21: Salam perpisahan

484 69 27
                                    

Karena Beomgyu belum bangun, dengan berberat hati mereka akhirnya hanya membawa Sunoo kembali. Sesampainya di Guest House Jung, anak-anak disambut oleh Eunbi. Ia sempat bingung akan keberadaan Sunoo yang tiba-tiba, namun anak-anak hanya menjawab, "ceritanya panjang."

Geng 12 masuk ke kamar untuk mengambil segala macam bawaannya. Oh, iya. Sebelum pulang, mereka menyuruh Sunoo mandi terlebih dulu. Jake dan Jay meminjamkan pakaian mereka pada Sunoo. Selagi menunggu Sunoo selesai mandi, yang lain berkumpul di lobi. Mengucapkan salam perpisahan.

Di tengah-tengah perbincangan, tiba-tiba Yeji menghampiri Yeonjun. Tangannya menyerahkan sesuatu. "Nih," katanya. "Spion mobil kalian copot, kan? Pake ini dulu aja sampe nemu bengkel," ucapnya.

Yeonjun kebingungan melihat benda yang ada di tangannya. Dua buah kaca lipat dan lakban hitam. "Ah... gue paham maksud lu. Makasih," ucapnya. Dengan bantuan Jonghoon, Hyunjin, dan Riki, Yeonjun memasangkan spion ala-ala itu ke mobilnya. Eh, ralat. Mobil Seungcheol maksudnya. Walaupun tidak sempurna, setidaknya ia bisa melihat ke sekelilingnya.

Di dalam, semuanya sedang terhibur melihat Donghyun yang mulai aktif dan tidak malu-malu lagi. Jika kemarin hanya mau dengan Heeseung —dan terkadang Wonbin—, Donghyun akhirnya mau nempel dengan Hueningkai dan Soobin. Sayangnya semuanya baru terjadi ketika mereka sudah mau pulang.

"Aaaaa kiyowooo!" Soobin tertawa melihat Donghyun bergoyang itik.

Beberapa lama kemudian, Sunoo, Jay, dan Jake keluar dari kamar. Sudah siap dengan bawaan mereka. "We're done!" Lapor Jake.

Di saat yang bersamaan, ketiga montir dadakan masuk ke dalam. "Eh, udah? Oke lah, yuk balik," ajak Yeonjun.

Semuanya tersenyum sedih. Tak siap untuk berpisah. Tak siap untuk kembali ke kehidupan sehari-hari. "Makasih banyak, kakak-kakak kemua udah mau dateng ke tempat ini," ucap Wonbin sambil membungkukkan badan.

"Makasih juga udah nerima kita dengan baik! Maaf kita sering berisik dan ngerepotin," Heesung balas membungkuk.

Eunbi menggeleng sambil tertawa, "enggak, kok. Gak ngerepotin. Cuma... semalem doang bikin jantung copot," balasnya.

"Kakak-kakak mau pelgi? Kok gitu???!!! Jangan pulang! Oyun masih mau main baleng!" Bibir Donghyun membentuk bulan sabit terbalik. Matanya berkaca-kaca. Sebentar lagi tangisannya meledak.

Riki berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Donghyun. "Hyun, kamu belajar ngomong dulu yang bener, ya. Kalau kamu udah jago ngomong, kakak-kakak itu bakal balik lagi ke sini. Makanya, cepet-cepet lancar ngomong," ucapnya.

Jay tertawa, "jahat lo. Parah, masih bocah dia."

"Mungkin itu cara lain Riki ngomong 'semoga kita bisa cepet ketemu lagi', Jay. Lu kan tau dia orangnya gimana," timpal Hueningkai. "Gengsoynya tinggi," ucapnya dengan volume suara lumayan besar.

Riki membuang muka. Tebakan Hueningkai benar. Karena sikapnya yang menyebalkan, ia tak memiliki banyak teman. Hanya manusia-manusia ini yang mau berteman dengannya. Ya... meskipun sifatnya semenyebalkan batu.

Sunoo terkekeh melihat reaksi Riki. Mirip dengan Ni-ki dulu. 'Jadi kangen...' batinnya.

"Eh- Sebelum pulang, foto bareng-bareng dulu, yuk!" Ajak Jonghoon. Ia mengeluarkan ponselnya. Jarang ada orang yang mau berteman dengannya tanpa motif terselubung. Biasanya, orang-orang hanya mengincar hartanya. Namun, orang-orang ini berbeda. Mereka nampak tak peduli dengan barang-barang duniawi. Selama mereka bersama, hal kecil pun dapat membawa kebahagiaan.

"Sini gue fotoin. Kalian bersebelas foto," Hyunjin menawarkan bantuan.

"Dimana fotonya?" Tanya Soobin.

Until We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang