13| BERTEMU GEO

9 2 0
                                    

Sore ini udara sangat sejuk, Hana mendorong tali ayunan yang sedang dinaiki oleh Hina. Tidak ada yang bisa Hana lakukan. Jika di Bumi mungkin ia bisa bermain handphone atau pergi jalan-jalan ke mall, di sini tidak ada.

Ah, Hana jadi rindu rumahnya, Hana rindu bersekolah bertemu dengan Lin atau Kanza yang menyebalkan itu.

"Tidak-tidak" Hana menggelengkan kepalanya cepat.

Tidak mungkin Hana rindu dengan Kanza. Tetapi, ngomong-ngomong soal lelaki itu... apakah ia berpacaran dengan Lin? Bagaimana bisa, Kanza itu orang yang paling gila yang pernah Hana lihat. Tetapi Lin, seolah dekat dengannya.

Lamunan Hana buyar kala Meli datang menghampirinya dengan membawa satu kotak bungkusan. Hana tidak tahu apa isinya.

"Kasih ini ke rumah sebelah Na" Meli menyodorkan kotak bungkusan itu.

Hana menerimanya seraya mengangguk. Meli pun mengucapkan terima kasih kepada anaknya itu lalu masuk kembali ke dalam rumah.

"Hin ayo ikut aku!"

Hina melirik sebentar ke arah Hana, "Nggak mau ah, Hana sendiri aja, deket kok" Tolak Hina.

"Ayolah Hin..." Hana mengguncang-guncangkan tali ayunan itu membuat Hina yang duduk tidak nyaman.

"Ish yaudah ayo!" Hina berjalan mendahului Hana dengan sebal.

Hana mengikuti Hina dari belakang. Bunga-bunga berwarna warni bermekaran tumbuh di samping kanan kiri jalan setapak yang mereka lewati. Kebetulan belakang rumah Hana juga terdapat kebun yang indah. Semuanya nampak asri dan sederhana. Belum lagi rumah-rumah yang tersusun rapi juga model bangunan yang mirip.

tok tok tok

Hana mengetuk pintu rumah di hadapannya beberapa kali, hingga bunyi ganggang pintu terdengar tanda pemilik rumah membukakan pintu rumahnya.

"Paman Hed!?"

Hana terkejut tatkala yang membuka pintu adalah Hed, kakak dari ayahnya sekaligus ayah dari Geo.

Hana langsung memberikan kotak bungkusan yang diberi oleh Ibunya kepada pamannya itu. Hed menerimanya dengan senang hati.

"Terima kasih Hana" Ujarnya mengacak-acak pucuk rambut keponakannya itu.

"Paman, Kak Geo juga berada di sini?" Tanya Hana antusias. Matanya membulat sempurna berharap lebih ingin bertemu dengan Geo.

Hed mengangguk, "Geo ada di sungai sedang memancing katanya"

"Baiklah paman, Hana pergi ke danau dulu... dahhh" Hana berbalik melangkahkan kakinya untuk pergi.

Sedangkan Hina melambai-lambaikan tangannya ke arah paman Hed yang dibalas serupa olehnya. Lalu Hina menggandeng tangan Hana untuk pergi ke danau bersama, karena Hina tahu sudah pasti Hana tidak tahu dimana letak sungai.

Rupanya letak sungai tak jauh dari rumahnya, hanya kisaran beberapa meter saja sudah sampai. Hana mengedarkan pandangannya mencari sosok Geo.

"Kak Geo!!!" Hana berteriak memanggil Geo ketika netranya menatap Geo yang sedang membenarkan kail pancingnya.

Dengan cepat Hana dan Hina berlari mendekat menuju ke arah Geo.

Geo tersenyum melihat Hana dan Hina, "Kau sudah baca buku Hancurnya dua persaudaraan?" Tanya Geo kepada Hana.

Hana mengangguk, "Masih separuh" Jawabnya

"Kau tidak menghilangkan Hina?"

Pertanyaan Geo tersebut sukses membuat Hina cemberut dan matanya berkaca-kaca. Hana yang melihat perubahan ekspresi Hina tersebut mengelus surainya lembut.

"Tenang saja Hina, aku tidak akan menghilangkanmu, kau kan temanku" Hana tersenyum menatap Hina, kemudian ia beralih menatap Geo mengkode untuk tidak berkata yang menyakiti perasaan Hina.

