6| SAKIT

14 2 0
                                    

Suara ledakan terdengar sangat keras. Tubuhku tersungkur kebelakang hingga terbentur tembok. Kepalaku berdenyut sangat nyeri.

"Sa...kit.." Aku berusaha meraih sarung tangan dimeja belajarku.

Brak!

"Ibu... saakiit" Aku jatuh terduduk. Kepalaku sangat nyeri sekali seolah akan pecah.

"Hana! Hana! Kenapa sayang!" Ibu memegang pundakku menggoyang-goyangkan tubuhku yang mulai melemah.

Aku mencoba meraih tangan ibu, tetapi kepalaku berdenyut sangat keras dan kesadaranku perlahan mulai menghilang. Dan yang kulihat terakhir kali adalah wajah cemas ibu dan Kak Geo.

«§»

"Apa kita panggil Ord saja?" Meli, perempuan itu menatap suaminya dalam.

Had menggeleng tidak setuju dengan usulan Istrinya. Ia yakin Hana akan terbangun tak lama lagi. Sebagai seorang ayah, tentu saja Had khawatir dengan anaknya. Memanggil Ord yang notabenya adalah pamannya, sepertinya bukan pilihan yang tepat.

"Tapi sudah satu minggu Hana tidak bangun" Meli menelungkupkan kepalanya di meja makan.

"Mel dengarkan aku," Had mengelus pundak istrinya lembut.

"Anak kita itu spesial, sayang. Aku yakin Hana pasti terbangun"

"Lalu kita tidak mengusahakan apa-apa untuknya? orang tua macam apa kita!?" Meli duduk tegap, menatap suaminya yang juga menatapnya.

Sebagai seorang Ibu, tentu saja Meli merasa sangat khawatir dengan Hana anak semata wayangnya. Baginya, Hana adalah pemberian tuhan yang paling berharga.

"Kita tunggu beberapa hari lagi ya, kalau masih tidak ada perubahan, aku akan menghubungi Ord" Had mencoba menenangkan Meli.

"Hana, meskipun sudah tertidur satu minggu tetapi kau lihat sendiri 'kan ia tidak melemah. Nafasnya pun teratur seperti tertidur biasa"

Benar, Hana tertidur satu minggu, wajahnya pucat tetapi nafasnya teratur, tubuhnya pun tidak mengurus karena setiap hari dokter datang kerumah mereka untuk menyuntikkan nutrisi dan vitamin.

Jangan bilang mereka tidak memerikasakan Hana ke dokter, Had bahkan sudah mengunjubgi hingga lima rumah sakit tetapi semua dokter mengatakan bahwa Hana pingsan biasa.

"Aku pergi ke kamar Hana" Meli bangkit berdiri. Had mengikutinya dari belakang.

cklek!

Pintu kamar Hana terbuka, terlihat Geo terduduk disisi ranjang, kepalanya menyender pada tembok sebagai tumpuan dan matanya tertutup.

"Geo" Meli mengelus pundak Geo

Geo terbangun, "Eh iya tante" Geo tertidur. Karena semalam ia tidak tidur sama sekali sebab menunggui Hana.

"Pindah ke kamarmu, biar tante sama om aja yang nungguin" Meli berujar lembut.

Geo menguap kemudian menganggukkan kepalanya. Ia berdiri dan mengelus kening Hana lembut. "Cepet bangun, Kakak dateng jauh-jauh masa kamu tinggal" Setelah mengatakan hal itu, Geo berjalan keluar kamar Hana dan menuju kamarnya.

Had dan Meli menghela nafasnya pelan.

«§»

Kanza duduk di kantin dengan Rafif dan Naufal sahabatnya. Kepalanya memandang pintu masuk seperti menunggu kedatangan seseorang.

its MAGICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang