21. Nervousness

485 37 4
                                    

WARNING!!!

Mengandung konten seksual, mohon bijaksana dalam membaca.

.

.

.

.

.

.

Namanya juga pasangan baru resmi, jelas maunya nempel-nempel mulu. Sejak sepakat menjalin hubungan beberapa jam lalu, Johnny dan Yola masih asik mengobrol berdua di dapur. Bisa dikatakan bahwa ini adalah momen kebersamaan mereka yang paling personal jika dibandingkan dengan yang sebelum-sebelumnya, karena sekarang ini cuma ada mereka berdua. Sedangkan biasanya meskipun mereka bisa mengobrol banyak, tetap harus mem-filter obrolan karena ada Alyssa.

Yola banyak cerita tentang dirinya sendiri, teman-teman terdekatnya, tentang keluarganya terutama Yosa, dan betapa bar-barnya Ia dengan saudara kembarnya itu dulu waktu masih kecil.

"Saya sama Yosa dari kecil sering banget berantem Pak. Yah, dari kejadian di Segaran dulu kan udah jelas ya kenapa kok sering berantem. Gatau deh kayaknya love language Yosa sama saya tuh phisical attack kali ya?" Johnny tertawa renyah mendengarkan cerita Yola.

"Dulu saya..."

"Jangan pakai 'saya' dong. Kita nggak lagi mau interview loh ini. Kita lagi pacaran." Johnny protes.

"Hmmm.. oke... Jadi aku tuh dulu pernah digodain sama temen saya Pak..." Yola mengulang kalimatnya tapi dipotong lagi oleh Johnny.

"Tuh pakai 'saya' lagi."

"Aduuuh. Nggak bisa Pak. Lain waktu aja deh belajar nyantainya, udah terlanjur kebiasa."

"Yaudah deh iya. Terus gimana tadi?" Johnny memaklumi. Mungkin juga karena gap usia mereka yang jauh juga lah yang membuat Yola merasa sungkan bicara menggunakan panggilan yang santai.

"Saya dijahilin sama temen waktu kelas 4 SD. Sebenernya saya ngak suka gelut, tapi waktu itu udah kelewatan banget saya kesel. Temen saya yang lain laporan ke Yosa yang lagi jajan di kantin, bilang kalau 'Yos adekmu digodain tuh' nah ngamuk lah Yosa si tukang pukul satu ini. Dia udah pasang muka garang, nyari saya di taman sekolah, eh pas nyampe lokasi malah ternyata yang gangguin saya udah tergeletak sambil nangis, seragamnya penuh darah."

"Kok bisa?"

"Iya Pak, sangking keselnya saya digangguin, akhirnya saya jorokin lah dia sampe jatuh kepalanya kena batu trus bocor."

"Waduh!" Agak syok ya Johnny mendengar cerita Yola yang terjadi sekitar saat dia masih kelas 4 SD. Ngeri juga rupanya cewek satu ini.

"Yosa nggak jadi marah Pak, dia malah nangis liat darah banyak banget keluar dari kepala." Johnny bingung harus miris atau harus tertawa.

"Akhirnya Ibu saya harus bayar biaya berobat, kepala temen saya dijahit, 5 jahitan. Habis itu saya nggak punya banyak temen soalnya mereka takut saya jorokin. Padahal mah kalau nggak kebangetan saya nggak pernah bales." Yola menutup ceritanya tepat ketika ponselnya tiba-tiba menyala gara-gara ada pesan masuk.

"Wah, kerasa deh kayaknya Yosa. Dia chat saya gini Pak. 'lagi apa kamu La?' gitu." Heboh Yola sambil menunjukkan chat masuk di hapenya kepada Johnny.

"Aku kira kembar yang bisa peka satu sama lain itu cuma mitos loh!" Johnny takjub sampai terbelalak.

"Hmmm kalau peka satu sama lain itu sebetulnya sama aja kok Pak kaya saudara kandung pada umumnya, nggak serta merta tau segalanya tapi kalau ada sesuatu yang kuat pasti bisa kerasa. Misalnya, suasana hati saya lagi nggak baik yang berlarut-larut, gitu Yosa pasti peka meskipun nggak di dekat saya." Johnny manggut-manggut. Ia kembali tertegun beberapa saat pada kisah masa kecil Yola yang cukup mengejutkan.

WE'VE GONE TOO FARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang