Anak Angkat

1K 114 103
                                    

Arga membuka pintu kamar, tampak Kasih duduk termenung di sofa menghadap ke arah balkon. Arga menghampirinya, lalu duduk di samping istrinya itu.

"Tadi aku bicara sama Rosa. Katanya dia maafin perbuatan kamu. Roro juga, Rosa melepaskan Aldhi untuknya. Jadi ... nggak ada lagi yang perlu dipikirkan. Aku harap, kamu mau berdamai dengan semuanya," ucap Arga.

"Aku nggak bermaksud bunuh anak itu."

"Aku tau, Bund. Roro yang berniat melakukannya, bukan kamu. Jadi jangan khawatir tentang hal itu. Lagian Taelen udah gapapa, jadi ... itu udah berlalu. Sekarang yang penting kamu sadar dan aku harap kamu sendiri yang minta maaf sama Rosa dan anaknya."

"Mereka bakal pindah?" tanya Kasih.

"Iya, Bund. Bagaimana pun juga mereka nggak enak sama kamu."

"Kasihan Johan. Nggak usah pindah aja. Tapi kamu harus janji jangan macem-macem sama Rosa. Cukup Taelen aja yang bagian dari keluarga kita," ujar Kasih. Arga tersenyum senang mendengarnya.

"Jadi ... anak kita tujuh dong, Bund?" ujar Arga antusias.

"Ya menurut kamu!" sahut Kasih. "Udahlah. Jangan bahas itu dulu, aku mau mandi, Yah. Kamu ... suruh Johan ke rumah tetangga. Bilang nggak usah pindah aja," ujar Kasih lagi sebelum memasuki kamar mandi.

"Kok cepat ya sadarnya?"

Arga keluar dari kamarnya, rencananya ingin ke rumah tetangga urung begitu mengingat Johan. Anaknya satu itu ... entahlah kenapa bisa mempunyai naluri ingin menjadi seorang ayah di usia sangat muda.

Arga melangkah menuju kamar Johan. Membuka kamar itu perlahan, tampak Johan tengah tertidur pulas dengan jarak hanya lima jari dari pinggiran ranjang, posisi terbalik, dan kaki kanan naik ke atas sandaran kasur.

"Astaghfirullah. Kirain bakal melow kek orang merana. Lah tidur udah kayak anak setan," decak Arga geleng-geleng. "Udahlah. Aman aja." Lalu Arga kembali menutup pintu.

***

Johan membuka mata, lalu bangun dari tidurnya. Kira-kira sudah berjam-jam ia tertidur. Banyak pikiran membuat lelah dan mata mengantuk. Johan tak menyangka takdir akan berubah secepat itu.

"Ternyata Taelen adek gue. Alhamdulillah, tapi agak miris. Belum juga gue cari gandengan buat jadi mommy dia nanti, eh, malah kagak jadi. Kasihan gue," monolog Johan terdiam setelahnya.

"Gue balikkan aja kali ya sama Aerin. Ck, daripada jomlo." Johan meraih ponselnya, lalu mencari kontak kekasihnya itu.

Burung Hantu

Johan mengganti nama kontak itu dengan nama sebelumnya, Ayang Aerin.

To : Ayang Aerin

Yang, kita balikan. Aku nggak sibuk lagi. Kita pacaran mulai besok. Sah!

Johan segera keluar kamar usai mengirim pesan itu, tanpa menunggu balasan. Rumah tampak sunyi, tidak seperti biasanya. Pikir Johan, mereka pada tidur sekarang.

Johan berjalan lesu keluar dari rumah. Menoleh ke samping di mana rumah Taelen berada. Rasanya seperti akan kehilangan sesuatu yang amat berharga. Setelah tahu Taelen dan mamanya akan pindah dari sana.

Johan berjalan menuju pagar, berjalan tanpa gairah ke sebelah rumah. Johan memasuki rumah Taelen, melangkah masuk lebih dalam rumah itu.

Terdengar suara gelak tawa di area ruang tamu. Johan mempercepat langkahnya untuk melihat apa yang terjadi.

Johan melongo, di ruang tamu terlihat keluarganya tengah berkumpul bersama Rosa dan Taelen. Mereka menikmati hidangan bersama. Sudah seperti keluarga besar yang bahagia. Juga, Kasih tampak duduk di samping Rosa. Dan mereka terlihat baik-baik saja.

Anak Tetangga[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang