11| HINA

12 4 0
                                    

Tersebutkanlah dua saudara kembar dari Negeri Sihir yang sudah lama berada dalam masa kejayaannya. Raja membagi dua wilayah yang adil untuk kedua putranya sebelum ia meninggal. Ia hanya memiliki dua putra kembar. Xaveen dan Xavier. Xaveen berada di sisi sebelah barat, sedangkan Xavier disisi timur. Kerajaan keduanya dipisahkan oleh sungai merah yang alirannya sangat deras bak darah yang mengucur. Xaveen ingin menguasai wilayah timur, wilayah saudaranya sendiri, ketahuilah Xaveen itu serakah, ia tidak puas dengan setengah wilayah, ia ingin memiliki wilayah Negeri Sihir seutuhnya. Pergilah ia ke wilayah timur yaitu kerajaan Uranus. Dan ketahuilah Xavier itu adalah raja yang bijaksana namun bodoh. Xavier tidak menyadari bahwa saudara kembarnya itu ingin menguasai kerajaannya, padahal para tetua sudah mengingatkan kepadanya. Ia dibutakan oleh kepalsuan Xaveen yang seolah-olah sangat baik kepadanya. Xaveen disambut baik di kerajaan Uranus, bahkan disana diadakan jamuan makanan hanya untuk dirinya. Xavier dan Xaveen makan, Xaveen terus mengamati saudaranya itu hingga mengajak Xavier untuk mengobrol berdua. Xavieer bodoh tidak curiga. Dibunuhlah Xavier dengan keris sakti merah. Ditusuk-tusuk perutnya tujuh kali hingga darah segar mengucur deras. Xaveen pergi ke menuju Kerajaan Titanius, kerajaannya sendiri dengan kekuatan menghilang dan berpindah tempat. Tentu saja, diantara keduanya sebenarnya Xaveen-lah yang sangat kuat. Ratu tiba-tiba jatuh sakit dadanya bergemuruh, tanda suaminta itu tidak baik-baik saja. Segera ia menggendong putra sulungnya dan putri bungsunya. Menangislah ia dihadapan Raja yang sudah tidak bernafas. Bayi mereka masih kecil, ia terpaksa hidup sendiri tanpa kekasih. Waktu berlalu cepat, Ratu mengurus kerajaannya sendiri tanpa ada pendamping lagi. Ia tidak mau menikah lagi, bayang-bayang suaminya masih terpatri di dalam hati.

«§»

Pagi datang menyapa, mentari masih malu-malu mengintip dari jendela. Burung-burung mulai berkicauan dan embun silih ganti berdatangan lalu menghilang.

Hana mengucek matanya pelan, setelah kemarin siang ia membaca buku yang diberikan oleh ayahnya, sorenya ia hanya mandi kemudian makan, dan malamnya ia hanya duduk duduk di belakang rumah yang terdapat ayunan. Kemudian ia kembali ke kamarnya dan tidur.

Hana melihat Hina yang masih tertidur disampingnya. Rambutnya yang hitam legam juga paras yang sangat mirip dengannya membuat Hana tersenyum, apakah seperti ini juga saat ia tertidur?

"Hin bangun..." Hana menggoyangkan bahu Hina perlahan.

Tidak bangun, Hina malah menepis tangan Hana dan membungkus dirinya dengan selimut.

"Hin... sudah pagiii" Hana mencoba bersabar membangunkan Hina.

"Hin masih ngantuk" Ujarnya parau dan suaranya teredam karena gulungan selimut yang menutupi wajahnya.

Hana menggeleng-gelengkan kepalanya menghadapi tingkah Hina itu. Meskipun memiliki paras dan postur tubuh yang mirip, tetapi sifat mereka sangat berbeda, berbeda jauh. Hina itu sangat manja dan kekanakan. Sedangkan Hana lebih berani dan tegar

Hana menyerah membangunkan Hina. Iapun mandi duluan saja, siapa tahu selesai mandi Hina sudah terbangun.

Hana segera memilih gaun di lemarinya. Tidak ada yang bagus. Semua warna tampak memudar, seperti biru muda, hijau muda, abu-abu muda, dan semua warna yang tidak terang. Padahal Hana lebih suka warna yang lebih mencolok seperti merah.

Pilihannya kemudian jatuh pada gaun dengan lengan sepundak berwarna jingga yang pudar. Hana mengambilnya kemudian pergi menuju kamar mandi.

Selesai mandi, seperti biasa Hana menyisir rambutnya di depan cermin besar yang memantulkan bayangan Hana seluruh badan. Hana melirik Hina yang sudah bangun dan sedang duduk melamun di pinggiran ranjang.

"Mandi sana" Ujar Hana memerintah.

Masih asyik dengan lamunannya, Hina merespon ucapan Hana dengan anggukan.

Hana berdecak pelan, membalikkan badannya kemudian berjalan kearah Hina "Ck sana mandii" Ujar Hana seraya menepuk pelan pipi Hina.

"Ih, Hana nakal!" Hina cemberut.

"Ih, Hini nikil" Hana menirukan ucapan Hina dengan ekspresi yang dibuat-buat.

Hina bangkit berdiri kemudian menuju kamar mandi. Tak lama, Hina menyembulkan kepalanya dari pintu kamar mandi.

"Hanaaa pilihin Hin baju ya" Teriaknya.

"Iya-iya sana mandi cepet" Hana memutar bola matanya malas, tetapi meski begitu ia tetap memilihkan baju untuk Hina.

Hina cekikikan kemudian masuk kembali kedalam kamar mandi. Oke, Hana sabar.

Hana memilih baju warna pink muda yang modelnya sama dengan yang dipakai oleh Hana. Ia ingin nampak serasi dengan Hina. Dengan cepat Hana mengambilnya dan memberikan kepada Hina.

«§»

A/N
VOTE DAN KOMENNYA DONG
:(

its MAGICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang