17. What does it mean?

282 47 7
                                    

.

.

.

.

.

.

"KAMPREEETTT!!!!"

Itu kata pertama yang diucapkan Lucas pagi ini setelah sadar kalau dia bangun telat. Kalau dilihat dari alarm hapenya, sebetulnya sudah bunyi sejak sejam lalu tapi kok bisa dia nggak bangun? Biasanya kan dia sensitif banget kalau sama bunyi.

Cepat-cepat dia bangun dan menarik handuk lalu masuk ke kamar mandi. Bukan buat mandi yang jelas, waktunya nggak bakal cukup. Lucas cuma gosok gigi dan membasuh muka lalu menyisir rambutnya supaya nggak kelihatan lusuh-lusuh banget. Cepat-cepat juga dia ganti ke kemeja dan celana buat segera berangkat ke kampus. Hari ini ada kelas pasar modal dan dosennya sama sekali nggak mentolerir keterlambatan.

Waktu Lucas keluar dari kamar dan lewat di communal area di kosannya, ternyata temannya juga masih pada tepar. Arbi dan Cakra masih menggelepar di sofa sedangkan yang lain masih berusaha ngumpulin nyawa. Ini efek dari semalam mereka nonton bola bareng penghuni kos lantai satu dan dua sambil mimik-mimik asik.

"Telat Cas?" Saka yang bertelanjang dada dan cuma pakai boxer pendek menyapa dari dapur. Di tangannya dia menggenggam kaleng susu beruang khas orang-orang yang meredakan diri dari hangover.

"Edan! Gak lagi aku mabok pas besoknya ada kelas pagi!" Gerutu Lucas sambil berjalan cepat turun tangga.

"Susu Cas!" Saka berseru lemah, matanya masih sayu dan rambutnya berantakan. Tapi itu berhasil membuat Lucas lari lagi ke dapur dan mengambil susu beruang dari tangan Saka.

"Loh kok diambil?" Beneran, Saka masih se-keple itu waktu ngomong, dia cuma pasrah minumannya yang tinggal seperlima kaleng diambil Lucas. Yang merebut justru nggak merasa punya salah dan terus berlari turun tangga sambil ngokop susu.

"Ah jancok wes telat adoh." (Ah jancok udah telat jauh) Lucas terus mengeluh sambil memacu motornya buru-buru.

Kelas jelas sudah mulai sejak lebih dari sejam tadi, dan Lucas sekarang mondar-mandir di koridor demi mencari ide bagaimana dia bisa masuk kelas. Lalu otaknya tiba-tiba memunculkan ide waktu Johnny muncul dari lift.

"Pak Johnny, bukannya tadi dicariin Pak Krisna ya?"

"Hah? Pak Krisna?" Johnny bingung.

"Iya Pak tadi saya lewat ruang dosen trus Pak Krisna lagi nyari-nyari Bapak. Kayaknya sih penting soalnya agak buru-buru gitu." Dahi Johnny makin mengkerut, tapi kemudian dia mengeluarkan ponselnya dari saku untuk menelpon rekan dosennya itu.

Lucas langsung pamitan pergi, dia menghilang di balik koridor ketika Johnny menyambungkan panggilannya. Tidak lama kemudian, seorang dosen berusia akhir 30-an keluar dari salah satu ruangan.

"Loh Pak Krisna?" Johnny kaget melihat rekannya itu keluar dari ruangan sambil menempelkan ponsel di telinga.

"Loh disini ternyata. Ada apa Pak Jo?" Johnny makin kaget, ngapain Krisna tanya begitu kalau dia tadi yang sibuk nyariin?

Akhirnya Johnny paham situasinya waktu melihat Lucas mengendap-endap masuk ke dalam ruangan tanpa sepengetahuan Krisna. Bahkan sebelum benar-benar masuk, Lucas sempat mengacungkan tangan kanannya membentuk huruf O dari jari jempol dan telunjuk sebagai kode terima kasih.

"Wah kurang ajar." Gumam Johnny sambil tertawa kecil melihat tingkah Lucas.

"Kenapa Pak Johnny?" Krisna mendekat dan bertanya tanpa mengerti apapun perihal kelakuan Lucas di belakang.

WE'VE GONE TOO FARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang