18: Menangkap Vampir

408 71 50
                                    

Langit sudah gelap. Sunoo dan Beomgyu duduk bersebelahan di tengah pepohonan atas bukit. Di situ mereka bisa melihat penampakan desa dari atas. Bosan. Tidak tahu harus apa. "Bosen, deh," keluhnya.

Sunoo mengangguk. "Gue pengen ke pasar malem itu, deh," katanya. Tangannya menunjuk keramaian yang berada jauh dari mereka berdua. "Pasti seru."

"Seru dikeroyok warga pasti," timpal Sunoo.

"Eh, Noo." Beomgyu memiringkan posisi duduknya agar bisa menghadap Sunoo. "Lu pernah mikir gak, sih... Kita ini emang terlahir sebagai vampir atau gimana? Kalo sebelumnya kita bukan vampir, kehidupan kita kayak gimana? Seru atau enggak? Kita punya keluarga atau enggak? Kita cuma berdua atau ada temen-temen lain?" Entah mengapa sore ini Beomgyu menjadi sangat emosional.

Sunoo mengangkat bahu. Tidak terlalu peduli. Perutnya sedang lapar. Makanya ia sedang tidak bisa merasa emosional. Matanya sedang berbelanja. Memerhatikan apa yang bisa diperhatikan. Perhatiannya terusik akan sesuatu. Pohon di hutan bergoyang. Lantas, ia pun menepuk-nepuk bahu teman di sebelahnya. "Gyu!" Panggilnya.

"Kak Beomgyu," tekannya.

"Ahh! Gak penting! Liat deh, di hutan ada siapa!" Ia mengarahkan kepala Beomgyu ke arah yang ditunjuk.

Beomgyu menyipitkan matanya. Senyumannya melebar begitu melihat seorang anak kecil sedang berjalan sendirian di tengah hutan. Ia langsung berdiri dengan semangat. "Yuk! Hari ini kita harus dapetin bocah itu! Gue cuma mau kenalan doang! Abisnya mukanya kayak gak asing," katanya sambil menarik tangan Sunoo.

Sunoo akhirnya berdiri. "Iyee iyee," balasnya dengan nada malas.

Mereka berdua pun lari menuruni bukit. Secepat mungkin mereka berlari menuju hutan itu. Sebelum kehilangan jejak Donghyun. Untung saja mereka tidak tahu bahwa mereka bisa berubah menjadi kelelawar. Karena kalau mereka tahu, mereka akan terbang. Dan jika mereka terbang, mereka dapat melihat bahwa ada enam orang lainnya yang ingin menangkapnya. Dan jika mereka tahu, rencana Riki akan berantakan. Kesimpulannya, terkadang menjadi bodoh dapat menguntungkan orang lain. Jadi, jangan bersedihlah jika kamu bodoh karena kamu masih berguna :D

Walaupun tidak tahu cara terbang, kecepatan lari Sunoo dan Beomgyu sangat tinggi. Mereka juga tak dapat merasakan sakit. Beomgyu tak merasakan apa-apa, padahal tangan kirinya buntung. Dan Sunoo pun dapat berlari tanpa merasa lelah. Selama dan sejauh apa pun itu. Padahal dulu berjalan sedikit saja sudah sakit rasanya. Mereka berusaha mencari jalan yang tercepat, tapi jauh dari kerumunan. Karena jika ketahuan sedikit saja, bisa-bisa mereka kehilangan nyawanya. Oh, iya. Selain enam orang yang ingin menangkapnya, mereka juga tidak tahu bahwa warga desa sedang berbondong-bondong mencari keberadaannya.

Di tempat lain, terdapat Eunbi yang baru selesai pacaran. Ia memasuki gedung guest house dengan langkah gembira. "Malem juga, Won!" Sapanya seperti biasa. Sedetik kemudian, ia menyadari sesuatu yang janggal. Biasanya jam segini, adiknya duduk di meja resepsionis. Menyambut orang-orang yang datang. Termasuk dirinya. Dan malam ini, ia tak mendengar sapaan apapun. "Ah... mungkin lagi main sama anak-anak itu," pikirnya positif. Baru saja duduk manis, gemuruh kaki terdengar menuruni tangga. Eunbi langsung berdiri lagi. Nampaknya itu adalah si kembar. "Ada apa?" Tanyanya dengan ramah.

Wajah Hyunjin panik. Begitu juga dengan Yeji.

Melihat ekspresi wajah keduanya, Eunbi ikut panik. "Kalian kenapa?"

"Riki sama mobil kita ilang!" Seru keduanya.

Ah, benar juga. Pantas saja tadi ia hanya melihat satu mobil di parkiran. "Wonbin... gak sama kalian?" Tanya Eunbi.

Until We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang