Kantin Kampus

494 99 26
                                    

Di perjalanan menuju kampus, Yooni terus saja bergerak gelisah. Menoleh ke belakang apakah Taelen terjaga atau tidak. Tapi nyatanya Taelen sangat terjaga sambil memandang ke arah luar jendela.

Hal itu tak luput dari perhatian Johan. Ia cukup curiga karena Yooni tiba-tiba ingin ikut bersamanya.

"Bang, lu tadi mau ngomong apaan dah? Kuy lah, ngomong langsung."

"Nanti aja. Elu pasti nggak bakal konsen nyetir kalau gue ngomong sekarang," sahut Yooni.

"Gue udah punya SIM, Bang. Jadi pasti bisa menyetir dengan baik."

"Nanti aja."

Mobil Johan memasuki area kampus. Johan langsung memarkirkan mobilnya di parkiran paling depan. Tak lupa Johan memakai kacamatanya sebelum keluar mobil. Taelen dan Yooni juga turut keluar, memandang sekitaran kampus yang cukup ramai.

"Lima menit lagi gue ada kelas. Jadi kalau gue jalan sekarang, pas sampainya. Bang, lo sama anaks gue mau tunggu di mana? Biar pas kelas selesai, gue langsung nyamperin."

"Gue tunggu di kantin."

"Okelah. Sekalian jajanin anaks gue ye, Bang. Barang kali belum makan. Gue cabut, Bang!" ujar Johan berjalan menjauh.

Yooni menoleh ke arah Taelen yang juga menatapnya. Yooni memang jarang mengakrabkan diri. Makanya jadi terkesan cukup canggung.

"Ayo ke kantin! Gue beliin makanan enak," ucap Yooni.

"Iya."

Yooni dan Taelen berjalan menuju kantin. Di koridor mereka tak sengaja bertemu dengan Aerin. Maka Aerin langsung menghampiri mereka. Yooni memang paling malas kalau berurusan dengan para kekasih saudaranya itu.

"Yoon, lihat Johan, nggak? Dia datang nggak sih ke kampus hari ini?"

"Datang."

"Tunggu dulu! Sebenarnya Johan lagi sibuk apa? Telepon gue nggak pernah dia angkat dalam seminggu ini. Chat gue juga nggak dibaca. Tolong dong, kasih tau dia kenapa," ucap Aerin rada merengek.

Dengan malasnya Yooni menjawab. "Dia sibuk ngurus kartu keluarga baru. Tapi nggak bisa, soalnya kurang satu anggota. Mau cari istri dulu katanya."

"HAH?! Yoon, yang serius dong. Gue serius tanya!"

"Emang iya. Nih, gue lagi jagain anaknya. Dia udah bosen pacaran, mending kawin."

"Tapi gue pacarnya, Yoon. Tolong kasih tau dia kalau gue yang bakal nikah sama dia nanti," ucap Aerin memelas.

"Nunggu lo lulus S1 dulu? Kelamaan.  Yang ada anaknya kawin duluan! sahut Yooni sembari menarik Taelen pergi dari sana.

Aerin kesal, berjalan dengan wajah sangar entah tujuan ke mana.


Yooni dan Taelen sampai di kantin. Yooni memesan beberapa camilan, roti, dan juga minuman. Menyajikan di hadapan anak tetangga itu hingga meja penuh. Taelen menatapnya tanpa suara.

"Makan aja apa yang lo mau. Anggap lo yang beli," ucap Yooni.

"Makasih."

Yooni membiarkan Taelen menikmani makanannya dulu sebelum memulai obrolan. Dirasa sudah tepat waktu, Yooni mulai berbicara.

"Papa lo—papa kamu ada datang jenguk nggak waktu kamu di rumah sakit?" tanya Yooni.

Taelen mengangguk.

"Ternyata papa kamu masih peduli sama anaknya. Dulu ninggalin mama kamu karena apa? Kayaknya papa kamu sayang banget sama anaknya sampai ditengokin, kan?"

Anak Tetangga[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang