"Bagaimana Nana, sudah kau baca buku itu?" Tanya Had
Pagi ini Had terlihat rapi, duduk di meja makan. Sedangkan Meli tampak sedang berkutat dengan alat-alat masaknya.
Hana mengangguk, "Sudah hampir separuh ayah" Ujarnya seraya menarik kursi kemudian mendudukinya.
"Hin bagimana tadi malam tidurnya?" Had beralih menatap ke arah Hina.
"Eum... nyenyak" Jawab Hina yang ikut duduk juga disamping Hana.
"Sampai susah di bangunin yah" Adu Hana.
Had terkekeh, "Benar Hin?"
Hina tampak menunduk malu-malu tetapi secara perlahan kepalanya mengangguk-angguk membenarkan ucapan Hana.
"Ini yah" Meli membawa kotak makan yang diserahkan kepada suaminya.
"Terima kasih" Had tersenyum lembut kemudian bangkit berdiri.
Meli mencium punggung tangan suaminya, dan Had mencium kening Meli dihadapan Hana dan Hina. Meli tampak malu tetapi kemudian Had terkekeh.
"Ayah kerja dulu ya" Had beralih mencium kening Hana dan Hina bergantian.
Hana tidak tahu apa pekerjaan ayahnya di Negeri Penyihir ini. Hana pun juga tidak ingin tahu, selagi tidak membahayakan ayahnya ya tidak apa-apa.
"Nana pergilah kepasar dengan Hin, bahan masakan sudah habis" Meli kembali masuk ke dalam rumah setelah mengantarkan suaminya sampai ke pintu depan.
Hana mengangguk kemudian Meli memberikan beberapa koin emas kepada Hana yang tentu saja tercetak angka-angka kuno, tetapi tenang saja Hana dapat membacanya dengan mudah seperti Hana membaca buku pemberian ayahnya.
Hina tampak bersemangat, ia menarik tangan Hana dengan tidak sabar, sedangkan Hana protes karena tidak terbiasa memakai gaun. Meli yang melihat keduanya hanya tersenyum lembut.
Hina menatap kanan kiri yang nampak asri, "Hana, penduduk disini sangat teratur dan rapi, semuanya damai tidak ada pertengkaran tahu"
Hana mengangguk mendengar penjelasan Hina.
"Kau lihat kan rumah-rumah tampak sama semua modelnya" Hina menunjuk rumah-rumah sepanjang perjalanan yang mereka lewati.
"Bagaimana dengan kerajaan Eleeskia? Apakah sangat indah? Apakah kita bisa kesana?"
Hina menggeleng lucu, menatap Hana yang ada di sebelahnya, "Ratu entah mengapa menjadi jahat. Padahal disini dulu sangat tentram tetapi kemudian Ratu menjadi arogan, warga yang tidak disukainya atau yang tidak patuh langsung di bunuh" Hina bergidik ngeri.
Hana mengangguk mengerti, entah mengapa Ratu mereka seolah tidak punya hati ya. Sepertinya ada yang aneh dalam kerajaan, tetapi Hana sendiri pun tidak tahu karena dirinya hanya rakyat biasa.
Hana dan Hina sampai di pasar, mereka membeli beberapa sayuran dan buah yang disuruh oleh Meli. Keduanya tampak kembar, apalagi baju yang dikenakan Hana dan Hina sama.
"Hana..." Hina menarik-narik ujung gaun Hana.
Hana menoleh menatap Hina yang matanya berbinar dan bibirnya mengerucut.
"Itu" Tunjuk Hina kearah salah satu pedagang yang ada di sana.
Hana memutar bola matanya malas, "Itu tidak ada dalam daftar belanja kita Hin, nanti Ibu marah" Omel Hana.
Hina mengerjap-ngerjapkan matanya lucu, "Please..."
Hana membuang nafas kasar. Oke baiklah daripada anak ini merengek. Menghadapi Hina, ia seperti seorang ibu saja.
"Ayo!" Hana berjalan menuju pedagang permen lolipop yang ingin dibeli oleh Hina.
Hina membulatkan matanya tampak senang, ia mengikuti Hana dari belakang dengan tersenyum kecil. Dasar, childish sekali.
Hana menyerahkan lolipop yang dibelinya kepada Hina. Hina menerimanya dengan senang dan langsung melahapnya.
"Terima kasih Hana!" Hina memeluk Hana senang. Sedangkan Hana hanya mengangguk sebagai respon dan melanjutkan berjalan untuk pulang.
Hina berjalan mendahului Hana, ia tampak berputar-putar senang dengan gaunnya yang mengembang dan sesekali berlari kecil untuk mengejar kupu-kupu.
"Hin," Peringat Hana khawatir, ia hanya takut Hina terjatuh karena berlari-larian.
"Iya Hana" Hina berbalik badan menghadap Hana yang berada lumayan jauh darinya. Bagaimana tidak, Hana yang membawa dua keranjang belanjaan sekaligus.
"Duduk dulu ya, capek" Hana berjalan ke pinggir, duduk di depan pekarangan rumah orang.
Hina menghampiri Hana dan ikut duduk di sampingnya. Hina merasa bersalah dengan Hana karena tidak membantunya membawa belanjaan, padahal tadi ia sudah bilang kepada ibu untuk membantu Hana, tetapi sepertinya ia malah merepotkan Hana.
"Hana maaf," Hina mengulurkan tangan kanannya yang tidak memegang permen.
Hana mengernyit bingung, "Kenapa minta maaf Hin, kamu tidak ada salah"
Hina dengan cepat meraih tangan Hana kemudian mencium punggung tangan Hana, "Pokoknya minta maaf" Ujarnya.
Hana hanya mengangguk pasrah membiarkan Hina bertingkah semaunya.
"Hin, apakah Ratu punya anak?" Tanya Hana menoleh menatap Hina yang sedang melamun sambil mengemut lolipopnya yang tinggal separuh.
Hina mengangguk, "Dua, satu laki-laki dan satu perempuan" Hina mengangkat dua jarinya kemudian ia menekuk satu-satu.
"Tapi-tapi Hin nggak pernah lihat, Ratu pun juga Hin nggak pernah lihat parasnya seperti apa" Masih dengan menatap jalanan Hina menjelaskan.
Hana kembali berfikir, waktu di Bumi dulu ia sangat senang membaca novel tantang kerajaan, dan kini ia sendiri yang hidup di Dunia kerajaan. Dalam novel-novel yang Hana baca, selalu menceritakan bahwa pangeran-pangeran di Kerajaan selalu tampan, apakah di Kerajaan Eleeskia juga mempunyai pangeran yang tampan ya? pikir Hana.
"Hin, menurutmu apakah pangeran Kerajaan tampan?" Tanya Hana antusias.
Hina mengangkat kedua bahunya pertanda tidak tahu, "Yang Hin denger dari orang-orang sih tampan, putri dan ratu pun sangat cantik tapi Hin nggak pernah lihat sendiri jadi Hin nggak bisa pastiin itu bener apa ngga hehehe"
Hana bangkit berdiri melanjutkan perjalanannya untuk kembali ke rumah, tetapi kini Hin membawakan satu keranjang belanjaannya sehingga bebannya lumayan berkurang.
Hina berfikir sepertinya keluarga Kerajaan sangat tertutup.
«§»
VOTENYA DONG GAIS
JANGAN LUPA PANTENGIN TERUS YA KARENA "ITS MAGIC" UPDATE SETIAP HARI❤
KAMU SEDANG MEMBACA
its MAGIC
FantasyATTENTION: FOLLOW SEBELUM MEMBACA❗❗❗ Tidak yang aneh dalam keluargaku, ayahku bernama Had, ia seorang pandai besi. Ibuku bernama meli, seorang ibu rumah tangga biasa. Dan aku anak tunggal. Kata ibu, sebenarnya aku bukan anaknya, tapi kurasa ibu berc...