"Kenapa Tante benci?"
Semuanya terdiam. Atensi mereka semua teralih pada Taelen dan Johan yang baru saja datang. Kasih cukup terkejut dengan keberadaan seseorang yang hampir ia buat mati. Jujur saja, Kasih hampir gila memikirkan bagaimana ia disebut sebagai pembunuh jika Taelen mati hari itu.
"Johan! Bunda udah berapa kali bilang, jangan berdekatan dengan anak tetangga lagi!" sarkas Kasih.
"Johan nggak bisa, Bund. Alasan Bunda nggak mendasar. Dia nggak salah apa-apa untuk dijauhi," sahut Johan.
"Kamu melawan Bunda, Johan!" marah Kasih.
"Ini sebenarnya ada apaan sih? Kalian bertiga ada apa? Apa yang enggak kami tahu?" tanya Jinand bingung.
Tak ada yang menjawab, namun Kasih tiba-tiba berjalan mendekati Taelen. "Pergi kamu dari sini! Jangan ganggu keluargaku! Bilang ke mama kamu untuk segera pindah dari sini. Jangan berdekatan lagi sama kami!" ketus Kasih mencengkram kedua pundak Taelen.
"Bunda berhenti!" tegur Johan.
"Ng-ggak," sahut Taelen pelan.
"Kenapa enggak? Kamu tau sejak keberadaan kamu dan mama kamu di sini, keluargaku jadi tidak tenang! Aku nggak rela kamu termasuk bagian dari kami!" lantang Kasih, menatap tajam Taelen yang sudah menangis.
Johan tak tinggal diam, ia mencoba menjauhkan Taelen dari Kasih. "Sudah, Bund! Taelen nggak salah apa-apa!"
"Jangan ikut campur kamu, Johan!"
"Nggak! Bunda nggak bisa begini. Ini salah banget. Apa gunanya Bunda ngamuk kayak gini sama anak orang!" sahut Johan.
Kasih tak terkendali, ia mendorong Johan yang ingin melepaskan cengkramannya Taelen. Beruntungnya Hobi langsung menahan tubuh Johan agar tak jatuh ke lantai. Mereka semua menegang melihat kejadian itu.
Namun tiba-tiba hal yang tak terduga terjadi. Taelen mendorong Kasih hingga terjatuh ke lantai. Tidak sampai di sini, Taelen bahkan mengamuk memukul Kasih dengan kedua tangannya.
"Tante jahat! Aku nggak suka! Tante jahaatt!!!"
"Taelen jangan!" pekik Jinand langsung menghambur melerai. Jinand mencoba menarik Taelen yang tak ingin melepas Kasih. Sementara Jiman dan Jeka berusaha membantu bundanya bangun.
"Lepasin! Lepass!" teriak Taelen mengeliat ketika Jinand mencoba mengendalikan tubuhnya.
Johan dan Hobi panik melihat kejadian itu. Johan merasakan kakinya terkilir karena hampir jatuh tadi, sementara Hobi menopang tubuhnya. Tiba-tiba Yooni dan Arga datang. Mereka berdua terburu-buru menghampiri keributan itu.
"LEPASIN! AKU NGGAK SUKA TANTE JAHAT!"
Jinand tampak kewalahan, menatap mereka meminta bantuan. Langsung saja Arga dan Yooni mendekat. Dengan sekuat tenang Arga akhirnya bisa mengendalikan Taelen yang mengamuk. Tenaga remaja itu tak bisa dianggap remeh jika sudah begitu. Bahkan Jinand sudah duduk di lantai karena kewalahan.
"Aku nggak suka," ucap Taelen yang sekarang didekap oleh Arga dari belakang.
"Tenang, Tae. Nggak ada yang jahatin kamu. Ayah ada di sini," ucap Arga sambil mendudukkan Taelen di tepi teras rumah. Arga masih ragu untuk melepaskan anak itu.
"Ayah?" tanya Johan bingung.
Yooni yang berdiri di tengah kerusuhan itu lantas menghela napas panjang. Semuanya perlu penjelasan tentang apa yang terjadi.
"Taelen adik kita juga. Taelen adalah anak dari ayah dan tante Rosa," ucap Yooni langsung pada intinya.
Semua terkejut, terlebih Kasih yang tak menyangka Yooni dan Arga mengetahui kebenaran tanpa sepengetahuannya. Johan berjalan terpincang mendekat, menatap penuh tanda tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Tetangga[COMPLETED]
FanfictionAnak tetangga itu awal dari sebuah rahasia mulai terungkap. Sebuah rahasia yang terjaga dari dulu, harus timbul kepermukaan karena sebuah hubungan buatan yang dilakukan oleh anak tetangga bersama mahasiswa bernama Johan. Karena anak tetangga itu, Jo...