Geo kemudian berlutut mengusap air mata Hina yang jatuh, "Maaf ya" Ujarnya menggenggam jari-jari Hina.

Hina menggeleng kemudian berlari menuju pinggiran sungai, ia melempar-lemparkan baru kecil ke dalam sungai.

"Jangan gitu, Hina itu cengeng" Ujar Hana memperingati Geo.

Geo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Iya maaf, kan kakak nggak tahu"

Hana mengangguk maklum karena Geo masih belum mengerti dengan sifat childish Hina itu.

Geo menggiring Hana duduk di pinggiran Sungai di sebelah Hina yang masih cemberut. Hana membiarkan Hina melakukan sesukanya saja.

"Kamu ingat malam setelah kita dari Mall?" Tanya Geo sembari melanjutkan aktivitas memancingnya.

Hana mengangguk, malam itu adalah malam terakhirnya sebelum berada di Negeri Sihir ini.

"Saat kau tertidur Had menggendongmu kemudian membuat portal untuk menuju ke Dunia Sihir ini. Kau dibawa oleh Had dalam keadaan tertidur"

Hana menyimak penjelasan Geo. Hina pun begitu, meskipun ia cemberut tetap saja ia ingin mendengar apa yang keluar dari mulut Geo.

"Disini, kita hanya perlu memanggil orang dengan namanya saja meskipun ia saudaramu Na," Jelas Geo.

"Tidak sopan"

"Sudah menjadi tradisi Na, lagian memanggil hanya nama saja disini sudah sopan"

Hana mengangguk-angguk ia melirik Hina yang sepertinya sudah tidak marah lagi, kemudian ia melihat kail milik Geo yang bergerak-berak, dengan segera Geo mengangkatnya dan seekor ikan besar berwana kemerah-merahan berhasil di tangkapnya.

Geo menatap Hana dan Hina seraya memamerkan ikan hasil tangkapannya, Hina bertepuk tangan senang sedangkan Hana hanya tersenyum.

Di pinggir sungai ini, ada orang-orang lain yang memancing juga namun tidak terlalu banyak hanya berkisar sepuluh sampai lima belas orang saja dan mungkin karena ini sudah sore.

Geo melemparkan kailnya kembali setelah di beri umpan. Tidak ada percakapan diantara mereka. Hanya suara aliran sungai yang terdengar.

Tiba-tiba Hana teringat sesuatu, "Kak Geo!" Panggil Hana.

"Iya Na" Masih dengan pandangan fokus menatap senar pancingnya Geo menjawab Hana santai.

"Aku dan ayah mempunyai kekuatan, apakah kak Geo dan Paman Hed juga?"

Geo menoleh ke arah Hana kemudian mengangguk. Ia mengepalkan satu tangannya sebentar, beberapa detik kemudian keluar batu dari telapak tangan Geo. Hina bertepuk tangan lagi-lagi setelah melihat apa yang Geo lakukan.

Lalu kemudian Geo mengangkat satu telunjuknya dan memutar-mutarkannya di udara dan keluar batu dari ujung kuku Geo yang lama kelamaan semakin besar seiring dengan telunjuk Geo yang berputar.

"Woaahhh!" Hina memekik senang.

Kemudian Geo menghentakkan telunjukknya ke arah sungai dan batu itu terlempar masuk ke dalam aliran air membuat beberapa orang yang memancing di sana menoleh ke arah Geo karena batu itu cukup besar mengakibatkan air bergelombang dan aktivitas memancing mereka terganggu.

Geo tersenyum kikuk menggaruk tengkuknya canggung kemudian meminta maaf kepada beberapa orang di sana.

"Udah ah" Ujar Geo duduk kembali ke pinggiran sungai.

Hana tertawa melihat Geo yang menahan malu karena tadi semoat terkena ocehan kakek tua yang sedang memancing.

"Lalu paman Hed mempunyai kekuatan apa?" Hana bertanya penasaran.

"Listrik" Hina menyahuti ucapan Hana bahkan Geo yang sudah membuka mulutnya itu mengurungkan niatnya untuk berbicara.

"Hina udah ga marah sama aku?" Tanya Geo.

Hina membuang muka, "Kak Geo nyebeliiiinnnn!!"

«IT§ MAGI€»

its MAGICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang