14. Woalah Asu!

331 41 17
                                    

.

.

.

.

.

.

Yola memang terbiasa menghabiskan libur pergantian tahun di rumah, itu juga didukung karena kampusnya memang memberikan libur lebih awal untuk semester ganjil. Bisa kumpul-kumpul dengan Ibu dan Ayah memang se menyenangkan itu bagi Yola. Yosa juga pulang, tapi nggak lama harus segera balik lagi karena kegiatan kampusnya masih belum selesai. UAS nya dilaksanakan setelah libur pergantian tahun, nggak kaya Yola yang sudah sekalian libur panjang pergantian semester.

Rutinitas yang hampir selalu dilakuin Yola dan Yosa di libur pergantian tahun adalah panen ikan. Iya, betulan panen di kolam belakang rumah mereka sendiri, terus ikan nila hasil mereka panen dimasak sama Ibu.

"Tumben sendirian La pulangnya." Ibu menegur, agak telat sih soalnya Yola juga sudah di rumah dari seminggu lalu.

"Ya kan Donna, sama Gara masih ada kuliah Bu. Mereka juga pulang kok, tapi besok paling udah balik ke Surabaya." Jawab Yola sambil asik membetulkan jaring ikan di tangannya.

"Bukan Donna sama Gara yang ibu maksud."

"Itu loh, pacarmu yang orang Malang!" Ayah ikutan nimbrung sambil mengeratkan ikatan sarung di pinggangnya lalu duduk di ris –bagian teras rumah yang agak tinggi, di bawah tiang-tiang penyangga, biasa dipakai duduk.

"Yola udah putus Yah, dari Lucas." Giliran Yosa yang menjawab sambil berdiri di bagian tengah pembatas kolam. Tangannya sedikit melambai-lambai berusaha menyeimbangkan supaya tidak jatuh.

"Loh, putus?" Ibu kaget.

Yola tampak malas membahas Lucas, tapi juga cukup memaklumi pertanyaan ibunya soalnya liburan semester lalu Lucas masih sempat ikut ke Jogja juga meskipun cuma sebentar. Waktu balik ke Surabaya, putus. Dan itu putus paling lama karena sampai sekarang masih belum juga rujuk lagi.

"Maaf deh, Ibu kan nggak tau." Ibu merasa tidak enak.

"Gapapa Bu, kan juga udah lama." Yola ikutan naik ke pembatas kolam, lalu menyerok ke dalam kolam yang airnya sudah agak surut.

Yola sebenarnya juga punya sifat jahil, tapi jarang muncul. Tapi kalau sekarang sepertinya waktu yang tepat buat jahil. Ia sengaja mengangkat jaringnya dan mencipratkan air kolam yang hijau amis itu ke Yosa.

"Woeh! Piye to!" Yosa kaget, Ia hampir terpeleset dan masuk ke kolam ikan kecil.

"Hahahaha!"

Sebetulnya agak malas menceritakan kejadian selanjutnya karena sudah jelas mereka bakal adu cipratan air kolam yang amis itu sampai akhirnya dua-duanya nyemplung ke kolam.

"Delok en anakmu ora gede-gede Bu!" (Liatin anakmu nggak gede-gede Bu)

"Jare anak kembar yen di cedakne pancen ora isa gedhe Pak." (Katanya anak kembar kalau dideketin emang gak bisa gede Pak)

Dulu sebetulnya Pak dan Bu Handoko pengen punya anak lagi, tapi melihat Yola dan Yosa yang luar biasa ajaib waktu kecil, akhirnya mereka memutuskan untuk tidak punya anak lagi. Yosa itu usil luar biasa dan suka gelut, Yola memang nggak suka ribut tapi dia pas SD pernah mendorong temannya sampai kepalanya kena batu dan bocor gara-gara dia diganggu. Intinya, orang tua Yosa-Yola sudah cukup kerepotan dengan tingkah laku anak-anaknya meskipun sebetulnya mereka nggak sepenuhnya salah juga. Mereka sempat mengira bahwa rumah sebesar yang mereka punya itu pasi bakal sepi karena cuma punya anak dua, ternyata punya Yosa-Yola saja mereka sampai butuh rewang sebanyak 4.

"Ih mangkanya toh nggak usah sirat-siratan banyu kolam! Wes gedhe, wes kuliah, 21 tahun, sek kaya anak kecil ae. Baumu iki loh!" Ibu protes karena bau amis kolam sampai menyebar ke mana-mana waktu Yosa dan Yola sudah mentas dari kolam lalu membersihkan ikan. Yang diomeli cuma bisa saling cengingisan.

WE'VE GONE TOO FARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang