Sebuah jalan sepi, di sekelilingnya terdapat banyak pohon-pohon. Taelen di suruh turun oleh Romi dari motornya. Ia menurut saja, masih menelisik tempat yang terbilang asing itu. Romi beserta teman-temannya berjalan mendekati Taelen. Bukannya mundur, Taelen malah ikut mendatangi mereka. Hal itu mengundang senyum mirinh dari Romi.
"Tau nggak kenapa kita bawa lo ke sini?" tanya Romi.
"Nggak bakal tau kalau nggak dikasih tahu," sahut Taelen.
"Ahaha. Selain polos, elu juga kelihatan dungu rupanya. Persis kayak teman lo Jeka. Dungu dan sok kuat."
"Jadi kalian bawa Tae ke sini cuma mau ngomong itu? Mending antar balik lagi ke rumah."
Romi dan temannya saling menatap, lalu tertawa keras berbarengan. Taelen tak suka melihat hal itu. Ia tahu, kalau dialah penyebab mereka tertawa.
"Eh, bocah. Kami itu nyulik elu, masa dikembaliin lagi. Pernah nonton TV, nggak? Oh, atau jangan-jangan tontonan lo barbie lagi? Ahahah," olok Niko.
"Nggak!"
"Uluulu, anak mama marah. Mau susu, Nak? Tapi yang ada cuma susu kambing doang. Ahahah."
"Dia nggak cocok minum susu kambing. Tapi susu kudanil. Ahahah."
Taelen menatap tak suka. Amarahnya membuat sisi kepribadiannya berubah. Menatap tajam dan menusuk. Menghentikan tawa Romi dan teman-temannya.
"Apa lo tatap gue kayak gitu? Mau berantem sama gue?" tantang Romi.
"Aku mau pulang," sahut Taelen datar.
"Mau pulang? Tunggu Jeka dulu ke mari, baru dia boleh bawa elu. Ngerti kagak?" sahut Romi. "Niko, telepon Jeka sekarang. Suruh ke sini buat main sama kita," ucap Romi pada Niko.
"Beres, Rom," sahut Niko mulai menghubungi Jeka.
"Aku bisa pulang sendiri," ucap Taelen berbalik hendak melangkah, namun ujung baju bagian belakangnya ditarik oleh Romi.
"Mau ke mana lo? Lo nggak bakal bisa pulang sebelum kami ketemu sama Jeka."
Bugh
Taelen menendang perut Romi dengan lututnya, usai itu langsung melarikan diri. Romi mengerang kesakitan, Niko langsung menghampirinya. Sementara dua temannya lari mengejar Taelen yang berlari cukup jauh.
"Kurang ajar! Cepat lo kejar tuh bocoh!"
"O-oke. Lo tunggu di sini," sahut Niko.
Taelen berlari cepat menghindari kejaran teman-teman Romi. Meski tak hapal jalan, Taelen memilih berlari sesuai ringan hati ke mana ia akan melangkah. Menyeberang jalan tanpa memberi aba-aba apapun. Beruntungnya kendara bermotor dengan sigap menghentikan laju mereka. Taelen kembali masuk ke dalam jalan cukup sunyi entah di mana. Satu sendalnya copot dan dibiarkan begitu saja. Taelen menoleh ke belakang, tampak teman-teman Romi belum tiba di tikungan. Langsung saja Taelen bersembunyi di balik sebuah mobil hitam yang terparkir di depan sebuah bengkel.
Teman-teman Romi baru saja sampai, mereka menelisik sekitar mencari keberadaan Taelen.
"Gila. Tuh anak larinya laju banget."
"Bisa jadi dia lagi sembunyi, Fan."
"Ck, gagal jadiin tuh anak umpan buat jebak Jeka. Lagian kenapa bisa sempat kabur sih."
"Elu juga salah malah mangap dulu bukannya langsung lari."
Taelen keluar dari persembunyiannya, mengintip teman-teman Romi yang sudah menghilang dari pandang matanya. Taelen menghela napas lega, namun ketika hendak melangkah ada seseorang yang menyentuh bahunya. Taelen gugup, menoleh ke belakang dan ternyata itu adalah Kasih—tetangga sebelah rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Tetangga[COMPLETED]
FanfictionAnak tetangga itu awal dari sebuah rahasia mulai terungkap. Sebuah rahasia yang terjaga dari dulu, harus timbul kepermukaan karena sebuah hubungan buatan yang dilakukan oleh anak tetangga bersama mahasiswa bernama Johan. Karena anak tetangga itu, Jo...