimakasih banyak sebelumnya. Oh iya, perkenalkan saya Rosa dan ini anak saya Taelendra."

"Oh, iya Rosa. Nama saya Argadana. Panggil saya Arga atau Mas Arga juga gapapa," sahut Arga. "Tapi kalau ada istri saya, panggil Pak aja," bisiknya kemudian.

"Ahaha. Iya, Mas Arga."

"Anu ... maaf ya sebelumnya, anak Mbak Rosa emang nggak sekolah?" tanya Arga kepo.

"Sebenernya ... anak saya ini homeschooling, Mas. Tapi karena gurunya sedang cuti, makanya dia nggak sekolah. Sekedar informasi, anak saya ini sedikit istimewa. Jadi mungkin agak berbeda dengan anak seumuran dia," ucap Rosa membuat Arga mengangguk paham sambil menatap Taelen yang langsung mengalihkan pandangannya.

"Baiklah Mbak Rosa. Saya akan menjamin keselamatan anak Mbak di rumah saya. Kebetulan anak saya Johan  hari ini di rumah saja."

"Baiklah kalau begitu. Tae, Mama tinggal kamu di sini dulu ya. Kalau mau apa-apa tinggal ke rumah kita aja," ucap Rosa pada Taelen.

Anak Tetangga[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang