Penyelidikan Awal

622 109 65
                                    

Johan datang ke sebuah toko perhiasan yang menjadi tempat awal untuknya misi penyelidikan. Sebelumnya ia juga menyuruh Taelen agar bertanya pada ibunya, di mana ayah Taelen membeli kalung itu. Beruntungnya Taelen mendapatkan informasi yang Johan harapkan. Ternyata berada di toko perhiasan mewah, namun memiliki ornamen klasik dan unik. Johan berjalan menuju penjaga toko yang berdiri di bagian depan toko.

"Permisi, Pak."

"Iya. Ada yang bisa saya bantu?"

"Saya mau tanya, Pak. Apakah kalung ini berasal dari toko ini?" tanya Johan sambil menunjukkan kotak kecil yang berisi kalung. "Beberapa tahun yang lalu, ada seorang pria yang membelinya dengan request khusus," sambung Johan

Penjaga toko itu memperhatikan kalung tersebut, keningnya berjerut tanda berpikir keras. "Kalau boleh tau, kapan waktu pemesanan kalung ini?"

"Wah, kalau kapan pemesanannya, saya kurang tahu, Pak. Emang nggak ada data pembelian gitu?" sahut Johan.

"Ada di komputer, cuma dengan daftar yang ribuan sampai saat ini. Akan susah dan lama untuk mencarinya, Dek. Kamu bisa sebutkan tahun pembeliannya, jadi saya lebih gampang untuk mencarinya."

Johan segera merogoh ponselnya, lalu menghubungi nomor Taelen. "Pak, saya tanya anak saya dulu ya. Kali aja dia ingat," ujar Johan sambil berdiri, lalu menjauh sedikit dari sana.

"Silakan."

Johan lega ketika Taelen lekas mengangkat telepon darinya.

Halo, Kak?

Ao, Taelen. Kak Johan mau tanya deh, kamu ingat nggak kapan papa kamu ngasih kalung ke mama? Soalnya penting buat penyelidikan, Tae.

Gak tau tahun berapa. Cuma kata mama waktu itu papa ngasih pas ulangtahun pernikahan yang pertama. Tae masih bayi, Kak.

Oooh ... sip. Assalamu'alaikum

Walaikumussalam.

Johan kembali menghampiri penjaga toko tadi, lalu duduk dengan antusias.

"Pak, katanya pas hari jadi pernikahan mama dan papanya yang pertama."

"Lah, mana saya tahu. Mama papa siapa? Kapan mereka menikah? Emang kita saling kenal?" bingung penjaga toko itu, mengundang cengiran tanpa dosa dari Johan.

"Ehehe, lupa saya. Abisnya muka Bapak familiar banget, persis kek teman saya. Tau kan artis bollywood yang main film ... cuke-cuke ho ... tahe. Itulah pokoknya." Lantas, penjaga toko menatapnya datar. "Ntar dulu, saya mau mengira tahun pemesanannya," ujar Johan mulai berpikir.

Sekarang Taelen umur 15 tahun. Lalu, papa Taelen ngasih kalung pas tuh anak masih bocil ngesot. Berarti sekitar 15 tahun atau 14 tahun yang lalu, kah? Ck, ribet.

"Anu, Pak. Coba deh cari daftar pembeli 15 tahun yang lalu. Pala saya lagi dehidrasi, susah mikir," ujar Johan.

"Bilang ae kamu nggak bisa ngira dengan benar. Sebentar, saya cari kan daftarnya dulu. Nama pembelinya kamu ingat nggak siapa?" ucap penjaga toko itu seraya membuka laptopnya kembali.

"Eoohh ... Aldhi Permana. Eh, Aldhi Perdana. Iya, Aldhi Perdana deh benernya."

Johan menepuk-nepuk pahanya santai sambil menunggu penjaga toko untuk mencari data pembeli. Tak sengaja ia melihat bundanya berjalan memasuki sebuah butik yang ada di seberang toko perhiasan itu.

Anak Tetangga[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang