3: Awal dari Keanehan

509 79 41
                                    

Yeonjun terbangun. Hal yang ia lakukan pertama kali adalah menghela napas. "Gyu, gue sayang banget sama lu. Tapi bisa tolong berhenti dateng ke mimpi gue, gak? Wujud lu serem, Gyu. Gue takut," gumamnya. Yeonjun turun dari tempat tidurnya. "Pagi, Bin," sapanya. Ia menuangkan makanan kelinci ke dalam suatu wadah. "Noh, makan. Gue mau makan dulu." Yeonjun membuka pintu kamarnya.

Duk!

"Ah!" Ia mengelus kepalanya yang kejedug. Ia sudah setahun tinggal di sini. Tetap saja lupa bahwa ambang pintunya tidak setinggi di panti asuhan. Jadilah ia sering kejedug karena terlalu tinggi.

"Badan lu ketinggian, sih." Seseorang tertawa di depan TV.

Yeonjun menoleh. "Oh, Bang Cheol." Ia membungkuk sedikit.

"Semalem bonyok nanyain gue gak?" Tanya Seungcheol, dengan gaya duduk ngangkang.

Yeonjun menggeleng sambil membuka kulkas. "Enggak. Pas aku dateng sih, gak ada siapa-siapa. Aku gak tau mereka pulang jam berapa semalem. Keburu tidur," jawabnya. Dituangnya air dingin ke dalam gelas.

"Tadi bonyok udah berangkat kerja lagi," lapor Seungcheol.

"Ohhh," balas Yeonjun sambil minum.

krik krik

Ya, sangat canggung.

Yeonjun menghangatkan makanan yang sudah disiapkan ibu angkatnya dengan microwave. Ia memakannya sendirian di meja makan, sedangkan Seungcheol makan sambil menonton TV. Tidak ada yang membuka percakapan. Yeonjun berusaha makan secepat yang ia bisa agar bisa segera keluar dari apartemen. Walaupun shiftnya masih nanti siang, setidaknya ia bisa jalan-jalan. Mungkin ke rumah Heeseung. Hari ini hari Sabtu. Mungkin saja mereka sedang di rumah.

"Jun," panggil Seungcheol.

Yeonjun menengok. 'Tumben mau ngajak ngobrol?' Batinnya. "Kenapa, bang?"

"Gue punya temen sekantor. Mirip banget sama lu." Ia membuka ponselnya. Sepertinya sedang mencari fotonya.

Yeonjun bingung harus menjawab apa. Akhirnya, ia hanya menjawab "ohhh"  lagi.

"Nih. Kim Taehyung namanya." Ia menunjukkan layar ponselnya pada Yeonjun.

Yeonjun menyipitkan matanya. Berusaha melihat dari jauh, agar tak usah berjalan mendekat. "Oh, iya. Cakep, bang," ucapnya senatural mungkin. Padahal mah, Yeonjun sedang kegirangan dalam hati karena secara tidak langsung sudah disamakan dengan orang setampan itu.

"Pertama kali gue ketemu lu, gue langsung keinget si Taehyung itu. Asli. Mirip banget. Gue kira lu adek kandungnya dia," katanya.

Yeonjun terkekeh. "Enggak, bang. Aku anak sulung," jawabnya sambil terus makan.

Seungcheol menoleh. Alisnya mengerucut. "Hah? Lu punya adek? Kok gue baru tau?"

"Hehe punya, bang," jawab Yeonjun. 'Lu gak pernah nanya, bang.'

"Kemana? Berapa? Biasanya kalo bersaudara gitu gak mau dipisah kalo mau diadopsi." Mulut Seungcheol mencerocos.

Yeonjun tersenyum pedih. Ia bingung harus menjawab apa. Yang satu digigit vampir, yang satu berubah jadi kelinci. Memangnya Seungcheol akan percaya? "Kita tiga bersaudara," jawabnya. Ia lalu diam sesaat. Bimbang haruskah ia melanjutkan kalimatnya. "Yang satu... udah...gak ada. Satu lagi... hmm... si kelinci."

Seungcheol diam. "Kelinci? Si Soobin maksud lu?"

Yeonjun mengangguk tanpa berkata apa-apa.

Seungcheol mengangguk.

Until We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang