4| LIN

16 4 0
                                    

Malu

Setelah kejadian di lorong tadi demi apapun aku sangat-sangat malu. Aku tidak ingin menemui Kanza lagi.

Apa-apaan dengan sikapnya itu, bukannya takut karena aku menghilangkan benda-benda, ia malah mencium punggung tanganku.

Pipiku terasa panas hanya dengan memikirkannya, sepertinya Kanza memang sudah gila.

"Eh yang tadi ya?"

"hah!? oh hai" Aku terkejut karena melamunkan Kanza. Sialan Kanza!

Perempuan di kantin tadi yang ternyata menyapaku, baiklah Hana tidak salah juga mengajaknya bicara.

Lagipula, mereka sedang berkumpul ditengah lapangan yang panas karena hari mulai siang, dan ekstrakulikuler English club yang sedang ditampilkan benar-benar membosankan.

"Lin" perempuan di sebelahku mengulurkan tangannya.

"Hana" Aku menyambut ulurannya.

Lin tersenyum dan menatapku, "Lin Gracia"

Nama yang cantik, sangat cocok untuk Lin didepanku yang memakai kaca mata bulat melingkar dan dua kepangan rambutnya.

"Hanabi" Ujarku singkat. Memang itu namaku.

"Wah kembang api!" Lin menatapku kagum.

"Aku tahu aku keren" Aku mengedipkan sebelah mataku.

Dan Lin malah tertawa. Aku juga ikut tertawa karenanya.

"Baiklah semuanya silahkan berdiri dan berkumpul di depan panggung" Ujar mc yang berdiri diatas panggung.

Aku dan Lin langsung berdiri dan segera berkumpul ke depan panggung, lainnya juga melaksanakan intruksi yang diarahkan oleh osis.

"Mari kita sambut pinampilan eksrakulikuler terakhir.... band!"

Semuanya bertepuk tangan dengan riuh, begitupun dengan aku, ku lirik Lin disampingku yang juga tampak antusias.

Sebenarnya aku juga tidak terlalu bersemangat menyaksikan penampilan ekstrakulikuler terakhir ini, cuma karena yang berdiri diatas panggung itu ganteng, boleh juga lah. hehe

"Kalian semua ikut saya nyanyi ya supaya seru" Ujar seorang laki-laki diatas penggung.

Semuanya berteriak "iyaaaa!!" dengan semangat. Apalagi Lin yang menatap laki-laki diatas panggung itu dengan tampang berbinar seperti anak kecil yang diberi eskrim.

"Cintaku bukan diatas kertas..."

"woooooo!!!" Teriak para perempuan, memang tampannya tidak kalah dengan suaranya yang benar-benar merdu.

"Cintaku getaran yang sama... ayo semuanya!!!"

"Tak perlu dipaksa"

Suara dari para siswa baru benar-benar menggema.

"Tak perlu dicari" Laki-laki itu mengarahkan micnya ke arah penonton.

"bareng-bareeengg!" teriaknya.

"Karena kuyakin ada jawabnya!!!"

Mereka semua bernyanyi untuk refreshing karena kegiatan hari ini yang lumayan melelahkan, jangan kira aku juga ikut bernyanyi, tentu saja tidak, itu hanya membuang-buang tenaga.

Aku berjalan menjauhi kerumunan meninggalkan Lin yang sepertinya masih asyik bernyanyi dan tentunya juga memperhatikan laki-laki yang berada diatas panggung tersebut.

Aku menuju kelasku di lantai dua, tepat berada di samping halaman, bisa ku lihat teman-temanku dari atas sini.

Udara terasa sejuk, tidak seterik tadi karena gumpalan awan kini menutupi matahari.

Aku menghirup nafas dalam, bau dedaunan sangat menenangkan. apalagi sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.

"Seharusnya habis ini udah boleh pulang" gumamku pelan.

Kelas akan sangat ramai nanti teman-teman akan mengambil tasnya masing-masing. Maka dari itu aku lebih memilih mengambil tas ku duluan sebelum teman-temanku datang.

Kulangkahkan kakiku menuju kelas sementaraku ini, karena pembagian kelas masih belum diumumkan.

Baiklah, sepertinya aku harus pulang duluan sebelum gerimis mulai turun.

Dibulan Desember ini, entah mengapa cuaca dengan cepat berubah-ubah, sebentar panas, sebentar hujan. Karena itu aku tidak dapat memprediksi kemungkinan-kemungkinan akan panas atau turun hujan.

"Oh baru jadi murid baru udah bandel ya"

Terdengar suara seseorang bertepuk tangan.

Sial, kanza.

«§»

its MAGICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang