.
.
.
.
.
.
"Loh Cas kok aku ada di sini?"
Kepala Yola masih pusing gara-gara semalam tapi kondisinya saat bangun mampu membuatnya langsung sigap. Ya tentu saja, soalnya Yola bangun bukan di kamar kosnya sendiri melainkan kamar kos Lucas.
"Hmmm?" Lucas cuma membalas dengan lenguhan sambil menggeliat sebentar lalu kembali menyamankan posisi tidurnya.
"Cas semalem apa yang terjadi? Kita habis ngapain?" Yola panik.
"Pakaian kamu aja masih lengkap, kan gak mungkin aku ngapa-ngapain kamu La." Balas Lucas dengan suara mengantuk dan mata yang masih setengah terpejam.
"Terus kok aku bisa ada di sini?"
Lucas yang masih amat sangat mengantuk itu pun mau tidak mau bangun dari tidurnya di bawah kasur, lalu duduk menyandar pada beanbag di sebelahnya.
"Kamu semalem wasted." Balas Lucas singkat terus mengucek-kucek matanya.
"Serius? Kok bisa?"
Yola memang kebiasaan, nggak bisa minum tapi berkali-kali maksa minum. Nanti kalau sudah wasted dan lupa kronologisnya, dia panik sendiri.
"Lagian kamu ngapain sih maksa minum segala? Udah tau kalo nggak bisa minum gitu. Semalam parah banget loh kamu!" Giliran Lucas yang ngomel dengan kening mengkerut. Yola dan Lucas akhirnya saling menatap satu sama lan dari posisi duduk mereka – Yola di atas kasur, dan Lucas di bawah – sehingga tiba-tiba mereka merasa aneh sendiri dan memalingkan muka.
Lucas lebih dulu berinisiatif bangun dan membasuh muka lalu gosok gigi. Setelah itu Ia pergi ke dapur kosan mengambil sekaleng susu beruang dan sebotol air mineral. Sekembalinya Lucas ke kamar, Yola masih pada posisi duduk termangunya di atas kasur, mencoba mengumpulkan kepingan-kepingan ingatan tentang semalam.
"Nih, susu sama air. Buburnya belum dateng, biasanya jam 7 baru nyampe. Bentar lagi lah." Yola menerima uluran dari Lucas lalu segera meneguknya beberapa kali.
"Serius Cas aku masih nggak inget kenapa aku bisa ada di sini."
Lucas menggersah pelan, Ia melepas kaosnya yang sedikit basah terkena cipratan air tadi lalu melemparnya ke keranjang cucian. Sambil bertelanjang dada dan mencari-cari di tumpukan laundry di ujung ruangan, Lucas menjawab pertanyaan Yola.
"Semalem aku sebenernya nggak pergi kemana-mana. Aku di kosan nugas, trus ada yang kasih tau aku kalau kamu lagi minum sendirian di Bimasakti, keadaannya Gara lagi sibuk banyak pengunjung. Akhirnya aku nyusulin ke Bimasakti, waktu itu kamu udah mabok parah."
Bau khas parfum laundry menguar ke seluruh ruangan ketika Lucas memakai kaos polos abu-abunya.
"Semalem sebenernya kamu mau dianterin pulang ke kosanmu tapi kosanmu kan kalau udah jam malam nggak ada toleransi samasekali. Mau minta bantuan Yeri juga gabisa soalnya dia lagi diluar kota. Terus, mau dibawa ke kontrakan Donna juga gabisa soalnya portal gang uah ditutup. Bisa sih kalau mau gendong kamu dari gang depan sampe kontrakan tapi itu jauh banget, kalau ketahuan warga bisa malah gawat dikira macem-macem."
Lucas kemudian berhenti sejenak, Ia berkaca sekilas lalu melanjutkan ceritanya.
"Mau bawa kamu ke kosan Gara juga nggak mungkin, soalnya kosan Gara susah nyelundupin lawan jenis. Dery juga nggak bisa, dia lagi ada kegiatan himpunan. Satu-satunya pilihan paling aman ya bawa kamu ke sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
WE'VE GONE TOO FAR
Romance"... You can love him so much but still choose to say goodbye..." Ah, tadi itu kata-kata Tara Westover. Yola ingat kalimat yang menyertainya di belakang. "... You can miss a person everyday and still be glad, that they're no longer in your life." Sa...