25. Kamu Takkan Pernah Tahu

726 114 7
                                    

"Tumben kau tidak bertingkah seperti anak PAUD. Ada apa?"

Lisa yang sedaritadi menatap kendaraan yang lalu lalang melalui jendela mobil tersentak, menoleh pada Jungkook yang masih fokus menyetir. Gadis itu tak menjawab pertanyaan Jungkook. Mood-nya sedang tidak bagus. Tak sampai beberapa detik, Lisa kembali melempar pandangan pada jendela.

Sebenarnya, tak sedikit pun Lisa berniat mendiamkan Jungkook atau bersikap dingin karena apa yang terjadi kemarin. Lisa yakin bahwa Jungkook pasti sudah sekuat tenaga memberi peringatan pada Tzuyu dan mencoba mencegah apapun rencana jahat gadis itu. Lisa sadar bahwa meski apa yang terjadi kemarin itu menakutkan, tak seharusnya Lisa mendiamkan Jungkook karena aktor tampan itu bukanlah pelakunya.

Dia tak bersalah, tapi aku takut jika ia menatap mataku dia akan tahu segalanya. Batin Lisa gelisah, kemudian menggigiti kuku ibu jarinya sendiri untuk menghapus kegelisahan itu. Tenanglah, Lisa. Diam itu emas. Lagipula, tak ada salahnya mengikuti instruksi dari Bambam.

"Lisa, apa mood-mu sedang tidak bagus?" Jungkook lagi-lagi mencoba membuka topik pembicaraan, membuat Lisa meneguk ludah kasar dan kemudian mencoba mengalah dengan menjawab lirih. "Se-sedikit."

Hening sejenak, Jungkook mengeratkan pegangan pada setir yang ia kemudikan saat ini untuk melampiaskan rasa gelisah yang menghantuinya. Jungkook penasaran apa yang membuat Lisa menangis tapi mood Lisa tampaknya sangat buruk sehingga Jungkook ragu menanyakannya. Namun, meski ragu, di satu sisi ia merasa saat ini adalah momen yang tepat untuk menanyakan alasan Lisa menangis kemarin. Bertaruh pada keberuntungan, Jungkook akhirnya memilih untuk bertanya.

"Apa ini ada hubungannya dengan apa yang terjadi semalam?"

Dia tahu apa yang terjadi semalam? Batin Lisa terkejut, meski pada detik berikutnya ia mencoba untuk berekspresi datar seolah tak tahu apa-apa. "Erm... memangnya apa yang terjadi semalam?"

"Kau tidak ingat? Aku kemarin ingin melakukan pengakuan dosa tapi kamu malah menangis. Semalaman aku berpikir keras menerka apa yang membuatmu menangis. Aku bersyukur kau cepat melupakannya tapi apa tanpa sadar ada beberapa kata-kataku yang menyinggungmu? Atau ada sesuatu yang---"

"Ah, itu maksudmu," Lisa menggumam, memotong perkataan Jungkook. Gadis itu memaksakan senyum, menatap lurus ke depan karena masih merasa enggan terang-terangan menatap Jungkook. "Itu bukan apa-apa. Bukan urusanmu juga. Jangan terlalu dipikirkan."

Lisa tak pernah berkata seperti ini. Apa aku benar-benar membahas hal yang fatal baginya tanpa sadar kemarin? Jungkook bertanya-tanya dalam hati, semakin dilanda bingung.

Kebingungan Jungkook tak berhenti sampai disitu. Karena berikutnya, ada pertanyaan-pertanyaan dari Lisa yang turut membuat Jungkook semakin penasaran apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka.

"Jungkook, kita cuma pacaran bohongan, kan? Kau... tidak menyukaiku, kan?" Lisa bertanya tiba-tiba, mengundang kerutan di kening Jungkook. Jungkook mengangguk terpatah. "Ya."

"Kau orang yang profesional dalam pekerjaan, kan?" Tanya Lisa lagi, kembali direspon Jungkook dengan anggukan kepala.

"Pertanyaan terakhir, kau selalu mencoba untuk membimbing dan mengarahkan juniormu agar lebih profesional, kan?"

Sebagai jawaban, Jungkook lagi-lagi mengangguk. "Kau juga juniorku. Kau tahu bagaimana aku mencoba mengarahkanmu sejak dulu. Apa itu perlu dipertanyakan?"

Lisa memaksakan senyum, menggeleng pelan sebagai jawaban. Entah apa yang ada di pikiran gadis itu, Jungkook tak tahu. Namja itu ingin bertanya, namun takut tindakannya itu keliru.

Keheningan yang tadi sempat lenyap kini kembali menyelimuti keduanya. Tanpa sadar Jungkook menghela nafas. Selama mereka menjadi sepasang kekasih palsu, sepertinya baru kali ini Jungkook merasakan keheningan yang bertahan lama. Biasanya mobil akan dipenuhi dengan kehebohan dan cerita kekanakan Lisa ataupun petuah serta omelan Jungkook yang kesal karena ulah serta tingkah Lisa.

Gotta Be YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang