10: 9/12

434 76 18
                                    

Karena mereka takut akan terjadi apa-apa, malam itu mereka berdelapan tidur di kamar nomor 3. Mereka takut Yeonjun tiba-tiba menghilang ketika pagi hari datang. Jake memindahkan ketiga kasur lipat di kamarnya untuk digunakan bersama-sama. Riki yang awalnya menolak keras, akhirnya mau juga. Entah mengapa, keenam orang asing itu  —karena Wonbin bukan orang asing baginya— tidak terasa asing lagi. Malahan sebaliknya, ia merasa nyaman di antara orang-orang itu.





















GI SANG
IREONA
WAKE UP WAKE UP

Dimulai dari Heeseung, satu persatu mulai terbagun mendengar alarm ponsel Heeseung yang kerasnya bak terompet sangkakala.

Jake yang pertama kali bangun setelah Heeseung. "Kak. Alarmnya kenceng banget, sih," komentar Jake. Matanya masih setengah tertutup. Rambutnya berantakan.

Heeseung tersenyum malu. "Hehe, maap." Suaranya masih serak.

Nyawa Hueningkai ternyata langsung terkumpul semua. Ia pun langsung membereskan tempat tidurnya. "Kita kemaren bangun kayak gini, tau," katanya.

Jake tertawa pelan. Sambil mengucek matanya, ia menepuk-nepuk punggung Jonghoon yang masih tertidur. "Kak Hoon... Bangun..."

Perlahan, Jonghoon pun membuka matanya. Dengan setengah kesadarannya, ia terduduk.

Jay ikut terbangun. Ia langsung terduduk, dan mengambil kacamatanya di atas meja. Dilihatnya seisi ruangan. "Loh? Kok cuma kita berlima doang?" Tanyanya.

Yang lain baru menyadarinya. Benar juga. Wonbin sudah harus kembali bekerja dan Riki sudah kembali ke kamarnya satu jam sebelum mereka berlima bangun.

Semuanya saling menoleh. Mata membulat. Jantung berdegub kencang. Kepala mereka memikirkan nama yang sama, "BANG YEONJUN KEMANA?!" Serentak, kelimanya langsung keluar dari kamar. Dengan langkah berderu, mereka menuju meja resepsionis. Di sana, terdapat Jung bersaudara yang sedang mengobrol.

Melihat kelima temannya, Wonbin tersenyum senang. "Eh? Udah bang-"

"Liat Bang Yeonjun, gak?" Tanya Jay, dengan nada panik.

Wonbin memiringkan kepalanya. "Tadi pagi aku bangun jam 5, dia masih tidur. Dari tadi aku sama Kak Eunbi di sini. Gak liat dia keluar, tuh," jawabnya. "Mobilnya juga masih di luar." Ia menunjuk ke jendela. Benar. Terlihat jelas mobil Seungcheol di situ.

Hueningkai mengacak rambutnya yang sudah acak-acakan. "Duhh... Gimana, dong?"

"Kamar kalian!" Heeseung menepuk bahu Jake dan Jonghoon. "Kita belom ngecek ke kamar kalian!" Katanya.

Jonghoon menepuk dahi. "Astaga. Bisa-bisanya."

Mereka pun langsung menuju kamar no.2.

1
2
3

BRAK!

Jay membuka pintu dengan kasar.

Nampaknya, suara pintu yang keras menganggu tidur seseorang. Laki-laki itu langsung terduduk, dengan rambut yang berantakan. "Apa sih, rame-rame?" Tanyanya. Matanya belum sepenuhnya terbuka.

Hueningkai berlari menuju orang itu dan memeluknya erat. "ELAH, BANG YEONJUN! BIKIN KITA TAKUT AJA!"

Jay menyusul Hueningkai. Ia memukuli Yeonjun dengan bantal. "Lu tau. Kita kira. Lu kenapa-kenapa. Anjing. Udah takut. Ternyata lu... LAGI TIDUR!" Semakin lama semakin keras.

Yeonjun tertawa. Pasrah dipukuli oleh Jay. Untung saja Heeseung segera menarik Jay menjauh. "Jayyy. Itu lama-lama Bang Yeonjun penyok," kata Heeseung.

Until We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang