03. Itu Hanya Demi Kepentingan Syuting

1.1K 168 8
                                    

Lisa tampak menonton dengan serius. Jungkook memang tak lagi menatapinya seperti tadi. Dia adalah seorang namja yang pintar. Tentu ia takkan mengulang kesalahan yang sama dua kali. Pria itu kini memutuskan untuk meliriknya sekali-sekali. Dengan cara itu, Jungkook yakin Lisa tak akan sadar kalau dia memerhatikannya.

Padahal Jungkook sendiri tidak tahu apa alasannya memerhatikan gadis itu diam-diam.

"Ah! Aku tak siap menonton adegan ini!" Seru Lisa tiba-tiba sambil menutupi wajahnya sendiri dengan bantal. Jungkook menatap gadis di sebelahnya bingung, "Kenapa?"

"Setelah ini ada adegan terlarang! Apa kau lupa?" Gadis itu berseru heboh tanpa melirik ke Jungkook. Jungkook mengernyit, kini menatap ke layar televisi.

Ah. Adegan ini.

Jungkook berdecak. Hanya adegan berciuman. Tapi, kenapa gadis ini berteriak seheboh itu?

"Itu hanya adegan ciuman. Kenapa---"

"Kyaaa! Jangan menyebutnya! Itu memalukan!"

Wah. Memalukan? Berciuman dengan seorang Jeon Jungkook adalah sesuatu hal yang memalukan? Ribuan bahkan jutaan gadis bermimpi dan berkhayal tentang hal itu. Tapi, apa yang tadi dikatakan gadis ini? Itu adalah hal yang memalukan? Jika para fans mendengar omongan Lisa, bisa-bisa gadis itu dikeroyok oleh masa.

Jeon Jungkook tak bisa menerima pernyataan itu. Baik karena perasaan fansnya yang jelas akan geram dan gregetan karena Lisa mengatakan hal itu, maupun demi hatinya yang entah kenapa merasa tertohok dengan pernyataan itu.

"Berciuman denganku adalah hal memalukan? Kau gila? Ribuan gadis berharap bisa berciuman denganku!" Protes Jungkook membuat wajah Lisa kian memerah. Lisa menimpuk Jungkook dengan bantal. "Lelaki memang jahanam! Bisa-bisanya kau menganggap ciuman adalah hal yang sepele!"

"Kau adalah spesies makhluk hidup teraneh yang pernah ada! Tak ada gadis yang mengatakan berciuman denganku adalah hal memalukan selain kau!"

Lisa menatap Jungkook sebal. "Aish! Kau tak akan mengerti!"

"Apa? Hm? Apa? Aku pintar! Aku pasti akan mengerti!"

"Itu adegan ciuman! Semua gadis memang malu-malu, jejeritan, dan salah tingkah tiap kali melihat adegan ciuman!" Tutur Lisa ngegas. Jungkook menatapnya heran. "Jika mereka memang merasa malu melihat adegan ciuman, kenapa para gadis sangat menyukai adegan ciuman sampai-sampai nyaris semua drama romantis mempunyai adegan ciuman?"

Lisa menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Tak ada yang bilang kami menyukainya."

"Hei, kau pikir untuk apa ada adegan seperti itu jika para penonton tak menyukainya? Adegan itu ada karena penonton menyukainya. Kau membeli ikan maka yang diberikan adalah ikan, bukan sapi. Penjual tidak pernah sengaja memberikan hal yang tak diminta oleh para pembeli terlebih jika itu adalah hal yang tak disukai oleh si pembeli." Jungkook menjelaskan dengan nada kesal.

"A-e-anu. Ah! Bagaimana dengan bonus piring pada sabun deterjen?! Mereka tak meminta bonus itu!" Lisa mencoba memberi argumen untuk membela diri. Jungkook berdecih. "Apa kau tak menyukai bonus? Sekali lagi ku bilang, penjual tak akan memberi hal yang tak diinginkan pembeli. Apa kau yakin ibumu tidak suka dengan bonus piring dari deterjen itu?"

"Ti-tidak!"

"Kalau dia tidak menyukainya, maka dia takkan pernah protes pada swalayan jika kasir lupa memberinya piring cantik bonus deterjen. Apa ibumu benar-benar tak pernah melakukan itu?"

Lisa jadi terdiam.

Karena ibunya paling semangat jika sudah berurusan dengan piring cantik walau terkadang ia mendumel kenapa piringnya sangat kecil dan beberapa dari piring itu mudah pecah.

Jungkook menarik senyum puas karena sadar ia berhasil membuat gadis itu kalah.

"Tapi," gumam gadis itu pelan. Jungkook menaikkan sebelah alisnya, sedangkan Lisa menunduk dan menutupi wajahnya dengan bantal dalam genggamannya.

"Tapi apa?"

"Itu pertama kalinya bagiku!"

Jungkook mengangguk mengerti, "Ah. Itu ciuman pertamamu?"

Lisa mengangguk. Pria itu menghela nafas. "Menurutku itu tak bisa dianggap ciuman pertama."

"Hah? Apa?"

"Ku bilang, menurutku itu tak bisa dianggap sebagai ciuman pertama."

Kening Lisa berkerut, tanda gadis itu sedang berpikir keras mencerna kata-kata yang Jungkook katakan. Jungkook yang menangkap ekspresi kebingungan itu memilih untuk menjelaskan.

"Ciuman pertama itu dilakukan dengan tulus. Bahkan tidak direncanakan. Sedangkan apa yang kita lakukan, itu direncanakan. Jangan tanyakan tentang ketulusan. Setitik pun tak ada ketulusan dibalik ciuman itu. Kita hanya mencoba membuatnya terlihat nyata. Kenyataannya tak akan berubah. Itu hanya rekayasa. Itu hanya demi kepentingan syuting."

Penjelasan itu membuat Lisa mengangguk mengerti. Namun, gadis itu masih tampak berpikir. Jungkook kembali bertanya. "Apa lagi yang mengganggu pikiranmu?"

"Yah, aku hanya berpikir. Terlepas dari apa alasannya, itu tetap sebuah ciuman, kan?"

Jungkook mengusap wajahnya sendiri. "Bagaimana kalau kau menganggapnya hanya sebagai bersentuhan bibir?"

Lisa masih diam. Segera Jungkook simpulkan bahwa gadis itu tak mengerti.

"Begini. Jika itu dilakukan tanpa rencana dan tulus, maka kita akan menganggap itu ciuman. Nah, jika itu hanya dilakukan demi kepentingan syuting atau memang direncanakan serta tidak tulus, maka kita akan menganggapnya sebagai bersentuhan bibir, bukan ciuman. Paham?"

Senyuman terbit di wajah gadis itu. Ia mengangguk. "Mengerti, senior!"

"Sudah ku bilang jangan panggil aku seperti itu. Aku merasa tua tiap kali kau memanggilku begitu." Dumel Jungkook. Lisa hanya cengengesan sebelum akhirnya ia kembali bergumam. "Jadi, begitu."

"Hm?"

"Aku ini fansmu. Juga pecinta drama seri. Aku selalu bertanya-tanya, kira-kira apa yang ada dipikiranmu dan mereka hingga bisa melakukannya dengan mudah karena bagiku ciuman itu sangat sakral. Ternyata, kalian membedakan makna ciuman dan bersentuhan bibir. Ah, aku akan mencatatnya nanti agar tak lupa." Lisa berucap panjang lebar. Jungkook hanya mengangguk.

Pemuda itu baru saja mengunyah sekeping keripik kentang. Namun, perkataan Lisa berhasil membuatnya tersedak.

"Jadi, berapa banyak wanita yang sudah kau sentuh bibirnya?"

"Uhuk!"

"Jungkook! Ah, maaf! Apa aku menanyakannya di saat yang salah? Ini, minumlah!" Lisa berseru panik dan segera memberikan minuman untuk Jungkook.

Setelah kasus tersedaknya Jungkook usai, pria itu menatapnya sinis. "Untuk apa kau menanyakan hal tidak penting seperti itu? Kau tak perlu mengetahuinya. Itu tak akan menjadi soal untuk tes pegawai negeri."

Lisa cemberut. "Aku bertanya karena aku fansmu. Mengetahui funfact yang limited edition dan tak akan ku temukan di akun gibah seperti itu benar-benar hal spesial untukku."

"Aish. Kau fans yang menyebalkan."

"Anggaplah ini fans service khusus. Ayolah."

Jungkook menatapnya sinis, tetapi, otaknya mencoba mengingat dan menghitung.

Hening cukup lama, hingga akhirnya Jungkook menjawab. "Sekitar dua belas kalau aku tidak salah ingat."

"Hah?! Sebanyak itu?!"

Jungkook mengangguk. "Ya. Dua belas. Termasuk kau."

Lisa mengangguk mengerti. Ia tampaknya lupa dengan kegiatan menonton dramanya saat ini karena topik ciuman. Ah, maksudnya bersentuhan bibir.

Alis Jungkook bertaut ketika Lisa kembali menatapnya penasaran. "Apa lagi yang ingin kau tanyakan?"

"Apa kau pernah benar-benar berciuman dengan seseorang?"

Gotta Be YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang