14: The Plan

384 69 17
                                    

"Kita harus ngelakuin sesuatu," kata Yeonjun.

Semuanya menaikkan alisnya. "Ngapain?"

Yeonjun tak menjawab. Ia menghitung jumlah kepala yang ada di sana. "Jay, tolong panggilin Jake, Jonghoon, sama Soobin di kamar gue, dong."

Jay membuka mulutnya. Ingin protes. Namun, ia urungkan niatnya itu. Lawan debatnya itu terlihat sedang tidak mood untuk bercanda. Dengan pasrah, Jay ke kamar No. 2 untuk memanggil teman-temannya. "Braders. Dipanggil Bang Yeonjun." Hanya dengan satu kalimat itu, ketiga orang yang ada di sana langsung berpindah ke kamar sebelahnya.

"Ada apa, Bang?" Tanya Jake.

"Duduk dulu aja," perintah Yeonjun. Mereka semua pun duduk di atas kasur lipat menghadap Yeonjun yang berdiri. Ia memandang semua wajah yang mengarah padanya. "Muka kalian tegang amat kayak kanebo kering. Gue gak lagi mimpin meeting mafia," candanya.

Jonghoon terkekeh. "Apaan sih, anjir?"

Setelah semua ekspresi mulai rileks, Yeonjun mulai berbicara, "kalian tau kan, kalau Beomgyu sama Sunoo udah berubah jadi vampir, dan ngincer-ngincer si Tae- eh, Donghyun mulu?"

Semuanya mengangguk.

"Tadi gue denger Kak Dongho bikin rencana buat ngebunuh mereka berdua," kata Yeonjun.

Jake terkaget. Matanya terlihat sedih. "Nooooo. Jangan lagi," katanya. Ia sudah kehilangan Sunghoon. Ia tak mau kehilangan dua teman lagi.

Yeonjun menggeleng. "Enggak. Gue gak bakal bikin mereka berdua mati menghilang kayak Sunghoon," tekadnya.

"Terus?" Heeseung menaikkan alisnya.

Yeonjun tersenyum. "Ayo kita pergi ke dukun lagi," ajaknya.

Jonghoon tertawa. "Gue perlu tanda tangan kakak gue lagi nih, kayaknya."

Yeonjun terkekeh. "Enggak kok, Hoon. Gue bisa bayar," ucapnya.

Jonghoon menggeleng-geleng. "Eh, gapapa kok, Jun. Gue seneng bisa bantuin."

"Ngapain ke dukun, Bang?" Tanya Soobin.

Yeonjun menepukkan kedua tangannya dengan kencang sampai-sampai Hueningkai yang duduk tepat di depannya terkaget.































"Gue pengen ngubah mereka berdua jadi manusia lagi," ucapnya dengan percaya diri.

Jay menyipitkan matanya. "Emang bisa?"

"Siapa tau bisa," jawab Yeonjun.

Heeseung mengangguk-angguk. "Jadi... hari ini kita semua ke dukun?"

Yeonjun menggeleng. "Kayaknya gue butuh dua orang doang." Matanya memindai semua wajah yang menatapnya.

Begitu merasa mata Yeonjun menemuinya, Jay langsung membuang muka.

"Jay."

"Argh," Jay menggerutu. Kenapa dari dulu selalu dirinya yang dipilih?

Until We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang